Devosi kepada Maria sebagai pelindung dikaitkan dengan himne doa Sub tuum praesedium (di bawah perlindunganmu) dalam bahasa Yunani yang sudah dikenal sejak abad ketiga di Mesir.
Himne ini ditemukan dalam fragmen papirus dalam perpustakaan Rylands di Manchester, Inggris. Doa itu kemudian tersebar dalam liturgi Gereja Timur maupun Barat. Pengenalan devosi kepada Maria di Mesir berkembang berkat jasa para Bapa Gereja awal seperti Klemens, Origenes, Atanasius dan Sirilus[1].
Penghormatan kepada Bunda Maria sebagai Bunda Pelindung, khususnya pelindung orang berdosa tampak juga dalam ajaran Germanus, seorang Patriarka dari Konstantinopel († 733).
Ia menyebut diri sebagai orang tawanan Maria. Ia menghormati Maria dengan penghormatan tertinggi, terutama karena pertolongan yang diberikan Maria sebagai Bunda Allah kepada para pengikut Kristus. Ia menggelari Maria sebagai Perlindungan orang berdosa (Refugium Peccatorum).
Pendosa berlindung kepada Maria, karena oleh doa-doanya, Tuhan membatalkan hukuman dan kutukan bagi para pendosa. Dalam ketelanjangan dan kemiskinannya, manusia berlari mencari perlindungan pada Maria[2].
Jean-Jaques Olier († 165), seorang pendiri sekolah seminari di Prancis, melukiskan bahwa para pendosa, sekalipun seorang kriminal, kalau ia berlari kepada Maria, maka ia dilindungi, dan Tuhan membebaskan dia dari dosa-dosa yang kelam[3]. Orang berdosa yang dalam doanya bergabung dengan kasih Maria, tentu saja tidak terkena ‘murka’ Allah sang Hakim[4].
Kecintaan umat pada Bunda Maria yang memberi pertolongan dalam situasi sulit digambarkan pula dengan gelar-gelar lain yang maknanya berdekatan: Advocata (Pembela), Auxiliatrix (Pembantu), Adiutrix (Penolong), Mediatrix (Pengantara).
Gelar Advocata digunakan pertama kali oleh Ireneus dari Lyon (130-202). Gelar Auxiliatrix dan Adiutrix keduanya kerap kali dipakai dalam tradisi Gereja Timur; sedangan gelar Mediatrix, diperkenalkan oleh Marcier dari Belgia († 1928). Gelar-gelar ini juga kita temukan dalam dokumen Konsili Vatikan II, Lumen Gentium artikel no. 62[5].
[1] Bdk. Luigi Gambero, Mary and the Fathers of the Church, 69-70.
[2] Bdk. Graef, Mary. A History of Doctrine and Devotion, 113-115.
[3] Bdk. Graef, Mary. A History of Doctrine and Devotion, 307.
[4] Bdk. Groenen, Marioogi. Teologi dan Devosi, 182.
[5] Bdk. Eddy Kristiyanto OFM, Maria dalam Gereja, 69-70
Terima kasih Pater