Waktu bukan suatu hal yang dijadikan. Ia bukan ciptaan seperti wujud-wujud lain yang dapat ditangkap oleh indera manusia.
Mungkin dapat dikatakan bahwa waktu merupakan sebuah “ukuran”. Ia ada dalam bayangan kita, tetapi bukan benda yang dapat ditunjuk. Sebagai ukuran ia bisa sangat luas, tak berhingga (infinite) sekaligus sempit (finite); ia sangat jauh sekaligus dekat; ia megah dan rumit sekaligus sederhana; ia misteri sekaligus yang sungguh nyata.
Sekarang Anda sedang memandang huruf-huruf ini pada layar ponsel atau komputer, tetapi pikiran Anda mungkin saja tidak sungguh hadir di sini, lantaran sedang melayang jauh, entah ke mana dan tentang apa. Secara fisik manusia memang tidak bisa berada dua tempat sekaligus. Kita terbatas dalam ruang dan waktu. Manusia bukan malaikat.
Lain halnya dengan daya kerja pikiran. Ia adalah sebuah daya yang luas. Pikiran manusia tidak dapat dibatasi oleh tempat dan kronologi tertentu. Ia memiliki cara kerja yang hebat. Anda bebas merentangkan waktu, mengikuti geraknya sejauh mungkin. Jadi jika Anda masih sempat membaca dan menyimak karangan bebas saya ini, itu luar biasa! Terima kasih telah memberi saya waktu berharga Anda.
Seperti sudah dikatakan di artikel-artikel terhdahulu, saya suka membayangkan apa yang dilakukan Sang Pencipta di buku Genesis itu: Ia menciptakan segala sesuatu dengan berkata-kata. Sederhana sekali cara kerjanya: berkata-kata dan terjadilah: Berfirmanlah …maka jadilah…itulah hari pertama, kedua, ketiga, …sampai ke tujuh.
Tampaknya tidak ada rentang waktu antara kata-kata dan terjadinya sesuatu itu. Mungkin pada sang Pencipta tidak ada rentangan waktu kronologis seperti yang kita mengerti secara lumrah: dulu-sekarang-yang akan datang (past- present-future).
Bagi sang Pencipta, ketiga titik itu identik, bahkan satu-kesautuan. Sepertinya dia itu tuan atas waktu. Tetap saya kira dia lebih dari sekedar tuan: Dia itu sumber waktu. Waktu lahir darinya. Ketika Ia berkata-kata, mengalir suatu kekuatan daya cipta yang tak terperikan.
Prinsip ‘segala sesuatu ada waktunya’ hanya berlaku untuk saya dan Anda, tidak untuk Dia, sang pencipta. Dia itu waktu dari segala waktu, ukuran dari segala ukuran, yang hadir di mana-mana. Harus dikatakan bahwa Dia ‘ada sebelum adanya waktu’, namun Ia juga ada sekarang ini. Tanpa Dia, manusia menjadi buta terhadap ruang dan waktu.
Dengan kata lain, yang mengalir dari sang Pencipta kiranya bukan hanya waktu, tetapi hal lain yang begitu luhur nilainya: Hidup. Perkataan-perkataannya adalah nafas yang menghembuskan kehidupan. Kalau benar begitu, sebaiknya kita tidak layak mengklaim diri sebagai pemilik waktu. Tuan waktu dapat saja berbalik meniup kita seperti meniup pelita yang redup : hhhaauuuppp…secepat kilat, dan kitapun lenyap tak berdaya …
Tetapi dikatakan bhw Dia adalah Alfa dan Omega.. Ternyata waktu ada Awal dan akhir. Perkataan perkataan Nya lah yang membuat waktu jadi nyata. Seperti di penciptaan itu. Yg empunya waktu adalah Alfa dan Omega.
Memang kita ga bisa sok2 mengklaim saya punya atau tidak punya waktu..haha… Manusia hanyalah seonggok debu dgn katalisator firman yg ditiupkan.
Bagus artikel waktu dan kekekalan ini romo Atawolo, maaf sdikit komentar diatas ya.
Terima kasih…
Terima kasih atas komentarnya, Tuhan memberkati…
Saya sangat tertarik dengan kata kata”yang mengalir dari sang pencita kiranya bukan hanya waktu,tetapi hal lain yang begitu luhur nilainya*HIDUP*Perkataan perkataannya adalah napas yang menghembuskan kehidupan.. (Salam.& Doa..semoga pater sehat selalu).