Yesus Kristus Raja Alam Semesta. Pertanyaanya: Apakah benar bagiku Yesus adalah satu-satunya Raja? Pertanyaan lain: Mengapa orang Kristiani beriman pada Dia yang menderita, yang sengsaran-Nya memuncak pada adegan penyaliban, bentuk hukuman mati paling ngeri dan paling aib?
Rasanya daftar pertanyaan belum selesai: Apakah pada zaman ini masih perlu mengimani Tuhan yang mengalami hukuman mati sebagai penjahat di tengah penjahat lainnya? Apa untungnya percaya pada Tuhan yang pakaian-Nya ditanggalkan dan diundikan di depan umum, diejek, diolok-olok, dan dihujat: bukan oleh sembarang orang melainkan oleh para pemimpin, prajurit dan penjaga keamanan, dan seorang rekan hukuman?
Kita dapat merefleksikan sosok Tuhan seperti itu dengan merefleksikan pengalaman hidup, khususnya pengalaman yang berat dan sulit. Ketika manusia ditimpa penderitaan dalam hidup, misalnya karena pandemi, bencana, tekanan ekonomi, konflik sosial, atau bancana alam, muncul kerinduan untuk mengalami kasih dan solidaritas dari sesama. Orang yang tertimpah pengalaman pahit membutuhkan sahabat yang menghibur dan mendampingi, bukan orang yang meremehkan atau tak peduli.
Dalam situasi sulit seperti krisis karena wabah corona saaat ini, selain bantuan materi, kita membutuhkan terutama dukungan moril dan spiritual yang dapat menyemangati kita untuk berharap dan bangkit dari situasi terpuruk atau keputusasaan. Dalam suatu tatanan sosial, masyarakat membutuhkan figur pemimpin yang solider, yang tidak hanya diam di istana, yang tidak main kuasa, melainkan yang mendatangi masyarakat dan ikut merasakan suka-duka mereka.
Dalam sejarah Gereja Katolik, banyak tokoh-tokoh karismatik dan orang-orang kudus dikenang terutama karena mereka telah membaktikan hidupnya untuk orang-orang yang menderita sakit, cacat, atau yang terkucil. Sebaliknya kita kecewa pada pemimpin yang lalim, yang mempermainkan hukum, yang berkuasa demi kepentingan pribadi dan kelompok.
Kalau demikian ciri kerinduan terdalam manusia, maka Tuhan yang kita imani, yaitu Raja yang rela menderita, bukan sosok yang asing dari kita Ia bukan sosok yang bertentangan dengan pengalaman kita sebagai manusia. Cara Allah bertindak itu justru sejalan dengan dambaan kita sebagai manusia.
Tuhan telah menyentuh pengalaman dasar kita sebagai manusia, bahkan Dia telah menjawab kerinduan kita yang paling dalam, yaitu kebutuhan untuk dikasihi apa adanya, tanpa memperhitungkan dosa dan kelemahan. Yesus menjadi sahabat sejati yang memahami diri kita apa adanya.
Yesus Kristus adalah Raja yang memberi arti baru pada pengalaman pahit yang dapat menghancurkan makna hidup manusia, yaitu melalui cintanya pada orang kecil, sakit dan menderita, sampai wafat di salib. Yesus mendamaikan manusia dengan kenyataan yang paling ditakutinya yakni maut atau kematian.
Maka bagi kita orang Kristen, hukuman Yesus itu tidak lain daripada penderitaan orang benar. Orang yang sungguh bersikap benar ini tidak berusaha untuk menyelamatkan diri, tetapi menanggung penderitaan-Nya untuk keselamatan orang lain, bahkan mereka yang memusuhi-Nya. Dalam hal inilah Yesus dibenarkan oleh Allah.
Di salib Ia masih memohon pengampunan bagi mereka yang belum sadar dan belum tahu bahwa orang yang mereka hukum itu adalah Mesias dari Allah. Dan orang yang menerima tawaran pengampunan dari Yesus (penjahat yang bertobat) mengakui kesalahannya dan menerima Yesus sebagai Raja Penyelamat. Orang itu diselamatkan oleh Yesus di salib. Ia menerima keselamatan hari itu juga: berada di Firdaus.
Pertanyaannya: apa sesungguhnya salib itu? Hukuman? Batu sandung? Kebodohan? Bukan!! Salib merupakan ungkapan kasih Allah yang total kepada manusia. Tuhan yang kita imani ialah Dia yang bersolider dengan manusia, khususnya dalam situasi batas manbusia, misalnya penderitaan dan kematian.
Kita menyebut Dia sebagai Raja Alam semesta, bukan karena sebuah kejayaan politik (sebagaimana salah dipahami oleh para murid), juga bukan karena sebuah tuntutan hukum yang ketat dan kejam, melainkan karena kasih-Nya yang menyapa para pendosa. Salib bukan sesuatu yang menakutkan, melainkan yang membawa harapan dan sukacita. Salib adalah jalan kebenaran, kehidupan dan keselamatan.
Dengan memahami ciri baru kuasa Yesus sebagai Raja, kita dipanggil mengikuti ajakan Paulus untuk bersukacita dalam salib, sebab dengan salib kita dianggap layak sebagai orang kudus dalam kerajaan terang; kita dilepaskan dari kuasa kegelapan dan dipindahkan ke dalam Kerajaan Putera-Nya yang terkasih; dosa kita diampuni. Kita dibela dan dibenarkan. Bahkan segala sesuatu di dunia ini diperdamaikan dalam darah Kristus yang tersalib.
Yang patut kita renungkan: Pertama, pada zaman ini ada banyak hal yang menarik perhatian kita, yang tampaknya menjamin rasa aman, nyaman, menghibur dan memberi kepuasan. Hal-hal itu dapat berupa uang, harta benda, kedudukan, kekuasaan, atau hal lainnya. Dalam kenyataan itu kita ditantang untuk memeriksa diri secara jujur: Apakah benar Yesus adalah satu-satunya raja semesta? Ia satu-satunya Raja di hatiku?
Kedua, kalau Raja kita adalah raja yang bersolidaritas dengan manusia melalui penderitaan dan salib, sebagai murid-Nya kita ditantang memberi kesaksian kepada sesama dengan semangat solidaritas, khususnya yang paling membutuhkannya: yang sepi, sakit, berkebutuhan khusus, dan tertekan.
Ketiga, kita diteguhkan dan dikuatkan oleh Yesus, Raja yang menderita demi kasih-Nya kepada dunia. Sebagai orang Katolik kita patut bangga bahwa Tuhan yang kita imani menjadikan sejarah hidup kita bermakna. Kita memiliki alasan untuk berharap bahwa ziarah hidup kita di dunia ini tidak berakhir dengan maut, melainkan kehidupan. Harapan itu telah diperteguh dengan kebangkitan-Nya dari maut.
Keempat, Yesus itu Raja bagi segenap makhluk, jadi bukan hanya manusia. Dialah pemilik dan penguasa alam raya. Poin ini sangat relevan dengan situasi sekarang. Seperti dikatakan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si, rahim bumi telah banyak terkuras oleh kepentingan manusia. Ekosistem dunia tercemar karena limbah racun dari rumah tangga, pabrik, ataupun buangan industri berupa plastik dan zat-zat kimia yang tak teruarai. Hewan dan tumbuhan menghirup racun, tidak lagi alami.
Udara bumi tercemar oleh asap-asap kendaraan dan limbah pabrik. Hutan dibabat untuk bangunan-bangunan raksasa. Saatnya manusia belajar mencukupi diri sewajarnya, tidak tamak dan merebut apa yang bukan haknya. Merawat bumi adalah wujud iman akan Yesus Raja semesta alam dan bukti solidaritas bagi anak cucu kita. Pax te cum!
Thanks ama pater,atas artikelnya.??????
Sama2 ama. Tuhan memberkati
Ada 3 poin yang bisa saya renungkan;1).Kita mau menerima Yesus sebagai Raja dihati kita._2).Sebagai murid Yesus kita ditantang untuk bersolider dengan sesama yang menderita._3).Sebagai umat katolik kita patut bangga diberi harapan .Manusia tidak berakir dengan maut,melainkan berharap mengalami kebangkitan seperti Kristus.***Terima kasih atas suguhan dengan penuh makna**(Salam &Doa..semoga pater sehat selalu..
Manusia punya pilihan bebas untuk memilih apakah mau memanggul salib atau tidak, sekalipun Allah yang menciptakan manusia dan Allah dapat melakukan apa saja. Pertobatan hendaknya datang dari kesadaran diri sendiri.
Terima kasih Romo tulisannya.
God bless you abundantly.
Terimakasih Romo tulisannya….Senang baca ini
God bless you abundantly… Terima kasih telah mengunjungi blog saya dan membaca artikel ini. Pax te cum.
Pace e bene.
Terima kasih Pater renungan minggu ini sangat dalam utk kita introspeksi diri. Apakah Kristus merajai kehidupan kita? Apakah kita pun sdh meneladani Raja Kasih yg solider dgn alam semesta.?
Semoga…
Pax te cum.
PPp
Selamat hari minggu Kristus Raja Semesta Alam…
Selamat Hari Minggu Kristus Raja Semesta Alam. Tuhan memberkati ?. GRAZIE
Gracias Padre
Ma ksh kak Pater… untuk Sharenya yg sl luar biasa, inspiratif dan mjd intropekso diri yg dalam…
Smga Kristus merajai hati kami yang sl penuh noda dan dosa…. Amen.
Slm dr kami b3..