Adegan yang menonjol dari kisah mukjizat Yesus ini ialah bahwa hanya satu dari ke sepuluh orang kusta itu yang kembali untuk memuliakan Allah dan mengucap syukur kepada Yesus. Ia diselamatkan, bukan hanya disembuhkan.
Yang paling mengherankan ialah berita bahwa dia itu orang Samaria, yaitu orang yang oleh bangsa Yahudi dipandang tidak termasuk dalam kelompok bangsa yang di selamatkan. Keheranan itu diungkapkan kembali dengan lebih tajam oleh Yesus sendiri: masakan dari sepuluh orang yang sembuh itu, hanya orang asing ini yang kembali untuk memuliakan Allah.
Sikap orang Samaria itu menarik untuk direnungkan: Ia kembali untuk memuliakan Allah. Ia tidak hanya merasakan bahwa ia sembuh, tetapi juga sadar bahwa ia disembuhkan oleh kuasa Allah. Ia mengakui ada kekuatan ilahi yang mengubah keadaannya. Ia tergerak untuk kembali menjumpai Yesus.
Ia bersujud mengucapkan syukur kepada Yesus. Mungkin saja sembilan orang lain yang disembuhkan juga memuliakan Allah Israel, tetapi mereka tidak kembali kepada Yesus. Mereka tidak melihat apa yang dilihat oleh orang asing itu, yaitu bahwa Allah bertindak melalui Yesus. Karena kepercayaannya itu Yesus berkata kepadanya: “imanmu telah menyelamatkan engkau”.
Kepercayaan tidak hanya membuat dia sembuh secara fisik dan diterima kembali dalam masyarakat, tetapi menciptakan relasi yang baru dengan Yesus: Meskipun sebagai orang asing, namun ia percaya dan bersyukur kepada Yesus, sehingga mengalami keselamatan yang lebih penuh.
Refleksi kita: Pertama, sebagai orang Kristen kita juga diminta untuk tidak cepat berprasangka buruk terhadap orang kelihatannya jauh dari Yesus ataupun yang berbeda kepercayaan. Janganlah sikap beragama kita terlalu dangkal sehingga cepat menghakimi orang lain.
Injil menampilkan suatu kontras yang tajam: seorang asing, yang dianggap najis dapat memuji dan bersyukur di hadapan Yesus, sebaliknya sembilan orang yang disebut sebagai bangsa pilihan justru meninggalkan Yesus.
Kedua, kita diteguhkan karena berjumpa dengan Tuhan yang mampu menyelamatkan dengan seutuhnya/ total. Mukjizat yang dilakukan Yesus tidak seperti lazimnya, yaitu dengan sentuhan dan Sabda. Kali ini Yesus hanya mengucapkan sebuah perintah dari jauh.
Dan yang disembuhkan ada sepuluh orang sekaligus. Mereka disembukan dari penyakit yang menyingkirkan mereka dari keluarga dan masyarakat. Jadi kita berjumpa dengan Yesus yang berkuasa memulihkan kehidupan dan pergaulan kita dengan sesama, betapapun beratnya permasalahan.
Tetapi dari pihak kita diminta kesediaan untuk belajar dari ikap orang Samaria: Tanda bahwa seseorang dapat bersyukur kepada Allah ialah bahwa hidupnya juga berubah. Pengalaman dipulihkan dalam hal fisik maupun relasi sosial dengan sesama harus terlihat juga dalam kenyataan bahwa relasi seseorang dengan Tuhan menjadi baru. Ia bersujud dan bersyukur di hadapan Tuhan.
Di zaman ini ada banyak sarana dan keahlian yang membantu orang mengatasi masalah-masalah hidup: ilmu kedokteran, psikologi, terapi dan sebagainya. Pertanyaannya: apakah masih banyak orang mampu melihat kuasa Tuhan dibaliknya, dan kembali bersyukur kepada Tuhan?
Ketiga, sebagai orang Kristen, apakah kita dapat menemukan bahwa penyelamatan Allah yang utuh itu terjadi dalam Yesus Kristus? Kepada siapa kita mengucapkan syukur: apakah selalu kepada Yesus Kristus?
Semoga sebagai orang Kristen kita tidak lebih gampang bersyukur kepada wujud-wujud kuasa lain yang kita tuhankan sendiri. Sering kali orang mengaku beriman dalam nama Yesus Kristus, namun masih sering mengandalkan jimat-jimat berupa batu, kris, akar pohon, atau apapun bentuknya.
Manusia bisa lupa diri sehingga tidak atau kurang sadar bahwa Tuhan sendirilah yang berkarya di dalam dirinya. Semoga Sabda Tuhan ini menyadarkan kita untuk tau bersyukur kepada Tuhan, dan secara khusus menyadari bahwa melalui diri Yesus Kristus lah karya penyelematan Allah terungkap bagi kita.