Semua manusia merasa takut. Ada berbagai alasan mengapa orang merasa takut. Dalam tradisi Kebajikan Kristiani, takut dimaknai secara positif. Rasa takut bahkan diyakini sebagai sebuah karunia Roh.
Roh takut akan Allah mengikis kebanggaan diri yang sia-sia (DD II, 3). Orang yang terlalu membanggakan diri cenderung menjadi sombong. “Kitab Suci berkata: “Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia” (Why 14: 7).
Mengapa ‘Takut’? Kata ‘takut’ bermakna negatif, sebab ia menunjukkan sebuah kelemahan dalam diri manusia. Semua orang berusaha melawan rasa takut dalam dirinya karena ia melemahkan rasa percaya diri dan keberanian. Jika demikian, mengapa kita perlu merasa takut akan Allah? Bukankah Ia adalah Allah penyayang dan pengasih? Dan jika kita beriman kepada Allah karena takut, bukankah iman kita itu sebenarnya dangkal?
Pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa rasa takut tidak melulu bermakna negatif. Ada pula dampak positif yang datang justru dari rasa takut. Rasa takut membuat orang bertindak hati-hati. Siswa yang takut gagal dalam ujian akan belajar dengan giat agar mendapat hasil yang baik. Karena rasa takut terjadi kecelakaan di jalan, orang perlu mengemudi dengan hati-hati, taat pada lalu lintas.
Seorang pekerja yang takut kehilangan pekerjaan akan melakukan tugas-tugasnya secara profesional. Jika saya takut terjangkit penyakit, maka saya perlu menjaga kesehatan dengan pola hidup yang baik. Orang yang tidak memiliki ketakutan justru sering gegabah dalam bertindak, sehingga keputusan-keputusan yang dibuatnya sering kali tidak didahului dengan pertimbangan yang matang. Rasa takut membantu orang untuk menjadi lebih trampil dalam mengantisipasi keslitan atau masalah. Santo Bonaventura memaknai rasa takut secara positif:
“Bagi saya, takut akan Allah itu ibarat pohon yang tumbuh indah dalam hati orang saleh. Pohon itu diairi terus-menerus oleh rahmat Allah. Ketika pohon itu telah tumbuh dan menghasilkan buah, orang itu pun pantas masuk dalam kehidupan kekal” (DD II, 6).
Dalam Kebajikan Kristiani, rasa takut tak disangkal, namun dimaknai sebagai jalan untuk bertumbuh dalam iman. Ungkapan dari takut akan Allah ialah sikap taat (obey), yaitu siap sedia melakukan kehendak Tuhan, dan karena itu, melawan kejahatan dosa. Mengingat makna yang mendalam dari karunia takut akan Allah, Bonaventura memaknainya sebagai jalan menuju kesempurnaan: “Jika engkau ingin sempurna, takutlah akan Allah” (DD II, 20).
Kiranya jelas bahwa, ‘takut’ yang dimaksudkan di sini bukan hanya perasaan takut, melainkan sebuah situasi batin lebih mendasar yang diperlukan agar orang bertumbuh dalam iman. Karunia takut akan Allah merupakan awal dari perjalanan iman. Rasa takut membentuk rasa percaya (trust) dan taat (obey) kepada Allah.
Orang yang takut akan Allah, tidak merasa cemas akan hidupnya. Ia manjalani hidupnya seraya mempercayakan-nya kepada Allah. Orang yang takut akan Allah hidup sebagai orang yang berpengharapan. Roh takut akan Allah pada dasarnya adalah sikap iman, sebuah karunia Tuhan “yang tidak akan direbut oleh siapa pun” [DD II, 21].
Pemaknaan yang tepat akan karunia takut akan Allah dipengaruhi oleh cara pandang kita akan Allah. Apakah Allah yang kita imani adalah Allah yang menakutkan? Ketika Allah kita pandang melulu sebagai penguasa, tentu kita takut kepada-Nya. Allah kita adalah Dia yang berbelas kasih kepada umat-Nya. Ia adalah Bapa penyayang. Takut akan Allah tidak bertujuan membuat kita berpura-pura menjadi anak manis di hadapan-Nya, tetapi mendidik kita untuk bertumbuh menjadi lebih dewasa dalam iman.
Karunia takut akan Allah justru menyadarkan kita bahwa tindakan-tindakan Allah tidak pernah bergantung pada kesalehan atau pun dosa kita. Allah tidak perlu disogok atau dibela oleh manusia. Sebab Ia Allah yang bebas. Ia mengasihi ciptaan-Nya karena Ia sendiri adalah kasih sempurna. Ia sumber kasih. Karena itu hukum-hukum-Nya adalah pertolongan bagi kita manusia yang memang sering tidak taat, bukan ancaman bagi anak-anak-Nya.
Renungan: Apa yang membuat saya sering merasa takut? Semoga Tuhan menganugerahkan Roh takut akan Allah kepadaku, agar aku belajar mengubah rasa takut menjadi cara untuk semakin mengandalkan Tuhan. Amin.
Terimakasih yaa.. Tulisannya bagus.
Amin. Makasih Pater
terima kasih pater..unt pencerahannya
Orang yang takut akan Allah, akan siap sedia melakukan kehendak Tuhan.. Dan selalu mengandalkan Tuhan.. —Terima kasih Pater, semoga tulisan ini menjadi bahan katekese umat… (Salam & Doa, semoga Pater sehat selalu)
Mantap Pater??
Allah kita adalah Allah yang berbelas kasih, Gracias Padre