Christus Medium
  • Humaniora
  • Teologi
  • Dialog Teologi dan Sains
  • Filsafat
  • Buku
  • Tentang Saya
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
Christus Medium
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
Home Spiritualitas

Hati Yesus yang Mahakudus

18 Juni 2020
inSpiritualitas
13
Hati Yesus yang Mahakudus
Share on FacebookShare on Whats AppShare on Twitter

“Hati Yesus yang Mahakudus, kepada-Mu aku berserah; Hati Yesus yang amat manis, mampukan aku untuk mencintai-Mu lebih dari segala yang lain; Yesus kasih yang membara, semoga aku tak pernah menyakiti-Mu”. Demikianlah sepenggal doa sederhana ungkapan bakti umat beriman kepada Hati Yesus yang Mahakudus.

Dalam bahasa Alkitabiah maupun dalam pengalaman manusia, hati merupakan pusat dan inti diri manusia. Dari hati (cor) lah terpancar cinta kasih (caritas) dan belas kasih bagi sesama. Dari hati pula terpancar kekuatan kehendak untuk mengambil keputusan dan bertindak. Yesus memberikan kepada manusia hati-Nya yang kudus, artinya seluruh diri-Nya, hidup-Nya sendiri. Ia mengasih kita secara total. Hati Yesus tergerak oleh rahmat dan belas kasih sehingga Ia mencintai manusia.

Yesus mampu mengasihi manusia dengan total karena Ia sendiri pun percaya sepenuh hati pada Bapa-Nya. Yesus sendiri berdoa dengan penuh syukur kepada Bapa-Nya karena segala sesuatu telah dinyatakan Bapa kepada-Nya, dan karena itu Ia mengenal Bapa dan Bapa mengenal Dia (bdk Mat 11: 25-27). Bapa dan Putra bersatu hati. Dari Hati Ilahi itu lah terpancar kasih bagi manusia.

Devosi Hati Kudus Yesus mulai dikenal sekitar Abad XVII. Gerakan awal devosi ini dikaitkan dengan santo Yohanes Eudes (1601-1680) dan terutama dari pengalaman Santa Margherita Maria Alacoque (1647-1690), seorang biarawati dari Perancis, yang masuk kongregasi Visitandine di Paray-le-Monial (Saone-et-Loire) pada 27 Juni 1971. Pesta Hati Kudus mulai dirayakan di Perancis sekitar tahun 1685.

Dikisahkan bahwa pada 27 Desember 1673, pada pesta Yohanes Penginjil, terjadi penampakan pertama Yesus kepada Maria Alacoque. Yesus mengundangnya untuk menempati tempat Yohanes di Perjamuan Akhir, yaitu ketika Yohanes menyandarkan kepalanya pada dada Yesus. Kata Yesus kepadanya: “Hati Ilahi-Ku begitu mengasihi manusia, sehingga Aku tak dapat menutup hasrat kasih yang membara. Aku memilih engkau untuk menyebarkan tanda yang besar ini”.

Di awal tahun 1674, mungkin pada hari Jumat, terjadi penampakan kedua: Tampak Hati ilahi berada di atas takhta api, dikelilingi oleh mahkota duri yang melambangkan luka yang disebabkan oleh dosa manusia, dan tanda salib di atasnya, lambang Penebusan. Wajah Yesus tampak berkobar-kobar dengan kemuliaan, dengan lima luka yang bersinar seperti matahari, dan dari-Nya terpancar api dari semua sisi, tetapi terutama dari dada-Nya, terkesan suasana mistik, menyerupai tungku, yang ketika dibuka, menampakkan Hati yang berkobar dan penuh kasih.

BacaJuga

Fransiskus Assisi Influencer Tuhan Dengan Algoritma Kasih

Berdamai dengan Ibu Bumi

Pantang Apa di Era Teknologi AI ?

Fransiskus Assisi setelah Delapan Abad: Masih Relevan?

Doa Salib St. Bonaventura

Asal-Usul Salam Pace e Bene

Masih dalam tahun 1674 juga, terjadi penampakan ketiga. Dalam pengelihatan itu Margherita mendengar Yesus menyesali bahwa banyak orang telah menyakiti Hati Ilahi, khususnya mereka yang sudah berjanji untuk mengabdi kepada-Nya. Oleh karena itu Ia meminta Margherita untuk turut mengambil bagian dalam rasa sakit itu: Ia dianjurkan untuk menerima komuni kudus pada Jumat pertama setiap bulan, dan menyembah dengan tunduk sampai ke tanah, antara pkl. 23.00 sampai 24.00 pada malam antara Kamis dan Jumat.

Pada penampakan keempat, Yesus juga meminta agar hari Jumat setelah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, dipersembahkan Perayaan Hati Kudus. Margherita pun diberi mendat menyebarkan devosi ini dengan bantuan seorang bapa spiritual, seorang pastor Jesuit, santo Claudio de la Colombiere (1641-1682).

Setelah penampakan-penampakan itu Margherita Maria membawa dalam dirinya tanda itu selama 17 tahun, sampai wafatnya. Dua ritus pertama untuk menghormati Hati Kudus diadakan dalam suasana mistik di Novisiat Suster-suster Visitandie di Perancis pada 20 Juli 1685 dan 21 Juni 1686.

Paus Pius ke VI (1775-1799) dalam bulla Auctorem fidei, menegaskan bahwa devosi Hati Kudus Yesus berkaitan erat dengan iman akan pribadi Yesus Kristus. Pada 6 Februari 1765 Paus Klemens XIII (1758-1769), dengan mengingat pesan yang diterima santa Margherita menegaskan makna devosi ini sebagai bentuk penyerahan diri umat beriman kepada Yesus yang lembut dan rendah hati.

Akhirnya pada 1856, Paus Pius IX menjadikan pesta Hati Kudus sebagai pesta Gereja, dan dirayakan pada jumat setelah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Pada Abad ke 19 mucul banyak Tarakat Hidup Bahkti, baik pria maupaun wanita yang mendedikasikan spiritualitas penghormatan akan Hati Kudus Yesus. Misalnya “Kongregasi Hati Kudus Yesus” yang didirikan pada 1874 oleh Beato Leone Dehon.

Pada Hari Raya Hati Kudus Yesus, Gereja Katolik mengajak umat beriman memusatkan hidupnya pada Yesus. Seperti murid yang pada Perjamuan Akhir menyandarkan kepala di dada Yesus, percaya pada Yesus berarti bersandar pada hati-Nya, hidup sehati dengan-Nya. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.“ (Mat 11: 28-30).

Menghormati hati Yesus berarti mengikuti seluruh diri-Nya dan taat pada apa yang Ia ajarkan, yaitu agar orang saling mengasihi dan mengampuni, karena Allah adalah Bapa yang Mahakasih.

 

 

 

Tags: caritasdevosi darah Kristusdevosi hati kudus yesusHati Kudus Yesushati yang penuh kasihHati Yesus yang lembutkasihKongregasi hati kudus Yesus
Share222SendTweet
Artikel Sebelumnya

Doa pada Masa Wabah Korona

Artikel Berikut

Hati Maria tak Bernoda

TerkaitTulisan

Fransiskus Assisi Influencer Tuhan Dengan Algoritma Kasih

Fransiskus Assisi Influencer Tuhan Dengan Algoritma Kasih

Berdamai dengan Ibu Bumi

Berdamai dengan Ibu Bumi

Pantang Apa di Era Teknologi AI ?

Fransiskus Assisi setelah Delapan Abad: Masih Relevan?

Doa Salib St. Bonaventura

Asal-Usul Salam Pace e Bene

Allah Membutuhkan Manusia

Natal Delapan Abad Lalu

Komentar 13

  1. Irene says:
    5 tahun yang lalu

    Terima kasih Pater

    Balas
  2. Romaida katarina simbolon says:
    5 tahun yang lalu

    Terimakasih Pater.

    Balas
  3. irma says:
    5 tahun yang lalu

    Tq pater..selamat pagi

    Balas
  4. Sr vero fmm says:
    5 tahun yang lalu

    Selamat pagi sdra, terima kasih u artikelnya

    Balas
  5. Soviani says:
    5 tahun yang lalu

    Kasih-Nya tanpa batas. Walaupun terluka Dia tetap mengasihi. Setiap kali membaca artikel yg menggugah hati, saat itu juga muncul menggebu2 niat utk sungguh2 membalas kasih-Nya….tp..dan tapi…jatuh lagi.

    Terima kasih Pater. Luar biasa

    Balas
  6. Antonius Eddy Kristiyanto says:
    5 tahun yang lalu

    Di kapel Kuria General OFM di Via Mediatrice 25, Roma ada tempat yang dikhususkan utk melestarikan hormat kepada Bonaventura. Di bagian bawah lukisan ttg santo itu, ada ungkapan yg mencengangkan saya yg berhubungan dg doa penyerahan Ordo kepada Hatikudus Tuhan Yesus. “Mencengangkan” saya, sebab selama bertahun-tahun saya menelan saja info ttg Devosi Hati Kudus Yesus baru dimulai pada pasca reformasi Protestan. Nyatanya, ada tulisan ttg Hati Kudus Yesus karya Bonaventura, 3 abad sebelum Martin Luther, dan 4 abad sebelum Margaretha Maria Alacoque. Kayaknya saya perlu memutakhirkan pandangan: pemikiran mendalam ttg Hati Kudus Yesus Kristus mendahului praksis komunal – devosional.
    Terima kasih utk Pater Andreas B. Atawolo OFM

    Balas
  7. Agustinus Pati Arkian Atakowa says:
    5 tahun yang lalu

    Menjadi murid Yesus kita selalu menyandarkan kepala di dada Yesus… Terima kasih Pater,,,, Salam dan doa, semoga Pater sehat selalu.

    Balas
  8. Lucia Wenehen says:
    5 tahun yang lalu

    Terima kasih pater Andre..

    Balas
  9. Imelda SFD says:
    5 tahun yang lalu

    Terimakasih Pater

    Balas
  10. Irene santi says:
    4 tahun yang lalu

    Terima kasih Pater Andre

    Balas
  11. Lusi Sinurat says:
    4 tahun yang lalu

    Jadikanlah hatiku seperti HatiMu, Gracias Padre

    Balas
  12. Max Adil says:
    4 tahun yang lalu

    Informatif dan mencerahkan. Terima kasih pater Andre. Pemutakhiran info terkait penghormatan terhadap Hati Kudus Yesus dari Santo Bonaventura oleh pater Edy, ditunggu. Terima kasih.

    Balas
  13. Agustinus Pati Arkian Atakowa. says:
    4 tahun yang lalu

    Tuhan Yesus, jadikanlah hati kami seperti HatiMu__Terima kasih pater, semoga sehat selalu ?????

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terbaru

  • DILEXI TE Seruan Apostolik Paus Leo XIV
  • Fransiskus Assisi Influencer Tuhan Dengan Algoritma Kasih
  • Santo Carlo Acutis dan Mukjizat Keturunan
  • Roh Kudus Menurut St Agustinus Hippo
  • Maria Diangkat ke Surga-Kesaksian Yohanes Damaskus

Komentar Terbaru

  • Soviani pada DILEXI TE Seruan Apostolik Paus Leo XIV
  • Irene pada Fransiskus Assisi Influencer Tuhan Dengan Algoritma Kasih
  • Kusumo Budiono pada Fransiskus Assisi Influencer Tuhan Dengan Algoritma Kasih
  • sr. Alfonsa SFD pada Fransiskus Assisi Influencer Tuhan Dengan Algoritma Kasih
  • Sr. M. Fransiska Henny SFD pada Fransiskus Assisi Influencer Tuhan Dengan Algoritma Kasih

Tag

AllahBonaventuraBunda MariaCorona VirusdisabilitasdoaEkaristiEnsiklik Tutti FratelliFransiskanFransiskus AssisiFratelli TuttiGerejaGereja KatolikHati Kudus Yesushikmat roh kudushomo digitalisimanIman dan Wahyukarunia Roh KuduskasihLaudato Silogika kasihlogika salibmanusia sebagai citra AllahnatalPaus FransiskusRoh KudussabdaSalibSanta Mariasanto agustinusSanto Agustinus HippoSanto BonaventuraSanto Fransiskus AssisiSanto YusufTeilhard de ChardinTeologiteologi selfieTrinitasvirus koronawaktuwaktu dan kekekalanYesusYesus kristusYohanes Pembaptis
@Christusmedium.com
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
  • Humaniora
  • Teologi
  • Dialog Teologi dan Sains
  • Filsafat
  • Buku
  • Tentang Saya

© 2018 - Andreatawolo.id