Polemik tentang pernikahan pasangan LGBT mencuat kembali dalam Gereja Katolik Roma. Para imam di sekitar 100 gereja Katolik di Jerman memberi kemungkinan memberkati pasangan sesama jenis.
Seperti diberitakan BBC, ribuan pastor Jerman dan pegawai gereja juga telah menandatangani petisi yang menyerukan agar Gereja memberikan berkat kepada pasangan sesama jenis.
Gerakan “Love Wins” muncul setelah Gereja Katolik mengatakan bahwa Tuhan “tidak dapat memberkati dosa”. Gereja tak berwenang melawan kebenaran dari Tuhan.
“Pasangan yang saling mengasihi harus menerima berkat yang Tuhan ingin berikan kepada mereka – tanpa perlu disembunyikan,” tulis kelompok gerakan itu.
Gerakan tersebut bahkan telah membuat sebuah peta untuk menunjukkan semua gereja yang menawarkan berkat dalam beberapa hari mendatang. Sebagian besar perayaan berlangsung di daerah Frankfurt dan barat laut Jerman.
Paus Fransiskus sebelumnya mengatakan dia yakin pasangan sesama jenis diizinkan untuk memiliki ‘penyatuan sipil’. Tahun lalu, dia menceritakan sebuah film dokumenter bahwa pasangan-pasangan ini memiliki hak untuk hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Namun, Paus juga menyetujui pandangan Kongregasi Ajaran Iman bahwa “Gereja Katolik tidak memiliki wewenang untuk memberkati pernikahan sesama jenis”.
Sikap Vatikan sebenarnya “tidak dimaksudkan sebagai bentuk diskriminasi yang tidak adil, melainkan sebagai pengingat akan kebenaran ritus liturgi”, kata Paus pada saat itu.
Inisiatif Gereja Jerman ini merupakan respon atas pernyataan yang diterbitkan pada 15 Maret oleh Kongregasi Ajaran Iman (CDF), yang masih memberi kesan ‘dubium’ (tidak serba jelas), sehingga membuka beragam tafsiran.
CDF menegaskan bahwa Gereja tidak memiliki wewenang untuk memberkati pasangan sesama jenis, karena itu menganggap tidak licit (cannot be considered licit), keputusan para imam memberkati pasangan sesama jenis yang meminta semacam pengakuan dari agama atas persatuan mereka.
Menurut presiden Konferensi Waligereja Jerman, Uskup Georg Bätzing, prakarsa para imam Jerman “bukanlah tanda yang memberi efek positif atau yang memberi arah ke depan.” Baginya, liturgi pemberkatan bukan “bukan sarana untuk memperlihatkan politik- gerejawi atau aksi protes.”
Di lain pihak uskup Bätzing mengkritik tanggapan Kongregasi Ajaran Iman. Ia memberi catatan bahwa memang perlu “evaluasi ulang tentang pasangan homoseksual dan pengembangan lebih lanjut pandangan Gereja tentang moralitas seksual.”
“Kami akan terus menemani orang-orang yang menginginkan persatuan yang mengikat dan memberkati hubungan mereka”, jelas Burkhard Hose, seorang imam kapelan di Universitas Würzburg, yang memulai kampanye tentang pemberkekatan LGBT pada bulan Maret. “Kami merayakan keragaman rencana hidup dan kisah cinta orang-orang yang berbeda, dan mohon restu Tuhan”.
Tanggapan Kongregasi Ajaran Iman atas pertanyaan tentang diperbolehkannya berkat bagi pasangan sesama jenis telah memicu reaksi beragam, misalnya dari Jerman dan Belgia.
Kongregasi Ajaran Iman pun menulis sebuah artikel untuk menjelaskan bahwa pernyataan mereka tidak hanya menyangkut pasangan homoseksual, tetapi semua persatuan yang melibatkan praksis seksualitas di luar pernikahan; sementara individu dengan kecenderungan homoseksual dapat meminta berkat, sama seperti siapa pun yang mendambakan hidup sesuai dengan rencana Tuhan.
Terima kasih banyak pater sebagai bahan refleksi ke depan untuk Gereja di Indonesia. Apakah hanya sekedar menangkap informasi dari dunia barat dan masuk ke Indonesia,lalu mengikuti ‘perkawinan sama jenis’. Semoga kita semua (umat beriman) sungguh merefleksikan ttg perkembangan ini….
Gracias Padre…
Tks Pater…ini bisa jd kajian kita kedepannya bgm gereja dgn dogmanya dan negara dgn adat tradisinya..
Trima kasih Pater .semoga Gereja bijak dalam mengabil keputusan ..untuk masa depan yang lebih baik .