Corpus. Corpo. Body. Tubuh. Kata ‘tubuh’ menjelaskan adanya manusia sebagai makhluk tegak lurus. Manusia makhluk bertubuh. Ia disebut manusia karena hadir dengan tubuh.
Tentu manusia bukan hanya tubuh saja. Ia juga memiliki pikiran, perasaan dan kehendak, bahkan jiwa dan roh. Oleh sebab itu ia bukan hanya yang tersingkap, tetapi juga yang terselubung.
Badan. Kembali ke kata ‘tubuh’. Sinonim dari kata ‘tubuh’ ialah kata ‘badan’. Saya dapat mendeskripsikan bahwa sahabatku adalah orang yang memiliki postur tubuh atau badan tinggi. Bahasa Indonesia juga menyerap kata ‘body’ dari bahasa Inggris menjadi ‘bodi’. Secara populer orang berbicara tentang ‘menjaga bodi’, maksudnya merawat tubuh sedemikian sehingga bertumbuh dan berkembang secara proporsional, tidak ekstrim gemuk atau kurus.
Sebagai sinonim dari kata ‘tubuh’, kata ‘badan’ digunakan misalnya untuk menggambarkan sebuah struktur organisasi. Ibarat badan mausia dengan organ-organnya, demikian pula sebuah organisasi diibaratkan dengan badan, oleh karena ciri atau fungsi perangkatnya yang menyerupai kerja organ-organ tubuh. Misalnya badan hukum sipil, badan pemeriksa keungan, badan eksekutif mahasiswa, dan sebagainya. Disebut ‘badan’ karena organisasi itu memiliki kepala pimpinan utama, mencakup unit-unit, serta perangkat lain bagaikan kaki dan tangan.
Penulis sendiri pernah membaca atau mendengar istilah ‘tubuh teks’ (body text). Istilah ini menunjuk teks utama pada sebuah halaman buku sebagai uraian dari kepala judul, yang berbeda dari bagian yang memuat keterangan pelengkap di bawah halaman, yang lazim disebut ‘catatan kaki’ (footnote). Dalam dunia tulis-menulis atau literasi, tiga elemen yang disebut tadi, judul utama, tubuh teks, dan catatan kaki, merupakan rangkaian yang harus sinkron dalam satu alur pemikiran.
Sehat. Gagasan inti yang hendak dikatakan melalui contoh di atas ialah bahwa ‘tubuh’ atau ‘badan’ melukiskan satu bentuk kesatuan. Biasanya tubuh seseorang dikatakan sehat karena orang-organnya bekerja dengan baik dan proporsional. Menjaga kesehatan berarti menjaga keseimbangan kerja tubuh agar berjalan secara proporsional. Tubuh menjadi tidak atau kurang sehat karena ada organ yang tidak berfungsi dengan baik, atau karena virus yang menyerang daya tahan tubuh. Sehat yang dimaksudkan di sini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga psikologis dan spiritual.
Mystici Corporis. Gereja Katolik juga dilukiskan dengan istilah ‘tubuh’, karena pada persekutuan Gereja, di sana terdapat Paus sebagai kepala, para uskup sebagai rekan-rekan kerjanya, para klerus, pemimpin jemaat, serta segenap umat Tuhan. Peran-peran yang berbeda itu tidak bertentangan, melainkan menyatu, dan memang harus menyatu, ibarat satu tubuh atau badan yang bergerak dalam ritme yang harmonis. Sebagai tubuh, Gereja bukan hanya organ fisik saja, sebab ia ditopang oleh prinsip moral dan spiritual.
Paus Pius XII, pada 29 Juni 1943, menulis sebuah Ensiklik berjudul ‘Tubuh Mistik Kristus’ (Mystici Corporis). Ensiklik itu dimaksudkan untuk menjelaskan dimensi rohani (mistik) dari Gereja Katolik, yaitu sebagai tubuh yang dikepalai oleh Kristus sendiri. Diyakini bahwa kuasa mengajar Paus dalam kolegialitas dengan Konferensi para Uskup, menghadirkan kembali ajaran Kristus. Kristus memang tidak hadir secara fisik di dunia, namun saripati Injil yang telah Ia wujud kan, yaitu cinta kasih, telah diwariskan melalui para Rasul, dan terus diajarkan dalam Magisterium Gereja secara aktual.
Gereja adalah tubuh yang hidup secara konkret dalam dunia sekarang, sekaligus yang terarah dan terpusat pada Kristus kepalanya. Seluruh Gereja merupakan sebuah organisasi, tetapi ia juga memiliki spirit yang mewadahi seluruh dinamika kesatuan nya itu. Antara Paus Fransiskus di Vatikan sana dengan seorang umat di kampung terpencil di Indonesia, ada sebuah ikatan batin, karena keduanya bersatu dalam kesatuan mistik, sebuah kesatuan yang tak tampak namun nyata, yaitu Kristus, Kepala Tubuh mistik itu sendiri. Kristus adalah “Kepala Tubuh, yaitu jemaat” (Kol 1: 18; bdk Ef 1: 23).
Corpus Christi. Untuk dapat masuk dalam sebuah badan organisasi, orang membutuhkan proses. Orang perlu belajar secara bertahap memahami visi-misi organisasi, peran dan partisipasi ia sendiri, serta usaha untuk semakin loyal kepada organisasi tersebut. Dalam hidup menggereja dikenal sakramen-sakramen, yang disebut sakramen inisiasi, yaitu Baptis dan Krisma, serta Ekaristi. Tiga sakramen ini merupakan tahap formatif agar orang mengerti dan masuk sebagai anggota Gereja. Menurut Rasul Paulus, ‘dalam satu Roh kita semua telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh’ (bdk 1 Kor 12: 13).
Kapan Gereja menampilkan dirinya sebagai Tubuh Mistik Kristus? Dalam Ekaristi kudus. Karena dalam Ekaristi semua anggota Gereja dipersatukan oleh Tubuh dan Darah Kristus sendiri, yang adalah Kepala Gereja. Dengan makan Tubuh dan minum Darah Kristus, Gereja merayakan identitasnya yang paling istimewa, yaitu kesatuan yang total dengan Kristus. Bersatu dengan Kristus artinya mengalami keselamatan. Ekaristi adalah antisipasi hidup baru dan kekal, mendapat tubuh mulia, serupa dengan Kristus.
Paulus bertanya: “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu” (1Kor 10: 16-17).
Kebangkitan Badan. Berdasarkan ajaran Rasul Paulus, Gereja memilih istilah yang konkret untuk menjelaskan relasinya dengan Tuhan: ‘tubuh’ . Seiring dengan kesadaran akan martabat manusia, orang modern bersikap lebih positif terhadap tubuh. Bagi orang Kristen, istilah ‘tubuh’ bermakna mendalam. Dan sebagaimana selalu diulang dalam Syahadat: ‘Aku percaya…. akan kebangkitan badan, kehidupan yang kekal’. Dalam Tubuh Mistik Kristus ada keselamatan dan kehidupan kekal.