Perayaan Tri Hari Suci, Kamis Putih, Jumat Agung, Minggu Paskah (mulai Malam Paskah) dapat dimaknai dalam tiga tema kecil ini:
Kamis Putih: Bersyukur. Pusat Kamis Putih ialah warisan Ekaristi yang diberikan Yesus pada Perjamuan Terakhir. Yesus mewariskan diri-Nya sendiri bagi Gereja: ‘Terimalah dan makanlah, inilah Tubuh-Ku, terimalah dan minumlah inilah piala Darah-Ku’. Yesus wariskan teladan, bukan teori.
Seluruh ajaran Yesus termaktub dalam tindakan penyerahan diri-Nya demi keselamatan umat manusia. Ia guru yang membasuh kaki para murid-Nya. Karena itu, kata-kata dan tindakan-Nya berwibawa, menjadi harta karun Gereja: ‘Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku’.
Setiap kali Gereja merayakan Ekaristi, ia merayakan identitasnya, yaitu ikatan batiniah dengan Yesus. Aku bersyukur, Yesus bukan memberikan sesuatu bagiku, tetapi diri-Nya sendiri. Pemberian diri Yesus nyata bagiku dalam pemberian diri sesama dan kelimpahan ibu yang dapat kunikmati.
Jumat Agung: Setia. Kesetiaan Yesus menjadi sungguh nyata dalam salib. Demi cinta-Nya yang tanpa batas, Ia rela menderita: Ia tetap setia dalam segala kesulitan. Ia tak memberontak atau membalas musuh-Nya dengan kekerasan. Kritik dan keluhan pun tak keluar dari mulut-Nya. Ia adalah Damai!
Yesus setia sampai akhir. Tetapi di akhir perjuangan Ia tak mengklaim apapun sebagai milik-Nya. Ia tak turun dari salib untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri. Ia kembalikan segalanya kepada Bapa. Ia menyerahkan Roh-Nya kepada Bapa. Yesus memberi teladan bagiku tentang kesetiaan.
Minggu Paskah: Berharap. Kematian bukan kata terakhir bagi Yesus. Hidup lebih kuat dari maut! Ia adalah Tuhan atas maut. Kebangkitan Yesus memancarkan cahaya harapan bagi para murid-Nya.
Dunia ini tempat ziarah, bukan tujuan akhir. Seorang murid Yesus ada di dunia tapi tak melekat pada dunia. Walaupun dalam hidup ia mengalami tantangan, yang berat sekalipun, ia tetap berharap. Kebangkitan Tuhan Yesus menjadikan pilihan imanku lengkap: bermakna kini dan di akhirat.