Bunda Maria adalah sosok yang menarik untuk dibicarakan. Tak hanya umat Katolik yang berdevosi kepadanya. Banyak kesaksian dari umat beragama lain tentang pengalaman mereka tentang Bunda Maria. Adanya banyak gelar, bentuk devosi, untaian doa, litani, patung dan ikon, serta tempat ziarah adalah bukti rasa hormat orang kepada Bunda Maria. Naluri iman umat saleh mengatakan bahwa doa mereka dikabulkan Tuhan karena berdoa bersama Maria. Tak heran, bukan hanya umat biasa, tetapi juga para Paus serta para teolog besar berdevosi kepada Bunda Maria.
Kitab Suci Perjanjian Baru dengan jelas menampilkan sosok Maria sebagai suami Yusuf, ibu Yesus dari Nazaret. Injil mengisahkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada diri Bunda Maria. Misalnya ia menerima kabar dari Malaikat Gabriel yang mengatakan bahwa ia akan mengandung Yesus yang disebut Anak Allah oleh daya Roh Kudus; Elisabet menyebutnya sebagai Ibu Tuhan; ia melahirkan Yesus anaknya di Betlehem dan dibaringkan dalam palungan; bersama Yusuf ia mempersembahkan Yesus di Bait Allah; dan mereka pernah mencari Yesus ketika Ia tinggal di Baid Allah setelah hari raya Paskah.
Injil Yohanes menampilkan Maria yang turut hadir bersama para murid Yesus, ketika Yesus membuat tanda pertama dalam perjamuan nikah di Kana. Maria tampil sebagai murid pertama yang mengikuti Yesus sampai Ia wafat di salib. Kisah Para Rasul memberi kesaksian bahwa setelah Yesus terangkat ke sorga, Maria ibu-Nya turut bersama para murid bertekun dalam doa di ruang atas di Yerusalem (bdk. Kis. 1: 14). Kata-kata Maria kepada Malaikat Tuhan ‘sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu”’(Luk. 1: 38) ia wujudkan dalam ziarah imannya mengikuti Putranya secara total.
Sosok Bunda Maria tidak hanya ditemukan dalam Injil. Dalam tradisi suci pun ia dihormati. Para Bapa Gereja memberi perhatian pada tema mariologis dalam traktat-traktat yang mereka tulis. Dari masa ke masa para teolog maupun umat beriman merefleksikan keagungan rahmat Allah yang dinyatakan dalam diri Maria. Figur Bunda Maria memang tidak dapat dilepaskan dari seluruh rencana keselamatan Allah yang terwujud dalam diri Yesus Kristus. Konsili Vatikan II (Lumen Gentium) menghormati Maria sebagai “Bunda Gereja” tanpa mengurangi peran Yesus sebagai satu-satunya Pengantara kepada Allah (bdk. LG. 60).
Secara dogmatis Gereja Katolik menetapkan empat ajaran penting tentang Bunda Maria. Berdasarkan teks Injil, tradisi suci dan ajaran para Bapa Gereja, Gereja Katolik mengajarkan empat Dogma Mariologis atau Dogma tentang Maria: 1] Maria Bunda Allah (Theotókos) yang ditetapkan dalam Konsili Efesus pada tahun 431; 2] Maria selalu dan tetap Perawan (virgo ante partum, in partu et post partum) ditetapkan dalam Konsili Nikea I (325), Konstantinopel I (381), Efesus 431, Kalsedon 451, Konstantinopel II (553), serta Konsili Lateran IV 1215; 3] Maria Terkandung tanpa noda dosa (Immaculata Conceptio) ditetapkan Paus Pius IX († 1878) pada tahun 1854; 4] Maria diangkat ke Surga dengan segenap jiwa dan raganya (Maria Assumpta) ditetapkan Paus Pius XII pada 15 Agustus 1950.
Ave Maria…. Maria ave!!!