Dalam teks Rm 5: 17-19 Santo Paulus menampilkan dua pribadi berbeda: Adam dan Kristus.
“Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.
Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.
Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar”.
Dua pribadi, Adam dan Yesus ditampilkan dengan paralel ciri-corak yang kontras: mati ↔hidup; pelanggaran ↔pembenaran; ketidaktaatan ↔ taat; orang berdosa ↔orang benar.
Semua manusia, yang adalah keturunan Adam, membutuhkan keselamatan dari Allah. Sebab sebagai ciptaan, dari kodratnya, manusia tak sempurna. Ketidaksempurnaan kodrati ini disebut dengan istilah ‘dosa asal’. Istilah itu digunakan misalnya oleh Santo Agustinus, uskup Hippo.
Dosa asal bukan keselahan pribadi sesorang, melainkan situasi batas semua manusia sebagai ciptaan. Dari kodratnya manusia tidak cukup diri. Artinya ia memang selalu membutuhkan pihak Lain.
Dengan kata lain, istilah ‘dosa asal’ menunjuk bukan sebuah kesalahan moral orang tertentu, melainkan ketidakutuhan/keterbatasan eksistensial yang terdapat dalam diri manusia fana.
Semua manusia lahir dalam kelemahan. Seperti bayi ia membutuhkan pertolongan spiritual dari kekuatan adikodrati. Dan itu berarti dari kodratnya manusia diberi rahmat untuk hidup. Sejak dibentuk Allah, manusia diberi potensi untuk terarah kepada Allah: Ia diberi napas hidup.
Adam adalah gambaran tentang kodrat semua manusia: dijadikan dan terlahir dalam keterbatasan, karena itu membutuhkan rahmat Allah. Dalam hal ini semua manusia adalah keturunan Adam.
Jadi, doktrin ‘dosa asal’ bukan sebuah doktrin pesimistis, melainkan doktrin yang makna dasariahnya adalah sukacita dan harapan akan pembaruan kodrat manusia. Doktrin ini tidak mengatakan bahwa manusia tercipta buruk dan jahat; tidak pula mengatakan bahwa manusia ditentukan untuk berbuat jahat.
Justru sebaliknya: manusia dimungkinkan untuk hidup dengan citra yang baru. Manusia dari kodratnya selalu dapat lahir baru (bertobat). Model pembaruan itu telah nyata dalam Yesus, Adam Baru.
Kematian dan kebangkitan Yesus menegaskan kebaruan yang sejak semula dimungkinkan Pencipta dalam diri manusia. Kristus, Adam Baru, adalah dasar dan tujuan keyakinan pembaruan citra manusia.
Doktrin ‘dosa asal’ mengatakan bahwa manusia sudah selalu dikasihi Allah; ia dimungkinkan untuk selalu ada di hadirat Allah. Manusia yang bebas itu memang dapat berdosa. Namun sebenarnya ada martabat lebih luhur yang telah diberikan kepadanya: Ia diciptakan untuk menjadi sempurna sebagai anak Allah.
Tks bro. Terus berkarya…..
Gracias Padre ???
Manusia diciptakan untuk sempurna sebagai anak Allah dan jalan menuju kesempurnaan melalaui pertobatan.
Manusia selalu berusaha untuk menjadi Adam baru(pertobatan)… Terima kasih pater…. Salam dan doa, semoga Pater sehat selalu..
Bagus aku suka ???
Tks Pater pembelajarannya.
Tetap sehat dan bahagia.Gbu.