Gereja Katolik Roma meyakini bahwa Bunda Maria, Ibu Yesus, dikandung tanpa noda dosa (Immaculata Conceptio). Keyakini ini diproklamirkan sebagai sebuah Dogma pada tahun 1854 oleh Paus Pius IX melalui Konstitusi Apostoliknya, Ineffabilis Deus. Dalam Penanggalan Liturgi Gereja Roma, setiap 8 Desember Gereja merayakan Hari Raya ini. Bagaimana dapat dimengerti bahwa Maria, berbeda dari manusia lain, dikandung tanpa terkena noda dosa?
Pertanyaan ini berusaha dijawab oleh para teolog. Salah satu tokoh terkemuka terkait tema ini ialah Yohanes Duns Scotus (1266-1308), seorang Filsuf dan teolog Fransiskan di Abad Pertangahan. Beato Duns Scotus digelari “Doctor Marianus”, doktor tentang Maria, karena argumentasinya untuk membela ajaran Gereja Katolik Roma tentang Dogma Maria dikandung tanpa noda dosa asal.
Dalam doktrin ini diajarkan bahwa Maria dilahirkan tanpa noda dosa. Pada Abad Pertengahan telah diterima pandangan umum – yang dipengaruhi pemikiran Agustinus dan Thomas Aquinas – bahwa Maria dikandung secara alami, dan semua orang yang dikandung dengan cara demikian tidak luput dari dosa asal. Karya keselamatan Kristus mencakup segenap manusia yang berdosa, jadi termasuk Maria.
Pemikiran Scotus berbeda dari pandangan umum tersebut. Ingham, dalam Scotus fo Dunces, menjelaskan bahwa Scotus menolak pandangan klasik Santo Agustinus bahwa dosa asal diwariskan secara alami melalui proses prokreasi; bahwa hasrat badani yang dirasakan pria dan wanita dalam hubungan prokreasi merupakan dosa yang mencemarkan jiwa secara turun-temurun, jadi merasuki pula jiwa anak yang dilahirkan.
Hasrat fisik tersebut, demikian Agusinus, mewariskan apa yang disebut konkupisensi, yaitu kecenderungan manusia untuk dapat berbuat dosa (belum berdosa). Sikap itu pada gilirannya mendatangkan ganjaran/hukuman konkret bagi manusia berupa sakit, penderitaan dan kematian. Dalam pandangan umum ini, setiap manusia dilahirkan dengan sebuah warisan potensi negatif, yakni kecenderungan untuk dapat berdosa.
Antroplogi teologi yang lebih positif datang dari Scotus. Baginya kenikmatan seksual merupakan sebuah natural goodness yang wajar dialami manusia. Dosa dalam arti sesungguhnya bukan pada kenikmatan itu, melainkan tindakan bebas manusia yang mencemarkan jiwanya, jadi bukan sesuatu yang bersifat fisik-biologis belaka.
Lebih lanjut Scotus menjawab pertanyaan-pertanyaan umum berikut ini: Jika ada orang yang memang tidak berdosa asal, dalam arti apa ia ditebus? Apakah seseorang yang tidak berdoa masih membutuhkan rahmat penebusan dari Kristus? Jika Maria tidak berdosa, apakah penebusan Kristus berlaku juga untuknya?
Ada dua jawaban atas pertanyaan tersebut: Pertama, penegasan bahwa persatuan antara Allah dengan manusia terjadi dalam inkarnasi; jadi bahwa secara kodrati manusia – termasuk yang tidak berdosa sekalipun – membutuhkan Kristus. Kedua, argumen pencegahan atau perlindungan Tuhan bagi seseorang agar ia terlindung dari dosa sejak semula. Argumen kedua inilah yang dikembangkan oleh Scotus.
Dalam karyanya Ordination, Doctor Subtilis menjelaskan bahwa Maria diselamatkan oleh jasa Yesus Kristus, dan karena itu ia terlindung/tercegah dari dosa asal. Oleh karena jasa Yesus Kristus yang adalah Anak Allah, Maria dianugerahi rahmat penyucian. Lebih besar lah rahmat bagi seseorang yang dicegah dari dosa dari pada bagi seseorang yang telah berdosa dan kemudian dipulihkan: “Lebih luhur lah jasa melindungi seseorang dari kuasa dosa, dari pada membiarkannya jatuh dalam dosa, lalu memulihkannya”.
Richard Cross, seorang ahli pemikiran Scotus, dalam bukunya Duns Scotus, menilai pandangan Scotus ini secara positif. Dalam pembacaan Cross, tepatlah bahwa Maria diselamatkan karena jasa Yesus Kristus, jadi bahwa dogma Maria Immaculata harus dimengerti dari sudut pandang Kristologi. Artinya tanpa jasa Yesus Kristus, tidak dapat berbicara tentang keterpilihan Maria sejak semula oleh Allah.
Meski demikian, diskusinya tidak sampai di situ saja. Muncul diskusi lebih lanjut karena penyelamatan bagi Maria terjadi sebelum penderitaan dan wafat Kristus. Pertanyaannya: bagaimana mungkin seseorang yang hidup sebelum sudah Kristus diselamatkan? Bukankah keselamatan itu terjadi hanya dalam Yesus Kristus?
Dalam menjawab pertanyaan ini, Scotus berpandangan bahwa jasa pembenaran oleh Yesus Kristus berlaku surut. Maksudnya, Tuhan dapat (karena kebebasan-Nya yang tak terbatas) memberikan sebuah hadiah masa lalu kepadaku oleh karena pengetahuan-Nya akan kehadiran dan tindakan baikku di masa depan.
Dalam diskusi tentang doktrin ini, Scotus mencoba mempertahankan keyakinannya bahwa penebusan Maria merupakan model ideal dari karya penebusan ilahi. Pandangan ini dapat diuraikan demikian: Pertama, bentuk sempurna dari pembenaran adalah pencegahan terhadap seseorang dari ancaman dosa. Kedua, pembenaran yang paling sempurna akan membatalkan ancaman terbesar. Ketiga, kita akan berada dan bersatu seutuhnya dalam Kristus jika Ia menghapus godaan terbesar untuk berdosa.
Berdasarkan pandangan bahwa penebusan Maria merupakan model ideal karya penyelematan, Scotus berkeyakinan bahwa “sejauh tidak bertentangan dengan otoritas Gereja atau otoritas Injil, dapat dikatakan bahwa ada semakin banyak keistimewaan yang ada pada diri Maria”. Maria ditebus dalam arti dicegah dari kemungkinan ber-dosa asal. Dengan kata lain, Yesus melunaskan utang dosa yang seharusnya menimpa Maria.
Pandangan Scotus ini, di satu pihak terkesan sewenang-wenang, karena memaksakan intervensi Allah mencegah Maria dari potensi dosa asal, tanpa memberi penjelasan memuaskan bagaimana itu dapat terjadi. Namun di lain pihak, berhasil menunjukkan dengan jelas bahwa, jika ada sebuah tingkatan tata kesempurnaan dalam penebusan, maka kita boleh menunjuk sebuah tingkatan paling maksimum (paling mendekati rencana agung karya keselamatan Allah). Dan hal itu nyata dalam sikap Allah terhadap Maria. Dalam garis argumentasi itulah Scotus membela Dogma Maria dikandung tanpa noda dosa. Pax te cum!
Terima kasih Romo.
Berkah Dalem.
Terima kasih pater,,,Tulisan yang sangat bagus tentang Maria,tentunya menambah wawasan bagi para pewarta. . .Saya merindukan tulisan berikutnya… (Slam.&,Doa..semoga romo sehat selalu.)
Terima kasih ama. Tuhan memberkati selalu
Terima kasih Romo Andre. BDG
Sama2. Pax te cum!
Mantap pater, menambah wawasan theologis dan mariologis…ini sangat bermanfaat untuk saya. Terima kasih, Tuhan memberkati hidup dan karya pater di ladang Tuhan.
Pastor, kenapa harus Maria? dan bukan perempuan lain yang mendapat ‘karya penebusan yang begitu luar biasa itu?’. Saya tidak iri dengan Bunda Maria. Tapi sambil berharap, kepada saya yang berdosa ini pun dapat dikenakan kata-kata Duns Scotus, “Tuhan dapat (karena kebebasan-Nya yang tak terbatas) memberikan sebuah hadiah masa lalu kepadaku oleh karena pengetahuan-Nya akan kehadiran dan tindakan baikku di masa depan”. Atau, melulu hadiah masa depan kepada kita yg berdosa ini, bila bertobat? Mohon ada tulisan lain ttg. itu..Salam.
Amin. Tuhan mendengarkan doa-doa kita.
Tetima kasih Romo Andre