Christus Medium
  • Humaniora
  • Teologi
  • Dialog Teologi dan Sains
  • Filsafat
  • Buku
  • Tentang Saya
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
Christus Medium
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
Home Teologi

Teologi Nama Allah

Dua nama Allah menurut Bonaventura: Esse dan Bonum

9 Juli 2019
inTeologi
0
Teologi Nama Allah
Share on FacebookShare on Whats AppShare on Twitter

Santo Bonaventura (1217-1274) merenungkan pewahyuan dua nama Allah. Mengikuti Yohanes Damaskus, ia mengontemplasikan nama “Akulah Aku”, Ego sum qui sum (Kel. 3: 14); dan mengikuti Pseudo Dionysius, ia merenungkan nama Baik: “Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja” (Luk. 18: 19).

Berdasarkan penyingkapan nama Allah kepada Musa dalam Keluaran 3: 14, Bonaventura merenungkan bahwa nama pertama Allah ialah Ada (Esse).Teks kitab Keluaran itu tidak menyajikan argumen filosofis tentang nama Allah. Namun Bonaventura menafsirkannya dengan kategori filosofis. Perlu diketahui bahwa ‘membaptis’ kategori-kategori filosofis dalam rangka berteologi merupakan metode umum pada Mazhab Skolastik. Bonaventura menggunakan nama “Akulah Aku” untuk mengatakan bahwa adanya Allah merupakan kebenaran mutlak. Hakikat Allah itu bagaikan terang dalam cahaya. Hakikat-Nya itu dipancarkan dalam sebuah terang, yaitu terang murni yang tidak mengenal kegelapan.

Sang Ada pertama merupakan wujud yang ada pada dirinya. Keberadaan-Nya tidak dapat disangkal. Ia adalah wujud paling murni pada dirinya (ipsum esse purissimum). Sebagai wujud paling murni, Dia adalah yang pertama dalam intelek kita (primo cadit in intellectu). Sebagai wujud pertama dalam intelek, Ia bersifat ilahi; dan karena bersifat ilahi, keberadaan-Nya merupakan kebalikan sempurna dari ketiadaan (omnio nihil). Dalam konteks ini Bonaventura meyakini bahwa eksitensi Allah adalah modus operandi pengetahuan manusia. Oleh sebab itu adanya Allah tidak perlu dibuktikan. Ia niscaya ada, juga ketiga disangkal!

Bonaventura menganalogikan prioritas wujud pertama dari realitas dengan simbol cahaya: Ketika seseorang berada dalam ruangan bercahaya, ia tentu tidak menyangkal terang cahaya, kecuali karena ia buta. Bonaventura menggambarkan Ada Ilahi sebagai terang yang niscaya menyinari pikiran manusia dengan terang-benderang: Dia adalah ratio pertama yang tidak tergantikan. Dalam cara berpikir ini, penyangkalan manusia terhadap ratio aeterna dalam dirinya, oleh Bonaventura dikritik sebagai ‘kebutaan intelektual’ (caecitas intellectus).

Nama yang kedua ialah baik (bonum). Melalui kontemplasi nama Baik (Bonum) di speculum ke enam ini, Bonaventura memberi perhatian pada pawahyuan diri Allah sebagai Kebaikan Tertinggi (Summum Bonum). Bagi Doctor Seraphicus, “Kebaikan Tertinggi merupakan wujud begitu sempurna sehingga tidak dapat dipikirkan wujud lain yang lebih besar daripadanya, dan Ia niscaya ada, sebab lebih baik ada daripada tidak ada”. Berdasarkan kategori bonum, tangga keenam ini merefleksikan communio Allah Trinitas, yaitu misteri kasih yang paling luhur. Trinitas merupakan sumber dan model kebaikan bagi segenap ciptaan.

Kebaikan Allah bersifat murni. Eksistensi Allah identik dengan Sumber Kebaikan itu sendiri. Kebaikan Allah terpancar bagaikan matahari yang memancarkan terang dan air yang terus mengalirkan kehidupan (emanatio). Bonaventura melukiskan ciri kodrat ilahi ini dengan indah sambil mengutip kata-kata Dionysius: “Bonum est diffusivum sui”, Yang Baik itu memancarkan dirinya. Allah adalah Kebaikan Tertinggi. Sebagai kebaikan sempurna Allah melahirkan kebaikan sempurna pula. Sebab, seandainya dari Allah Maha Sempurna terpancar kebaikan yang terbatas, Ia bukan kebaikan sempurna yang sesungguhnya.

BacaJuga

Kebangkitan Teologi Harapan

Teologi Perdamaian Paus Leo ke-XIV

Kekristenan di Era Posthuman

Misteri “Aku Haus”

Mengapa Maria Bergelar Advocata?

Apa Itu Neraka?

Pandangan Bonaventura bermula dari prinsip filosofis Neo-Platonis, Proclus, yang mengatakan bahwa ‘semakin unggul sesuatu, ia semakin produktif sebagai prinsip pertama bagi prinsip lainnya’. Dalam kategori teologis, menjadi jelas bahwa prinsip paling unggul itu ialah Allah. Refleksi Bonaventura tertuju pertama-tama kepada kebaikan Allah Bapa: Ia adalah pribadi ilahi yang tidak bergantung pada pribadi lain, dan kerena itu merupakan sumber kelimpahan (fontalis plenitudo) dalam komunitas Trinitas. Dari Allah Bapa mengalir rahmat kasih secara cuma-cuma, gratis. Sebuah kasih sempurna hanya dapat diterima secara sempurna oleh pribadi lain yang bersifat ilahi. Artinya hanya pribadi ilahi lain yang dapat menerima kasih sempurna secara utuh. Pribadi penerima itu ialah Putera: Kristus merupakan model sempurna (exemplar) kasih Bapa.

Dalam diri Allah Putera, komunikasi kasih Allah Bapa terungkap secara sempurna. Karena bersifat sempurna, pada Bapa dan Putera tidak ada kecemburuan melainkan melulu belas kasih (caritas). Dengan istilah caritas, Bonaventura mau menunjukkan bahwa kedua pribadi ilahi tidak hanya saling memberi dan menerima (dilectio), tetapi juga berbagi kasih bersama (con-dilectio); mereka mencintai bersama buah kasih mereka, yaitu Roh Kudus:

“Segala yang dikerjakan Bapa dan terwujud pada Putera itu tidak akan terwujud tanpa peran Roh Kudus” (De donis I, 7). Roh Kudus adalah penyatu (nexus) kasih antara Allah Bapa dan Allah Putera. Dalam Roh, kasih ilahi mencapai finalitasnya yang paripurna. Dengan kata lain, dalam Allah Trinitas komunikasi kasih terwujud secara sempurna; dan komunikasi sempurna mengandaikan pluralitas pribadi ilahi: Bapa, Putera, Roh Kudus.

Share85SendTweet
Artikel Sebelumnya

Diresapi Semangat Communio

Artikel Berikut

The Power of Will

TerkaitTulisan

Kebangkitan Teologi Harapan

Kebangkitan Teologi Harapan

Teologi Perdamaian Paus Leo ke-XIV

Teologi Perdamaian Paus Leo ke-XIV

Kekristenan di Era Posthuman

Misteri “Aku Haus”

Mengapa Maria Bergelar Advocata?

Apa Itu Neraka?

Apapun Agamamu Anda ‘Merayakan Ekaristi’

Pandangan Martin Luther tentang Bunda Maria

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terbaru

  • Kanonisasi Carlo Acutis 7 September 2025
  • Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Mengapa Juni Disebut Bulan Hati Kudus Yesus?
  • Tragedi Gletser di Swiss dan ‘Nubuat’ Paus Fransiskus
  • Paus Beri Bonus Konklaf 500 Euro untuk Karyawan Vatikan

Komentar Terbaru

  • Nita Garot pada Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Filip D Zaoputra pada Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Sr M.Gertrudis PRR pada Mukjizat Pada Seorang Swiss Guard
  • Irene pada Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Agus Pati Arkian Atakowa pada Apa itu TEOLOGI? [1]

Tag

AllahBonaventuraBunda MariaCorona VirusdisabilitasdoaEkaristiEnsiklik Tutti FratelliFransiskanFransiskus AssisiFratelli TuttiGerejaGereja KatolikHati Kudus Yesushikmat roh kudusimanJean Vanierkarunia Roh KuduskasihLaudato Silogika kasihlogika salibManusiamanusia sebagai citra AllahnatalPatris CordePaus Benediktus XVIPaus FransiskusPaus Leo ke-XIVRoh KudussabdaSalibSanta Mariasanto agustinusSanto BonaventuraSanto Fransiskus AssisiSanto YusufTeilhard de ChardinTeologiTrinitasvirus koronawaktuwaktu dan kekekalanYesus kristusYohanes Pembaptis
@Christusmedium.com
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
  • Humaniora
  • Teologi
  • Dialog Teologi dan Sains
  • Filsafat
  • Buku
  • Tentang Saya

© 2018 - Andreatawolo.id