Paus Leo Ke-XIV adalah seorang Agustinian. Dalam pidato perdana sebagai Paus, ia memperkenalkan diri sebagai anak Santo Agustinus. Dalam pidato itu Paus Leo menyerukan damai (pax).
Ia mengajak umat manusia bergandengan tangan berjalan menuju damai yang utuh, yang telah disediakan Allah bagi umat-Nya.
Paus menyerukan damai tanpa kekerasan dan tanpa senjata. Ia menegaskan bahwa Yesus yang telah bangkit membawa damai sejahtera bagi dunia. Itulah damai yang sesungguhnya. Damai Paskah menggerakkan kita sebagai misionaris damai ke tengah dunia. Kita bersatu dalam Kristus yang bangkit untuk menjadi saksi tentang kebenaran iman.
Damai merupakan tema teologis yang muncul dalam pemikiran St. Agustinus. Misalnya dalam Confessiones dan Civitate Dei. Uskup Hippo berbicara tentang damai batiniah sebagai tujuan final ziarah jiwa manusia. Damai bukan sekedar rasa optimis sesaat. Manusia merindukan damai yang utuh dan pasti (pax plenissima atque certissima).
Dalam pidato di hadapan para jurnalis Paus Leo juga berbicara tentang damai. Para jurnalis diundang untuk menjadi penyebar berita damai. Di tengah revolusi teknologi berupa Artificial Intelligence, para jurnalis menjadi penyebar berita damai tanpa kekerasan.
Paus Leo menguatkan hati para jurnalis agar terus menyebarkan berita tentang damai. Ia menyuarakan hak para jurnalis yang dipenjarakan karena berani memberitakan kebenaran. Perang dan kekerasan tidak pernah menjadi solusi untuk membangun perdamaian.
Tiga kebajikan utama Agustinian tampak jelas mewarnai seruan-seruan Paus Leo ke XIV: Kebenaran (Veritas), Kesatuan (Unitas) dan kasih (Caritas). Gereja hendaknya bersatu dalam kasih Tuhan, agar dapat menjadi jembatan dialog dengan dunia tentang kebenaran.
Dalam khotbah pada Misa pelantikannya, Paus Leo kembali mengutip Santo Agustinus. Kali ini mengulang kalimat terkenal dari Agustinus dan Confessiones: “Engkau menciptakan kami bagimu ya Allah, dan jiwa kami berlum tenang sebelum beristirahat pada-Mu.”
Agustinus memaknai damai sebagai tujuan akhir ziarah manusia. Ia melukiskan manusia sebagai peziarah (homo viator). Damai yang paling final ialah kesatuan jiwa manusia dengan Allah, saat ketika jiwanya dapat beristirahat penuh damai dalam pelukan kasih Allah.
Pengaruh teologi Agustinus dalam pidato-pidato Paus Leo ini menekankan bahwa damai ialah perjumpaan manusia dengan Allah. Damai bukan ide atau filosofi abstrak. Damai dibangun melalui perjumpaan dan dialog dengan sesama. Sebagai peziarah di dunia kita dipanggil untuk berdamai dengan diri sendiri dan dengan bumi rumah bersama kita.
Terimakasih tulisan nya Pater. Damai selalu.
Terima kasih pater Andre… Semoga Roh Kudus memampukan kita untuk senantiasa mengungkapkan kebenaran, persatuan dan kasih kepada orang-orang disekitar kita. Salam dan doa, semoga pater Andre sehat selalu dan senantiasa dalam perlindungan TUHAN.