Umat beragama mengekspresikan iman-kepercayaan akan Allah atau sebuah Wujud Ilahi dengan beragam istilah atau kata yang menggambarkan sifat-sifat positif pada Allah. Misalnya kata kasih, baik, sabar, sayang, sempurna, lembut, dan sebagainya.
Dalam bahasa Indonesia, kata ‘Maha’ memudahkan kita untuk mengerti bahwa gambaran kita tentang sifat-sifat Allah selalu terbatas. Allah itu ‘Maha……..’ apapun. Ia adalah itu misteri dalam arti kata yang ketat. Misalnya untuk kata kasih dan baik, kita mengatakan Allah Mahakasih dan Mahabaik. ‘Maha’ mengandung tekanan bahwa kebaikan Tuhan jauh melebihi kriteria kita, sekalipun kriteria itu kita pandang sudah paling maksimal.
Allah Maha-Sederhana. Artikel ini mau menunjuk suatu kata sifat yang lain, yang menarik namun jarang digunakan, yaitu kata sederhana. Kata ini diterjemahkan dari kata simple, dari bentuk superlatif supremely simple. Sumber-sumber berbahasa Inggris menggunakan bentuk superlatif supremely simple sebagai terjemahan dari istilah Latin simplicissimum.
Dalam bahasa Indonesia, dapat dikatakan bahwa Allah itu Maha sederhana atau Allah itu kesederhanaan murni. Istilah lainnya ialah simplisitas murni. Kami cenderung menggunakan terjemahan-terjemahan itu secara bebas. Lagi pula tekanan artikel ini ialah memahami makna istilahnya, jadi tidak berhenti pada terjemahan.
Agustinus dari Hippo. Salah satu ciri yang menonjol pada pemikiran Uskup Hippo dalam karyanya De Trinitate ialah penekanan pada kodrat non-material Allah (immaterial nature of God). Baginya, Allah adalah simplisitas (simplicity) ilahi yang paling murni. Agustinus menggunakan istilah ini untuk memberi tekanan pada kesatuan esensi ilahi. Allah bukan campuran materi yang masih bersifat potensi atau kemungkinan, melainkan murni spiritual. Tema simplisitas ilahi merupakan upaya Agustinus merefleksikan eksistensi Allah secara paripurna. Tema simplisitas ilahi menjadi paradigma khas teologi Trinitas Agustinus, yang kemudian cukup berpengaruh bagi teologi Trinitas di Gereja Barat[1].
Dalam buku Confessions, simplisitas ilahi dapat dimengerti dari pandangan Agustinus tentang Allah sebagai Pengada di luar tatanan waktu kronologis. Tahapan waktu dulu – kini – akan datang tidak dapat diterapkan pada Allah. Bagi Agustinus, eksistensi dan tindakan Allah berjalan simultan, artinya waktu Allah adalah Allah sendiri, bukan suatu hal di luar diri-Nya. Tindakan Allah menjadikan semesta adalah serentak permulaan waktu (cum tempore), bukan dalam waktu (in tempore). Allah adalah ukuran dari segala ukuran wakut (measure of measurement).
Rikard dari St. Viktor. Bagi Rikard, kesederhanaan ilahi terkait erat dengan ciri-ciri lain, yaitu kebaikan, kasih, dan sukacita. Kebaikan adalah ungkapan dari kesempurnaan total eksitensi Allah. Dan sebagai yang maha sempurna, kebaikan-Nya sempurna pula. Ketika menekankan sifat baik pada Tuhan, Rikard menghubungkannya dengan ciri simplisitas murni (supreme simplicity). Bagi Rikard, merupakan sebuah keniscayaan bahwa kebaikan tertinggi merupakan wujud yang tertinggi, tunggal, satu-satunya. Di dalam Tuhan ada kesatuan yang luhur dan simplisitas yang paling murni[2]. “Thus, this is more than extraordinary, for one finds true unity with absolute fullness, highest simplicity together with an incommensurable perfection; and supremely simple identity with infinity of every excellence”[3].
St. Bonaventura. Ia menggunakan istilah simplisitas untuk mengungkapkan keberadaan Allah yang bersifat paripurna, tidak bergantung pada sebab awal maupun akhir manapun. Sebagai Pengada Murni, adanya Allah tidak disyaratkan oleh apapun: Ia prinsip asal-muasal tanpa syarat. Allah bukanlah hasil campuran antara potensi-potensi yang beragam. Esensi Allah itu sungguh sederahana. Karena Ia ada sebagai yang pertama tanpa syarat, Ia tidak dijadikan oleh yang lain. Karena itu Ia kekal. Dan karena pertama dan kekal, Ia tidak tercampur oleh wujud lain. Ia adalah kesederhanaan paling luhur (supremely simple, simplicissimum)[4].
Dalam pengaruh Rikard, Bonaventura meyakini bahwa atribut-atribut ilahi melekat satu sama lain, tidak pernah ada saat ketika suatu atribut terlepas dari yang lain. Mengatakan Allah itu Maha baik, tidak berarti Ia kurang Mahakuasa. Mengatakan Allah Mahakasih tidak mengurangi ciri adil pada-Nya. Semua atribut ilahi melekat pada esensi ilahi. Allah itu omnia in omnibus, artinya semua dalam semua. Dalam simplisitas murni (Allah), tidak ada pertentangan antara satu sifat dengan sifat lain. Kesatuan ilahi itu paripurna, menyatu, membentuk keharmonisan tertinggi. Seperti Basilius Agung, bagi Bonaventura, eksistensi Allah itu sederhana, meskipun aktivitas-Nya beragam. Melihat satu atribut Allah berarti melihat esensi-Nya secara utuh.
Beriman kepada Allah Maha sederhana. Kita beriman kepada Allah yang adalah kesederhanaan murni. Allah itu Maha-sederhana. Ia simplisitas murni. Allah bukan kemungkinan yang dapat berubah atau dapat direkayasa. Pesan dari tema simplisitas ilahi ialah be simple di hadapan Allah dan sesama. Allah tidak akan dapat dipengaruhi oleh atribut-atribut yang kita sematkan kepada-Nya. Allah adalah Kebebasan paripurna. Orang yang beriman dengan simple atau sederhana sadar bahwa ia tidak layak mengatur Allah. Beriman secara simple juga berarti bebas di hadapan Allah: Memaknai relasi dengan Allah sebagai kesempatan untuk dialog, bukan tekanan untuk memenuhi kawajiban moral, seolah-olah dapat memuaskan hati Allah.
Simplisitas di hadapan Allah kiranya mempengaruhi sikap seseorang kepada sesama maupun hal-hal lain. Orang yang sungguh beriman tidak terikat pada kriteria-kriteria dunia: kuasa, harta benda, kuasa, nama besar. Ia simple di hadapan Allah dan sesama. Ia tidak melekat pada hal atau prinsip yang masih labil. Ia tidak bersandar pada kemungkinan-kemungkinan (potensi). Ia tidak mudah terombang-ambing oleh atribut-atribut yang ramai. Ia sadar bahwa di antara banyak kemungkinan dalam hidup, harus ada pilihan yang tetap dan stabil. Ia simple di hadapan Simplisitas Murni.
[14/10/2019 – celebrating a simple life]
[1] Bdk. Peter C. Phan (ed), The Trinity, 78-82.
[2] Bdk. De Trinitate, II, 16-20.
[3] De Trinitate, II, 20.
[4] Itin. V, 6 (V, 309b).
Allah selalu hadir dalam setiap hal sederhana dalam hidup…
Semakin tua semakin Berusaha…..Berusaha utk tetap sederhana dan rendah hati….
Terimakasih tulisan indah ini…..
Allah Maha Sederhana…..Allah hadir dalam diri PutraNya ,yang selalu hadir dan menyapa orang orang kecil dan sederhana..Keserhanaan_ Maha sederhana Ia hadir dan lahir di palungan …..Terima kasih ama pater**Luar biasa artikel yang disuguhkan bari para pembaca yang setia.**(Salam & Doa..semoga ama pater sehat selalu )Ditunggu tulisan berikutnya…
Terima kasih bnyk ama, telah mengunjungi blog saya dan membaca artikel ini. Pax te cum! ?
Untuk sederhana, harus meninggalkan hal-hal duniawi, dan tidak mudah, seringkali gagal. Terima kasih Romo sudah diingatkan.
Tuhan memberkati selalu. Terima kasih telah mengunjungi blog saya dan membaca artikel ini.