Bagi sang pemilik waktu, rentangan waktu itu sesempit satu butir debu sekaligus seluas bima sakti.
Baginya rentangan seribu tahun sama dengan satu hari. Ia hadir dalam wujud yang kuat-kuasa maupun yang tidak berdaya sama sekali. Sering kali pilihan waktunya pun terasa asing dalam hitung-hitungan saya dan Anda.
Ia tampil sebagai penggembala domba yang aneh: memilih meninggalkan sembilanpuluh sembilan ekor dan menghabiskan waktu untuk menemukan satu ekor yang hilang.
Anda mungkin saja merasa lelah karena telah melewati waktu yang berat dan serius. Sekarang saatnya menikmati waktu istimewa, waktu yang tidak direbut oleh apa dan siapapun, ‘me time’ atau apapun namanya.
Dalam waktu istimewa itu Anda sempat melirik rangkaian kata-kata saya ini. Terima kasih. Begitulah dunia ini: berselancar tanpa batas jarak dan waktu hanya dengan klik klik. Sekejap.
Pengalaman telah menguji: Rupanya dunia yang ‘baru’ ini tidak selalu mendatangkan kebahagiaan. Kita ingin merentangkan waktu seluas mungkin untuk mendapatkan apa yang dinamai rasa bahagia itu, tetapi sebetulnya kita dapat menjumpainnya dalam sekejap waktu: Ia telah mendatangi kita.
Wajahnya ada di hadapan kita: ia berbicara, berdiam diri, tertawa, menagis…. Kita memang bukan tuan atas waktu, tetapi ia selalu menawarkan sesuatu yang baru. Sosoknya mungkin tersembunyi, tapi ada, bahkan hadir bagi kita.
Yaaaaah…. Mungkin Sang Waktu pernah meninggalkan 99 dombanya demi men cari aku….
Terimakasih Tulisannya
Bagus sekali utk memanfaatkan waktu