Inti dari seluruh hidup dan pewartaan Yesus Kristus ialah kesaksian tentang misteri cinta kasih. Allah adalah kasih, dan dari Dia terpancar kasih semata-mata. Pancaran itu mencapai titik kulminasinya dalam diri Yesus. Dalam Yesus karya keselamatan Bapa terwujud. Keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, yaitu Yesus Kristus (bdk Kis 4: 12).
Sumber dan Isi Wahyu Identik. Dalam diri Yesus, Allah Bapa sebagai sumber wahyu mengungkapkan diri secara utuh, sedemikian rupa, sehingga isi wahyu itu identik dengan sumber pewahyuannya. Yesus adalah pancaran wajah Allah. Pewartaan Yesus di dunia hanya dapat dimengerti dalam kerangka karya Penyelamatan Allah, yang dalam sejarah Israel telah menyatakan diri sebagai Allah penyelamat dan pembebas kepada Israel sebagai umat pilihan.
Kesatuan antara Bapa dan Putra sangat ditekankan penginjil Yohanes. Yesuslah Pengantara yang Esa antara Allah dan manusia (bdk 1Tim 2: 5); Dialah Anak tunggal yang diutus Bapa untuk menyelamatkan dunia (bdk Yoh. 3 : 16-17). Tidak ada orang yang dapat sampai kepada Bapa tanpa melalui Yesus (bdk Yoh 14: 6). Dalam Dia segala sesuatu diperdamaikan dengan Bapa (1 Kol 1: 15-20); Dialah yang menghapus dosa dunia (bdk Yoh 1: 290; dan dengan demikian Bapa mendamaikan dunia dengan diri-Nya (bdk 2Kor 5: 19) [Ladaria 2008, 51-52].
Kualitas Baru Ego Sum. Dalam Perjanjian Lama, Allah mewahyukan nama-Nya kepada Musa: “Aku adalah aku” (Kel. 3:14). Sementara dalam PL kata-kata “aku adalah” (egos sum) mendefinisikan pewahyuan diri Allah Bapa, dalam PB, dari mulut Yesus, pewahyuan diri itu mendapat kualitas yang baru: terpenuhi dalam diri Yesus sendiri. Dalam Injil Yohanes, Yesus sangat sering menyebut nama diri dengan “Aku adalah” (ego sum): Aku adalah terang, Aku adalah roti hidup, Aku adalah pokok anggur, Aku adalah jalan, kebenaran dan hidup.
Dengan menyebut diri ‘Aku’ (orang pertama tunggal), Ia tidak sedang berkata-kata tentang diri-Nya, tidak pula mengindentikkan diri dengan tokoh lain dalam Perjanjian Lama, melainkan tentang Bapa-Nya sendiri. Yesus berbicara dan bertindak pada tempat Allah Bapa. Ia mengidentikkan diri dengan Bapa: “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh. 10: 30). Sebab itu “Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku” (Yoh 12: 45).
Poinnya ialah bahwa di dalam diri Yesus, karya keselamatan itu nyata, tidak tersembunyi. Oleh karena itu, demikian penginjil Yohanes, “barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1Yoh. 4: 8). Karena Allah adalah kasih, maka tinggal dalam Allah berarti tinggal dalam kasih: “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1 Yoh. 4: 16) [Ladaria, 54-55].
Satu dalam Kasih. Kasih Allah itu diungkapkan secara total dalam diri Kristus. Bapa dan Putra adalah satu dalam kasih. Kasih Bapa dapat dimengerti hanya dalam diri Kristus. Kristus adalah wajah kasih Bapa, kehadiran Bapa. Hanya dalam Kristus kasih Allah itu dapat dimengerti oleh manusia: “[…] sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yoh. 17:21) [Piero Coda 2011, 40-41].
Pengenalan Sempurna. Yesus berkata: “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia” (14: 7). Filipus berkata kepada Yesus: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami” (14: 8). Menjawab pertanyaan Filipus, Yesus tidak menunjuk Bapa sebagai Pribadi Ilahi lain, agar Filipus menjadi puas. Yesus berbicara tentang Bapa dengan cara menunjuk diri-Nya sebagai Anak: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (14: 9b).
Filipus, seperti murid-murid lain, juga seperti kita yang mendengar Sabda Tuhan, tentu mengenal Allah, yaitu Alah Israel, namun pengenalan itu menjadi sempurna ketika percaya pada penjelmaan diri Allah dalam diri Yesus Kristus. Raymond Brown mengatakan bahwa logika Injil Yohanes ini tampak juga dalam ekspresi Inji Sinoptik (Johannine logion of the Synoptic Gospels), yaitu dalam Mat 11: 27 dan Luk 10: 22: “tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya” [Brown 2008, 630-631].
Jalan, Kebenaran, Hidup. Yesus adalah jalan (via): Dia adalah Guru kebijaksanaan yang mengajarkan kita logika (logos) kehidupan. Sebagai Guru Ia tidak hanya membeberkan pengetahuan atau teori saja, tetapi juga mengarahkan kita kepada cara berpikir yang benar dan pasti. Ia menunjukkan kepada kita jalan yang benar. Jadi Yesus bukan hanya jalan, tetapi jalan yang benar, yang tidak menyesatkan. Yesus adalah Kebenaran (veritas), yang mengajar kita dengan cara hidup-Nya yang nyata.
Tetapi pertanyaannya: untuk apa kita berjalan di jalan benar kalau tidak ada tujuannya? Nah, Yesus juga adalah tujuan jalan yang benar itu, yaitu kehidupan. Yesus bukan hanya saran atau petunjuk, tetapi sekaligus tujuan akhir. Tujuan dari segala pengetahuan manusia di dunia ini ialah agar ia dapat hidup. Yesus adalah hidup. Dalam Yesus manusia bersatu dengan Allah. Yesus sumber pengetahuan yang membawa kepada hidup baru. Pengetahuan yang benar bukan konsep atau teori, melainkan diri Yesus, sang Penyelamat.
Rumah Bapa. Tujuan akhir dari jalan yang benar yang diajarkan Yesus itu, oleh penginjil Yohanes digambarkan dengan rumah Bapa. Rumah adalah tempat kita mengalami kasih sayang bersama keluarga. Yesus pergi untuk menyediakan rumah bagi kita. Ia bukan menanti kita di rumah Bapa itu, tetapi akan kembali untuk membawa kita ke sana, agar di mana ia berada kita pun berada. Kebenaran Kristiani adalah Pribadi Yesus Kristus. Hidup dalam kebenaran berarti hidup dalam iman akan Kristus. Dan beriman kepada Kristus berarti percaya dan yakin bahwa Dia adalah jaminan bagi sukacitaku yang abadi di rumah Bapa.
Terima kasih Pater
Trima kasih Pater.. Kasih Allah sungguh ajaib …ada selalu setiap hari…setiap detik… ..
Terimakasih pater. YESUS ADALAH JALAN KEBENARAN.