Umumnya kesadaran (consciousness) dimengerti sebagai sebuah kemampuan yang dimiliki manusia. Pada manusia kesadaran dikaitkan dengan sistem kerja otak: Ketika otak bekerja baik, terjadi sebuah mekanisme kerja pada sel-selnya sehingga otak mengirim informasi yang menggerakkan kesadaran dalam diri manusia.
Perubahan Cara Memandang Semesta. Sejalan dengan perubahan cara pandang manusia akan alam semesta, keyakinan bahwa kesadaran hanya hanya merupakan milik manusia berubah. Di era modern, perubahan atau perkembangan pemahaman itu datang misalnya dari penelitian Teilhard de Chardin (1881-1955), seorang imam Jesuit yang dikenal juga sebagai Paleontolog (peneliti fosil). Pandangannya makin dikenal setelah terbit karya utamanya Le Phenomene humain yang ditulis antara tahun 1938-1940 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai The Phenomenon of Man [TPM] pada 1959.
Pemahaman baru model Teilhardian ini meyakini bahwa kesadaran bukan hanya fenomena manusia, melainkan seluruh alam semesta atau kosmos. Ada dua konsekuensi dari perubahan cara pandang ini: Pertama, kesadaran yang dimiliki manusia adalah bagian dari kesadaran kosmik: Sebagai mikrokosmos, manusia adalah bagian dari makrokosmos. Manusia jelas bukan satu-satunya makhluk dunia.
Kedua, karena meliputi kosmos, kesadaran diyakini sebagai unsur intrinsik yang sudah ada sejak awal semesta. Maka asal-mula kesadaran kosmos dapat diteliti juga dari awal munculnya alam semesta, yang oleh dunia sains digambarkan sebagai ledakan raksasa (Big Bang) yang melahirkan alam semesta, sekitar 13, 8 miliar tahun lalu. Dari sudut pandang Teologi, penjelasan saintifik tentang asal muasal semesta masih menyisakan pertanyaan: Apa yang mendahului Big Bang? Mengapa terjadi Big Bang?
Semesta bukan Sekedar Benda. Paham Teologi Kesadaran melihat semesta bukan melulu sebagai bentukan unsur-unsur materi. Pandangan ini percaya bahwa gerak evolusi alam semesta didorong oleh faktor non-meterial, jadi sebuah daya yang bersifat spiritual. Dalam bahasa Abad Pertengahan, dunia ini bukan sekedar benda (thing), tetapi juga tanda (sign); sebagai tanda, ia memancarkan makna tertentu.
Diyakini pula bahwa perkembangan dari suatu elemen paling dasar sampai yang paling kompleks dimungkinkan oleh sebuah jaringan informasi yang mengalirkan unsur kehidupan dalam mekanisme perkembangan itu. Dan karena kesadaran itu meliputi seluruh semesta, maka tidak relevan lagi paham klasik dualisme tubuh versus jiwa, materi versus roh, atau fisikal versus spiritual. Atau dari segi metodologi berpikir, tidak relevan lagi mempertentangkan iman dan ilmu pengetahuan. Sudah saatnya orang berpikir tentang membangun jejaring untuk saling melengkapi antara bidang keahilan.
Pandangan tersebut sebenarnya didasarkan pada teori Kuantum yang dikembangkan oleh Albert Einstein (1879-1955) dalam teori Relativitas: Ia meyakini adanya kesatuan antara materi dan energi di alam semesta. Kesatuan itu lah yang memungkinkan keseimbangan kosmos. Perkembangan hidup dari molekul sampai makhluk hidup yang sadar mengandaikan sebuah jaringan energi. Dan kesatuan dasar kosmos itu dirangkum dalam istilah teknis quantum wholeness (keutuhan total).
Integral Wholeness. Teologi kesadaran meyakini bahwa evolusi alam semesta bukan melulu suatu mekanisme alam. Pandangan klasik yang mengatakan bahwa alam semesta terbentuk sebagai hasil seleksi alam saja telah dilampaui oleh teori ini. Alam semesta, makrokosmos ini, digambarkan sebagai sebuah wujud keseluruhan yang integral (integral wholeness of being). Sebuah sistem yang kompleks mengandaikan sistem lain yang juga memiliki kompleksitasnya pula. Satu sistem dapat berjalan karena sistem yang lain. Sistem hidup manusia mengandaikan sistem alam yang baik.
Dalam penelitiannya di dunia paleontolog, Pastor Teilhard menemukan tiga proses utama dinamika alam semesta: keberagaman, kesatuan, dan energi (plurality, unity, energy). Pada alam semesta, dalam wujudnya yang beragam, terdapat partikularitas setiap wujud (radically particulate), namun sekaligus terkait satu sama lain (essentially related) oleh karena gerakan-gerakan yang aktif”. Terdapat juga ciri kesatuan erat antara unsur-unsur paling mendasar dari alam semesta, yang memungkinkan kehidupan: “There is perfect identity in every smaller unity (molecules, atoms, electrons)” [TPM, 40-41].
Kesatuan antara unsur dasariah dimungkinan oleh sebuah unsur alami, yang oleh ilmu pasti (natural science) dinamakan energi. Energi lah yang memungkinkan dan menjadi alat ukur keseimbangan realitas kosmos yang kompleks. Bagi Theilard: “[…] Energy is the measure of that which passes from one atom to another in the course of transformations […] As the unifying power in the course of exchange of matter, energy equilibrates and makes stability in the universe. In physical science, energy is an instrument to measure the complexity of the system of the universe” [TPM, 42-43].
Dance of Energy. Dalam pandangan ilmu alam (natural science), elemen yang penting dalam sistem alam semesta disebut energi. Energi yang menjadi dasar gerakan dan ukuran kosmos ini bersifat dinamis. Ada sebuah keharmonisan yang terbangun dalam relasi antara elemen-elemen bumi, sehingga alam semesta berjalan secara seimbang. Fenomena kosmos ini sering dilukiskan sebagai tarian energi (dance of energi). Terdapat sebuah inteligensi keharomisan yang merengkuh setiap level elemen dalam kosmos, sehingga setiap elemen dan sistem terkait satu sama lain. [Bersambuang].
Terima kasih Pater…?????
Trima kasih Pater …
Gracias Padre