Wartawan La Repubblica bertanya kepada Paus Fransiskus: “Bapa Suci, apakah Anda merasa sendirian ketika membuat Keputusan atau membuat pilihan-pilihan yang menimbulkan reaksi negatif, penolakan dari sebagian kuria romana, konferensi para uskup, atau sekelompok umat, misalnya terkait nota pastoral baru-baru ini dari Dikasteri Doktrin Iman tentang pemberkatan, termasuk pemberkatan pasangan gay atau pasangan bermasalah, dan itu telah Anda setuji”?
Paus Fransiskus: “Ketika Anda membuat sebuah keputusan, tentu ada sebuah harga kesendirian (solitudine) yang harus Anda bayar. Sering kali ada keputusan-keputusan yang tidak diterima. Tetapi soalnya sebagian besar orang menolak keputusan itu karena mereka sebenarnya tidak paham.
Kalau Anda tidak setuju dengan suatu keputusan, bicaralah! Kemukakan kebingunganmu dan bawa dalam diskusi penuh persaudaraan, sehingga ada langkah lebih lanjut. Muncul bahaya ketika Anda tidak setuju, tetapi menyimpan dalam hati, melawan, lalu membuat kesimpulan buruk. Inilah yang terjadi dengan keputusan terakhir tentang pemberkatan bagi semua orang itu.
Tuhan memberkati semua. Ia memberkati semua orang yang terbuka pada baptisan. Ia memberkati semua orang. Namun setelah itu setiap pribadi harus masuk dalam percakapan pribadi dengan Tuhan, untuk menapaki jalan yang telah Dia ditunjukkan. Untuk itu kita harus menggandeng tangan mereka untuk membimbing mereka, bukan langsung mengadili.
Ini adalah tugas pastoral dari Gereja. Inilah pelayanan penting bagi para bapa pengakuan. Saya selalu mengatakan kepada para bapa pengakuan: hendaknya kamu mengampuni semua. Perlakukanlah orang sebagaimana Tuhan telah memperlakukan kita. Dan jika Anda merasa perlu membantu orang lebih lanjut, berikanlah itu agar ada kemajuan.
Saya mau terus-terang: selama 54 tahun sebagai imam (saya sudah tua ya), saya hanya sekali tidak mengampuni. Itu karena kemunafikan orang. Saya mengampuni semua, tetapi dengan kesadaran bahwa orang mungkin akan jatuh pada kesalahan yang sama. Namun Tuhan selalu mengampuni. Mari kita membantu orang agar mereka tidak jatuh lagi atau lebih sedikit jatuh kembali.
Saya punya seorang bapa pengakuan terkenal (dia telah saya angkat menjadi kardinal). Dia berusia 94 tahun. Seorang Saudara OFM Capusin dari Argentina. Dia seorang pengampun yang besar. Kami (orang Argentina) punya kiasan: ‘orang yang lengan jubahnya lebar’, orang yang mengampuni semua.
Satu saat ia datang kepada saya, waktu saya masih Uskup Agung, lalu berkata kepada saya: ‘Giorgo (nama Paus ketika masih Uskup di Argentina), saya punya masalah: saya terlalu banyak mengampuni. Kadang-kadang saya pikir ini keliru’. ‘Lalu, apa yang kamu lakukan’, tanya saya.
Kata dia: ‘Saya pergi ke kapel untuk berdoa. Saya mohon ampun kepada Tuhan. Tuhan ampuni saya, karena saya sudah terlalu banyak mengampuni. Tapi maaf ini gara-gara Anda ya Tuhan, Anda lah yang telah memberi teladan buruk kepada saya’. Kisah Paus disambut tertawa para penonton.
Kita harus mengampuni semua, karena Dia (Tuhan) telah mengampuni kita. Dia yang telah memberi kita ‘teladan yang buruk’ itu. Dia mengampuni semua.”
Luar biasa.. wajib kita mencontoh sikap Tuhan dan Bapa Paus.. semoga ..
Ma ksh kak Pater Andre to sharenya yg sl menginspirasi dan memberikan semangaat iman dalam hidup kami setiap hari. . Slm sehat kak Pater
Terima kasih pater Andre.. Salam dan doa, semoga pater sehat selalu dan senantiasa dalam perlindungan TUHAN.