Orang Kristiani sering ditantang dengan pertanyaan tentang kebangkitan: Yesus bangkit atau dibangkitkan? Pertanyaan ini sering diajukan untuk menguji atau menjebak orang Kristen.
Kalau menjawab bahwa Ia dibangkitkan Allah, berarti Allah membangkitkan Allah (dua Allah); tetapi kalau menjawab bahawa Ia membangkitkan diri, bagaimana mungkin yang sudah mati membangkitkan diri?
Jawaban paling simple ialah: Kalau kamu memang tidak percaya akan kebangkitan Kristus, apapun jawaban, entah dibangkitkan atau bangkit sendiri, tentu keduanya kamu bantah.
Jadi kalau saya menjawab dibangkitkan, kamu tidak boleh membantah dengan membangkitkan diri, dan sebaliknya membangkitkan diri tidak boleh kamu bantah dengan dibangkitkan.Sebab, kedua-duanya bukan argumen kamu.
Pertanyaan di atas mirip dengan pertanyaan siapa yang menciptakan langit dan bumi? Siapa yang melakukan karya keselamatan? Demikian juga tentang kebangkitan: Siapa yang bangkit?.
Iman Kristiani meyakini bahwa penciptaan, penyelematan, dan kebangkitan adalah perisitiwa Trinitaris. Seluruh sejarah keselamatan adalah karya bersama Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Allah Bapa membangkitkan Dia. “Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Gal 1: 1). “Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut” (Kis 2: 24, 32; 3: 15, 26; 4: 10; 5: 30; 10: 40; 13: 30, 33-34, 37).
Yesus berkuasa bangkit dari Maut. “Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali” (Yoh 1: 18). Ayat ini menegaskan kuasa Yesus atas maut dalam kesatuan dengan Bapa. Yesus sendiri pernah mengaskan “Akulah kebangkitan dan hidup” (11: 25). Kata-kata ini menegaskan kembali perkatan-Nya dalam Yoh 2: 19.
Bagaimana mungkin Yesus yang sudah mati membangkitkan diri-Nya sendiri? Ia dari kekal adalah Firman Allah. Ia Mesias, Anak Allah yang hidup. Ia berkodrat ilahi seperti Allah Bapa. Meskipun tubuh-Nya dapat dibinasakan, namun Roh-Nya tetap hidup.
“Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku” (Yoh 10:17-18).
Peran Roh Kudus dalam Kebangkitan. “Roh Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati” (Rm 8: 11). Yesus telah “dibunuh menurut keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh” (1Ptr 3: 18; bdk Rm 1: 4; 8: 11).
Allah telah membangkitkan Putra dari maut; Dialah sebab utama kebangkitan Yesus: “Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus” (Kis 2: 36).
Namun kebangkitan Yesus itu terwujud oleh daya Roh, karena itu tidak dapat dimengerti tanpa peran Roh. Dalam konteks ini Paulus mengatakan bahwa ‘Roh Dia (Bapa) telah membangkitkan Yesus’ (Rm 8: 11). Roh Bapa adalah Roh yang membangkitkan Putra Allah.
Dengan kebangkitan Putra, daya Roh Bapa kini nyata dalam Putra, dan Bapa pun dimuliakan. Kristus yang bangkit kini hidup secara baru karena ‘Roh yang menghidupkan’ (1Kor 15: 45).
Kesimpulan: Menjawab Yesus dibangkitkan Bapa atau Yesus membangkitkan diri atau Yesus bangkit oleh daya Roh, tidak saling bertentangan. Sebab, kebangkitan Kristus adalah kebangkitan Allah Trinitas. Demikian juga penciptaan adalah karya Trinitas (1Kor 8: 6; Kej 1: 1-2).
Terima kasih Pater, menambah pengetahuan saya.