Greccio, sebuah kampung kecil di pegunungan Italia, tempat di mana pertama kali dalam sejarah, malam Natal dengan palungan dan jerami, serta lembu dan keledai dirayakan Santo Fransiskus Assisi (1182-1226).
Sebagaimana dilukiskan oleh Thomas Celano, penulis biografi Fransiskus Assisi, pada tahun 1223, dua pekan menjelang Natal, Fransiskus hendak mewujudkan kerinduannya untuk merayakan Natal di Greccio. Ia ingin sekali merasakan aura suasana Betlehem, malam kudus ketika Yesus Penyelamat lahir ke dunia.
Fransiskus sendiri telah mengunjungi Tanah Suci pada sekitar tahun 1219, di mana ia berziarah ke tempat kelahiran Yesus. Pengalaman ziarah itu membuat ia semakin mencintai dan kagum pada Kristus yang rendah hati.
Sekembalinya dari Tanah Suci, ia ingin sekali merasakan dan menyentuh misteri Sabda menjadi daging (inkarnasi), yang menjelma sebagai bayi mungil di palungan, tersenyum damai menyambut segenap makhluk yang datang menyembah-Nya.
Celano melukiskan bahwa Fransiskus mau merayakan adegan Natal dengan sebuah kerinduan hati yang mendalam : … ‘Aku mau melihat dengan mataku sendiri keadaan-keadaan pahit dan papa yang diderita-Nya sebagai bayi, bagaimana Kanak-Kanak itu dibaringkan di dalam palungan, dan bagaimana Kanak-Kanak itu diletakkan di atas jerami, dengan didampingi lembu dan keledai’.
Di Greccio, Fransiskus meminta seorang sahabat yang dikasihinya, Yohanes, orang terpandang di Greccio, untuk mempersiapkan perayaan Natal. Palungan dan jerami disediakan. Lembu dan keledai digiring ke tempat itu. Para warga berkumpul dengan membawa obor dan lilin. Cahaya bintang di langit turut menerangi malam itu. Jauh dari kesan komersial. Suasana kelahiran dihayati sungguh-sungguh.
Digambarkan bahwa Natal di Greccio itu berlangsung penuh sukacita. Para saudara (pengikut Fransiskus) dan warga kampung bernyanyi dengan sukacita. Greccio menjadi Betlehem baru. Fransiskus sendiri membacakan Injil dengan sukacita dan berkhotbah dengan hati berkobar-kobar. Fransiskus seakan-akan melihat seorang bayi di palungan. Ia menghampiri dan membangunkannya.
Di malam itu kampung Greccio menjadi Betlehem yang baru. Warga berdatangan, pria dan wanita, membawa obor dan lilin seturut kemampuannya, semua bergembira. Palungan telah dibuat, jerami diangkat, lembu dan keledai digiring ke tempat itu. Di situlah kesederhanaan dihormati, kemiskinan dimuliakan, kerendahan hati dipuji. Segenap makhluk mengumandangkan kegembiraan Natal.

Hati Fransiskus bersukacita karena melihat bayi Yesus dalam palungan. Kedinaan Tuhan menyukakan hatinya. Penglihatan itu meninggalkan pesan mendalam. Fransiskus seakan-akan membangunkan Yesus yang lama tertidur dalam hati manusia, agar mereka sekarang merasakan sukacita dalam harapan sejati yang telah diperlihatkan Tuhan dalam diri bayi Yesus.
Thomas Celano melukiskan bahwa di akhir malam Natal itu, semua orang kembali ke rumah dengan penuh sukacita. Memaknai Natal sebagai ungkapan kerendahan hati Allah: itulah yang dihayati Fransiskus Assisi di kampung Greccio. Dan sejak perayaan Fransiskus inilah tradisi kandang Natal mulai dikenal dalam tradisi Gereja.
Di tempat malam Natal istimewa itu kemudian dibangun altar khusus sebagai warisan pesan damai dan simplisitas atau kesahajaan ilahi di hari Natal. Sampai sekarang tersedia sebuah sebuah galeri dekat Gereja para Fransiskan di Greccio itu, di mana para peziarah dari berbagai negara dan wilayah dapat melihat kandang-kandang Natal dari versi berbagai negara.


Terima kasih Romo…
Terima Kasih Pater ..Keredahan hati membawa sukacita.. Menyambut Natal penuh kegembiraan …
Kesederhanaan dihirmati–Kemiskinan dimuliakan–Kerendahan hati dipuji.. Segenap maklum mengumandangkan kegembiraan Natal. Terima kasih pater—Salam dan doa, semoga pater sehat selalu???