Roh: Prinsip Keharmonisan. Teori kesadaran kosmos meyakini bahwa asal-muasal semesta adalah realitas non-materal: materi digerakkan oleh realitas asali yang berciri relasional, yang tak diam dalam dirinya saja: Pada mulanya adalah relasi, dan relasi itu menggerakkan perkembangan elemen ciptaan dari wujud sederhana menuju yang paling kompleks. Jadi, evolusi bukan mekanisme fisik, tetapi jaringan kehidupan. Dan kehidupan mengandaikan dimensi rohani atau spiritual.
Dalam konteks ini intuisi teolog modern Jűrgen Moltmann dalam The Spirit of Life perlu dicatat: Ia meyakini bahwa tujuan evolusi semesta adalah persekutuan (the goal of evolution is community): elemen partikel, atom, molekul, sel makro molekul, organisme multi-sel, organisme hidup, populasi organisme, makhluk hidup, hewan, perkembangan dari hewan menuju manusia tegak, manusia, populasi manusia, komunitas manusia. Dan lebih lanjut dalam diri manusia, adanya kesadaran (consciousness) dimaknai sebagai peran Roh dalam diri manusia. Sebagai Teolog Moltmann berbicara tentang Roh Kudus sebagai prinsip keharmonisan semesta [1992, 226-230].
Energi Spiritual. Sperti telah disinggung dalam artikel pertama, Teilhard berpandangan bahwa terjadinya alam semesta dan keseimbangannya sebagai sebuah sistem terjadi tidak hanya karena energi fisik alami. Hipotesis sains mengenai ledakan awal yang melahirkan bumi (Big Bang) pada 18, 3 miliar tahun lalu, tidak hanya dimungkinkan oleh benda fisik. Terdapat sebuah energi spiritual yang memungkinkan pertumbuhan kehidupan. Ia pun percaya bahwa “The basis of the material world is non-material” [TPM, 63,72,74].
Gejala kosmologis yang mendukung tesis Teilhard ini ialah ciri mengatur sendiri (self-arrangement) yang terjadi pada elemen-elemen kehidupan. Dalam The Future of Man [TFM], ia menegaskan bahwa “Matter on earth is involved in a process which causes it to arrange itself, starting with relatively simple elements, in ever larger and more complex unity” [TFM, 195].
Kasih sebagai Daya Kosmik. Pada tahun 1969 Teilhard menulis Human Energy. Dalam karya ini ia menegaskan keyakinan bahwa unsur alam yang disebut sebagai energi oleh sains, dalam bahasa Kristiani disebut kasih. Ia menyebut kasih sebagai ‘cosmological force’ (HE, 72). Kasih adalah daya yang menyatukan sistem semesta, sudah terdapat dalam sistem yang paling sederhana. Kasih adalah energi intrisik dari sistem kosmos: ‘The physical structure of the universe is love’ (HE, 72).
Di era kontemporer, pemikiran Teilhard dikembangkan misalnya oleh teolog perempuan Ilia Delio, melalui karyanya seperti Making all things New. Chatolicity, Cosmology, Consciousness, Orbis Books, NY., 2015; Delio, (ed.), From Teilhard to Omega, Orbis Books, NY., 2014; The Unbearable Wholeness of Being. God Evolution and the Power of Love, Orbis Books, NY., 2013; The Emergent Christ. Exploring the Meaning of Catholic in an Evolutionary Universe, Orbis Books, NY., 2011. Teolog Fransiskan lain seperti Kenan Osborne juga berada dalam arus pemikiran yang sama; hal ini kentara misalnya dalam bukunya A Theology of the Church for the Third Millennium (2012).
Visi Laudato Si. Delio, seorang Theilardian yang kredibel, berupaya menarik visi-pemikiran Teilhard ke realitas dunia sekarang. Tekanan pada primat kasih sebagai prinsip dasar persekutuan tampak jelas dalam pemikirannya. Dengan bahasa semi-populer ia menunjukkan titik temu antara visi revolusi ekologi Fransiskus Assisi yang tampak pada Teologi Fransiskan dan visi pemikiran Teilhard.
Dalam penafsiran itu, Delio juga melihat bahwa visi kepausan Paus Fransiskus ialah kesaksian tentang daya kasih sebagai ethos dasar yang menyatukan rumah bumi. Ciri kasih ialah relasional dan dinamis. Kasih tidak takut pada perubahan. Kepemimpinan Paus Fransiskus menampilkan corak katolik dalam arti kata sesungguhnya: “What might a consciousness of catholicity look like, and who are the model of catholicity at present today? There is no greater visible model of catholicity at present than the Argentinian Bishop of Rome, Pope Francis” (2015, 184).
Prinsip awal mula semesta adalah kasih, dan kasih itu relasional, bukan ada yang abstrak. Dalam kasih, satu elemen membutuhkan elemen lain; satu sistem dimungkinkan sistem lain; satu pribadi membutuhkan pribadi lain; semua disatukan dalam satu kesadaran kosmik. Dan seluruh sistem rumah bumi mencapai kesadarannya dalam kasih Kristus. Dalam Kristus persekutuan kasih mencapai evolusi dirinya yang paling utuh. Atau dalam bahasa Teilhard: Kristus adalah titik konvergensi atau titik temu dari kesadaran kosmos. Dalam Kristus kesadaran diri manusia menjadi utuh.
Selamat mlm Pater, Shalom. Saya Sera juga mau dapat notifikasi dari Website Pater. Makasi Pater
Tuhan memberkati selalu. Terima kasih telah mengunjungi blog saya. Salam dalam kasih Tuhan.
Terima kasih Pater
Tks Pater…hrs pelan pelan bacanya..dan mengulang..unt bisa……..mengerti
Tks Pater..harus pelan pelan bacanya dan mengulang ,salam
Tks Pater..harus pelan pelan bacanya dan mengulang ,salam[
Tks Pater..harus pelan pelan bacanya dan mengulang ,sal
Trima Kasih Pater…Dalam.Yesus semua terjawab….Kasih yang tak terbagi …utuh didalam dan bersama Yesus …memampukan gerakan bersatu dengan Allah…
Trimakasih banyak romo
Dalam Kristus kesadaran diri manusia menjadi utuh, Gracias Padre