Berikut ini beberapa pernyataan revolusiner Paus Fransiskus yang mendorong sebuah ethos baru pada cara pandang dan sikap manusia, terutama pada masa krisis karena wabah korona.
Sakralitas Bumi
- “Pada Peringatan Hari Bumi hari ini, kita dipanggil untuk menemukan kembali makna sakral dari sikap hormat pada tanah, sebab ini bukan hanya rumah kita, tetapi rumah Tuhan. Dari sini lah mengalir kesadaran dalam diri kita tentang hidup dalam sebuah bumi yang sakral”.
- “Bagaimana tanah beraksi? Ada sebuah pepatah dalam bahasa Spanyol, yang sangat jelas tentang hal ini, begini dikatakan: Tuhan selalu mengampuni; kita manusia kadang mengampuni, kadang tidak; tanah tidak pernah mengampuni! Tanah tidak mengampuni. Jika kita memeras hasil yang diberikan ibu pertiwi, balasannya akan sangat buruk”.
- “Bagi kita orang beriman, bumi ciptaan merupakan Injil Alam yang memancarkan daya cipta Tuhan yang membentuk hidup manusia dan menjadikan bumi serta segala yang terkandung di dalamnya untuk menopang umat manusia” [Peringatan Hari Bumi ke-50, 22/04/20].
Menggugah Kesadaran Etis
- “Banyak hal yang harus diarahkan kembali, tetapi terutama umat manusia harus berubah” (Laudato Si, 202).
- “Kami terus tanpa henti berpikir untuk selalu sehat di dunia yang sakit”.
- “Tidak ada masa depan bagi kita, kalau kita merusak lingkungan yang menopang kita”.
- “Tuntun kami untuk memaknai masa pencobaan ini sebagai pilihan. Ini bukan waktu penghakiman-Mu, tetapi penghakiman kami: waktu untuk memilih apa yang penting dan yang tidak, untuk memisahkan apa yang perlu dari apa yang tidak” [Urib et Orbi, 27/03/2020].
- “Cukup dengan memperhatikan realitas dengan jujur, jelas terlihat bahwa telah terjadi kemerosotan besar dalam rumah kita bersama: kita telah mencemarkan bumi, kita telah menjarahnya, dengan demikian mendatangkan bahaya bagi hidup kita sendiri”.
- “Pandemi virus korona yang tragis ini, yang kita hadapi, sedang menunjukkan kepada kita bahwa hanya bersama dan dengan memerhatikan mereka yang paling lemah, kita dapat mengalahkan tantangan global” (Peringatan Hari Bumi ke-50).
Peneguhan dan Harapan.
- “Kita merasa takut dan bingung. Seperti para murid dalam Injil, kita terkejut karena badai yang tak terduga dan geram. Kita menyadari bahwa kita berada di perahu yang sama, kita semua rapuh dan bingung, tetapi pada saat yang sama penting dan perlu bahwa kita semua dipanggil untuk bersatu, semua saling mendukung” [Uribi et Orbi 27/03/2020].
- “Peringatan Hari Bumi sebetulnya lahir dari alasan-alasan ini: setiap orang dapat memberi kontribusinya yang kecil. Jangan mengira bahwa kekuatan-kekuatan kecil ini tidak mengubah bumi. Aksi-aksi seperti itu menjadi sumber kesejahteraan masyarakat, selalu membawa dampak tak terduga, karena mendorong suatu kebaikan yang menopang bumi, sering kali secara tersembunyi”.
- “Kita dijadikan dari debu tanah. Dan hasil bumi lah yang menopang hidup kita. Tetapi, sebagaimana dikatakan dalam Kitab Kejadian, kita ini bukan sekedar dijadikan dari tanah: dalam diri kita terdapat nafas hidup yang berasal dari Allah (Peringatan Hari Bumi ke-50).
- “Tuhan, berkatilah dunia, anugerahi kesehatan badani dan penghiburan batin. Engkau meminta kami agar tidak takut. Namun iman kami lemah dan gentar. Engkau, Tuhan, jangan tinggalkan kami di bawah angin badai. Sekali lagi: ‘Janganlah kamu takut’ (Mat 28: 5) [Uribi et Orbi 27/03/2020].
Terimakasih Romo…tulisannya sangat menginspirasi…
Terimakasih Pater….mengaktifkan kembali kesadaran diri. Tq Pater
Luar buasa kak Pater…. sharenya benar2 menginspirasi semua orang…
Slm sehat dan tetap semangaat dr kami b3…
Ma ksh kak pater
Tefima kasih Pater Andre
Trima kasih Pater….Cinta Ibu Bumi…sangat menginspirasi…
Terima kasih Pater
Semua tergantung manusia yang punya akal budi…” manusia harus berubah” baik pola pikir maupun tingkah laku/ perbutan.
Terimakasih Pater untuk inspirasinya yang membantu menumbuhkan kesadaran untuk lebih menghargai ibu pertiwi??
* Trimakasih Pater, membuka dan memperdalam wawasan sikap dan perilaku kita terhadap bumi. ???
* menjadi tantangan bagi kita semua, untuk memilih dan menentukan sikap, turut peduli ( dng motivasi menghormati ciptaan Tuhan dan Memeliharanya ) , kurang peduli , acuh tak acuh ( merasa ini bukan urusan dan tanggung jawabnya ), menuruti kerakusan materi. ( sudah terlanjur dininabobokan dengan segala fasilitas, kenikmatan, dan materi ) sehingga mengekploitasi bumi untuk kepentingan pribadi kelompok tanpa mempedulikan kerusakan lingkungan.