Pada 12 September, Paus Fransiskus mengadakan sebuah pertemuan tertutup dengan para iman Jesuit di Slovakia selam kunjungan pastoral di sana. Perbincangan dengan para rekan Jesuit itu kemudian dipublikasikan di sebuah jurnal Jesuit, La Civiltà Cattolica, pada 21 September.
Dalam pertemuan tersebut, seorang imam bertanya kepada Paus tentang kondisi kesehatannya pasca-operasi bulan Juli lalu.
“Saya masih hidup, meskipun beberapa orang menginginkan saya mati”, jawab Paus.
“Saya tahu bahkan ada pertemuan antara para uskup yang menganggap kondisi paus lebih serius daripada versi berita resmi. Mereka sedang mempersiapkan konklaf,” tambahnya. “Sabar! Terima kasih Tuhan, saya baik-baik saja.” [Konklaf: sidang pemilihan Paus baru].
Setelah operasi, desas-desus palsu mulai beredar di media sosial dan di berita-berita online bahwa Paus Fransiskus akan segera mengundurkan diri, sebagian didasarkan pada berita-berita miring bahwa paus mungkin menderita penyakit ‘turunan’ dan ‘kronis’.
Dalam pertemuan itu rekan-rekan Jesuitnya juga meminta tanggapan Paus sendiri atas pandangan orang terhadapnya yang terbagi. Ada yang melihatnya sebagai sosok Paus yang ideal, tetapi ada pula yang menilai Paus Fransiskus seorang ‘heterodoks’, karena terkesan kurang ketat dalam mengajarkan prinsip-prinsip kebenaran Kristiani.
Paus menjawab singkat: “Kita para Jesuit berusaha untuk mengatasi perpecahan itu”.
Pengeritik Paus berpandangan bahwa ia lebih konsern dengan isu-isu sosial, sehingga di anggap komunis. “Mereka (para pengeritik) mengatakan bahwa saya tidak berbicara tentang kekudusan, padahal saya menulis Seruan Apsotolik tentang kekudusan, Gaudete et Exultate”.
Paus juga mengetahui bahwa ada channel TV Katolik yang selalu melontarkan kritik kepadanya. Ada saja pihak yang “berkomentar buruk tentang”, katanya.
“Saya secara pribadi pantas menerima serangan dan hinaan karena saya orang berdosa, tetapi Gereja tidak pantas menerimanya. Mereka adalah pekerjaan iblis,” katanya.
“Saya terkadang kehilangan kesabaran, terutama ketika mereka mengadili tanpa berdialog secara nyata. Saya tidak bisa berbuat apa-apa di sana. Namun, saya terus berjalan tanpa memasuki dunia ide dan fantasi mereka. Saya tidak mau masuk dan karena itu saya lebih memilih untuk mengajar, mengajar…”, ujarnya.
Paus menepis pandangan bahwa ia terlalu revolusioner: “Saya berjalan maju, bukan karena saya ingin memulai revolusi,” kata Paus Fransiskus. “Saya melakukan apa yang saya rasa harus saya lakukan. Dibutuhkan banyak kesabaran, doa dan banyak amal.”
Terima kasih pater.. Berita terkini tentang Paus Fransiskus. __Salam dan doa, semoga pater sehat selalu dan senantiasa dalam perlindungan TUHAN. ?