Mariologi Antonius Padua diketahui dari Kumpulan Khotbahnya (Sermones). Seperti dicatat Gambero[1], terdapat enam buah khotbah tentang Maria: satu tentang Kelahiran, dua tentang Kabar Sukacita, dua tentang Purifikasi dan satu tentang Pengangkatan ke surga. Antonius dipengaruhi pandangan para Bapa Gereja. Namun ia juga membahasakan teologinya dengan pandangan khas. Bahasannya mengantisipasi Dogma Mariologis yang diproklamirkan kemudian, yaitu Maria Immakulata dan Maria Assumpta.
Rahmat terbesar pada Maria. “Rahmat dan belas kasih seperti apa yang pernah diberikan kepada seorang malaikat atau manusia? Adakah rahmat dan belas kasih seluhur yang diberikan kepada Perawan Maria? Dia (Maria) satu-satunya orang yang dipilih oleh Allah Bapa untuk melahirkan Putra tunggal-Nya, yang serupa dengan Dia dan lahir sebelum segala abad….Sesungguhnya rahmat pada Bunda Perawan adalah terbesar dari segala rahmat, sebab ia dan Allah Bapa memiliki Putra yang sama, dan karena itu pada hari ini ia pantas dimahkotai di dalam surga.” (In Assumptione 3)[2]
Rahim yang terberkati. “Sungguh terberkati rahim yang melahirkan Engkau, Tuhan, Anak Allah, Tuhan para malaikat, Pencipta surga dan bumi, Penebus dunia! Perawan yang miskin telah melahirkan Putra. O kerubim! O serafim! O para Malaikat dan Malaikat Agung. Pandanglah ke bawah, tundukkanlah kepalamu, sembahlah dengan penuh bakti baid Anak Allah, rumah suci kediaman Roh Kudus.” (Dominica 3 in Quadragesima 3)[3]
Perawan – Berkaul. Bagi Antonius, salah satu corak tersembunyi dari keibuan Bunda Maria ialah keperawanannya. Kontradiskis antara perawan dan ibu merupakan tema menarik dalam diksursus tentang Maria. Antonius melukiskan keperawanan Maria dengan kembang Lili.
“Bagai kembang lili yang tetap mekar, indah, dan harum mewangi, kalaupun telah dibasuh dengan air, demikian juga Maria yang terberkati, setelah melahirkan anaknya, ia tetap mekar dan indah dalam keperawanannya” (In Purificatione 2; 2: 128)[4]
Keperawanan Maria telah diantisipasi oleh figur perempuan yang meremukkan kepala ular dalam Kitab Kejadian. Perempuan itu telah meremukan iblis yang menjatuhkan manusia dalam kejahatan dosa. Dengan gambaran itu, Antonius merefleksikan bahwa Maria telah berkaul keperawanan sebelum menerima warta Malaikat (In Purificatione 4; 2: 131)[5]
Mediatrix. Dari penekanan tentang daya rahmat ilahi yang bekerja dalam diri Maria serta misteri keperawanannya, Antonius lalu menempatkan Maria sebagai lambang perjanjian dan perdamaian. Dalam khotbah pada Hari Raya Kabar Sukacita, ia berkata demikian:
“Pada hari ini, Matahari Keadilan, Putra Allah, masuk dalam awan, yaitu ke dalam Perawan yang mulia. Sang Perawan telah menjadi pelangi, tanda perjanjian, tanda rekonsiliasi dan damai, memancar dalam awan kemuliaan, yaitu antara antara Allah dan para pendosa…Setelah Matahari masuk dalam sang Sang Perawan, damai dan rekonsiliasi pun terwujud.” (In Annuntiatione 6; 213-214)[6]
Dalam perjanjian damai atau rekonsiliasi, yang terjadi ialah pertemuan antara pihak penuntut dan yang dituntut, yaitu antara Allah dan manusia (pendosa). Maria hadir sebagai pengantara (Mediatrix) damai. Dengan Maria, terwujud lah rekonsiliasi antara Allah dan manusia.
Bintang Laut (Stella Maris). Kepada Bunda Pengantara, Antonius merangkai doa indah: “Kami mohon kepadamu, Bunda kami, harapan kami, agar engkau, Bintang Laut, pancarkanlah terangmu ketika kami terhempas oleh badai laut ini dan antarkanlah kami menuju pelabuhan yang tenang dan lindungilah kami dengan penyertaanmu, agar kami terbebas dari penjara, dan dengan gembira kami tiba pada tujuan yaitu sukacita yang tak terlukiskan. Semoga Dia yang engkau kandung dalam rahimu yang terberkati dan engkau susui dari buah dadamu yang suci, mengabulkan doa ini.” (Dominca 3 in Quadragesima 6; 1: 161)[7]
[1] Luigi Gambero, Mary in the Middle Ages (Ignatius: San Francisco) 2005, 198.
[2] Luigi Gambero, Mary in the Middle Ages, 200.
[3] Gambero, Mary in the Middle Ages, 200.
[4] Gambero, Mary in the Middle Ages, 200.
[5] Gambero, Mary in the Middle Ages, 201.
[6] Gambero, Mary in the Middle Ages, 201.
[7] Gambero, Mary in the Middle Ages, 202.