Era kontemporer disebut era posthuman. Istilah posthuman secara sederhana berarti ‘setelah manusia’. Mengapa? Sebab manusia dipahami bukan melulu sebagai makhluk biologis yang sudah fix, melainkan pribadi yang melampaui dirinya. Paham baru ini menarik untuk didalami.
Kita berada di era sesudah evolusi biologis. Pandangan bahwa manusia adalah hasil akhir tahap-tahap perkembangan dalam evolusi ditinggalkan, sebab manusia memang bukan sekedar hasil evolusi.
Era psothuman menempatkan manusia sebagai sistem subjek yang kompleks, lebih luas dari sekedar suatu individu. Posthuman berbicara tentang ‘dunia luar’ yang turut membentuk hidup manusia.
Manusia adalah sistem relasional yang kaya dan rumit, karena ia berada di dunia yang relasional. Kategori manusia sebagai suatu species ditinggalkan. Kini diyakini bahwa manusia adalah sistem dari sistem; ia selalu berproses dalam proses; dan proses itu masih terus berjalan.
Era posthuman menempatkan manusia dalam suatu cyborg. Istilah ini berasal dari dunia sains informatika, akronim dari cybernetic organism, yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan manusia untuk menyatu dengan unsur non-biologis, termasuk unsur transendental.
Diyakini bahwa manusia memiliki kemampuan untuk melampuai batas dirinya. Manusia adalah makhluk yang mampu keluar dari definisi dirinya sebagai substansi yang fix (definisi klasik Boethius). Teologi-antropologis berbicara tentang kemampuan mentransendensi diri.
Paradigma cyborg menempatkan manusia dalam horizon samudera relasional, suatu sistem hyper-relasional, di mana subjek itu bercorak multiple, adaptif, berbaur, bergerak mencari relasi yang baru.
Manusia adalah sebuah proses yang belum final; ia adalah konstruksi lingkungan, teknologi, institusi, dan komunitas sosial. Pandangan ini menegaskan bahwa manusia dapat dipengaruhi oleh suatu yang bukan manusia, juga sesuatu yang berdimensi adikodrati.
Hidup di era posthuman tidak lagi berjalan dalam pola hukum dualisme: dunia versus surga, materi versus rohani, tubuh versus jiwa, Tuhan versus Manusia. Manusia cyborg itu kompleks dan penuh teka-teki. Dalam ketegori sosial, individu tidak dibatasi pada bahasa, etnis, dan ras.
Dengan kata lain, manusia berada dalam horison keterhubungan: ia dalam hyper-link. Agama atau ideologi yang coba mendefinisikan manusia secara sempit, berarti memenjarakannya.
Dari sudut pandang teologi Kristiani, ada kebaruan yang mau ditawarkan dengan pandangan ini. Ini terkait erat dengan diri orang bernama Yesus dari Nasaret: Ia seorang manusia yang menampilkan kesan posthuman. Bahasa teologisnya: Ia sungguh ilahi sungguh insani.
Bagi para teolog era posthuman, Jesus as cyborg. Yesus dari Nasaret hidup dalam kesadaran yang unik akan dimensi lain dalam dirinya. Ia tidak rigid dengan suatu agama dan kultur. Ia cinta damai. Ia pengampun. Ia mengasihi dengan sentuhan kemanusiaan. Yang absolut padanya ialah kasih.
Ia seorang Yahudi, dididik dengan hukum dan tradisi Yahudi, namun tidak pernah mengkultuskan suatu agama. Ia lahir dari seorang perempuan, jadi memiliki fisik manusia. Ia memiliki sekaligus kesadaran yang mendalam tentang relasinya dengan Yang Ilahi. Ia tahu menolak Iblis.
Ia sadar akan daya ilahi dalam dirinya, tetapi tidak mengeklaim sebagai miliknya. Ia seperti cyborg: menyeluruh, anti-ideologi, dan sangat mencintai nilai kemanusiaan universal. Karena anti-kekuasaan, Ia juga tidak melekat pada kefanaan. Ia mendambakan kekekalan.
Di era posthuman, kristologi klasik dibahasakan sebagai Cyborg Christology. Mengikuti Kristus di era posthuman berarti menjadikan dia model cyborg. Menjadi murid Kristus berarti menjadi person yang terbuka: terbuka seluas misteri, tetap setia pada iman, namun bersikap bijak.
Yesus itu hyper-relasional. Mengikuti dia berarti belajar mengasihi dengan sentuhan insani, keluar dari segala kategori yang sempit, dan selalu siap menjadi manusia baru: menjadi posthman.
Kita tidak menemukan jawaban final misteri hidup di dunia ini justru karena kita sendiri adalah misteri. Dalam bahasa Kristiani, manusia hidup dalam pengharapan. Tapi ingat, harapan bukan optimisme! Harapan melampaui matahari, merangkul kekekalan (Paus Fransiskus).
Terima kasih pater Andre. Salam dan doa, semoga pater sehat selalu dan senantiasa dalam perlindungan TUHAN