Maria selalu dan tetap perawan (semper virgo). Itulah salah satu dari empat Dogma tentang Maria yang diakui dan diajarkan Gereja Katolik. Bagaimana menjelaskan dogma ini?
Salah satu teks Injil yang boleh dipandang sebagai benih dari dogma ini ialah reaksi Maria kepada Malaikat Gabriel: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (Luk 1: 4). “Belum bersuami” mengindikasikan keperawanan Maria.
Santo Paulus hanya satu kali mengacu pada Maria, dan sebenarnya sedang berbicara tentang misteri Kristus. “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (Gal 4:4-5).
Apa yang dimaksudkan dengan “perawan”? Salah satu dokumen Gereja, yaitu Sinode Lateran, 31 Oktober 649, menjelaskannya. Dalam Kanon 3, Sinode ini menggunakan istilah absque semine (Latin), senza seme (Italia) yang berarti tanpa benih. Penggalan kalimatnya: […] Maria… pada masa masa mengandung tanpa benih dari Roh Kudus…” [DS 503].
Selain pernyataan Sinode itu ada beberapa Konsili sebelum dan sesudahnya pun telah menetapkan dogma keperawanan Maria, yaitu Konsili Konstantinopel I (381), Efesus (431), Kalsedon (451), Lateran IV (1215), Lion II (1274), dan Fiorentina (1439).
Inti argumen dari Konsili-Konsili itu sama: Maria mengandung Yesus Putra Allah, maka ia dimurnikan oleh keallahan Yesus. Yesus adalah Putra Allah, artinya Ia memiliki kesucian tertinggi, dan dalam rahim Maria, kesucian Yesus termanifestasi dalam keperawanan Maria. Maria tidak dapat dipahami terlepas dari peran Allah Bapa dalam diri Yesus Putra-Nya.
Maria itu tetap dan selalu perawan karena ia dipilih dan diberkati oleh rahmat Allah. Oleh sebab itu Gereja meyakini bahwa Maria itu perawan sebelum melahirkan, ketika melahirkan, dan setelah melahirkan Yesus (ante partum, in partu, post partum).
Santo Agustinus Hippo (†430) dan Santo Zeno dari Verona (†371) pun meyakni bahwa Maria itu mengandung sebagai perawan, melahirkan sebagai perawan, dan setelah melahirkan ia tinggal tetap perawan selama hidupnya (virgo concepit, virgo peperit, virgo permanist).
Keperawanan sebelum melahirkan, artinya Maria mengandung dari Roh Kudus, tanpa diperanakkan oleh seorang bapak inasni. Keperawanan waktu melahirkan, artinya rahim Maria tetap utuh ketika Yesus lari dari padanya. Keperawanan sesudah melahirkan berarti Maria tidak pernah bersetubuh sehinggga juga tidak ada saudara sekandung Yesus.
Sungguh hanya rahmat Allah nan luhur yang memungkinkan semua ini. Kristus adalah Pribadi Ilahi yang sempurna. Karena itu kelahiran-Nya dari rahim Maria tak menyebabkannya ternoda, melainkan memurnikan dan mengangkatnya kepada tingkat keluhuran yang lebih tinggi [Gagliardi, 2017. La Verità è Sintetica, 469-472].
Hanya Rahmat Allah nan luhur yang memungkinkan semua ini… Gracias Padre
Terima kasih pater
Danke schon Vater