Christus Medium
  • Humaniora
  • Teologi
  • Dialog Teologi dan Sains
  • Filsafat
  • Buku
  • Tentang Saya
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
Christus Medium
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
Home Teologi

Santo Bonaventura, Doctor Seraphicus

17 Juli 2018
inTeologi
9
Roh Kebijaksanaan

foto dari google

Share on FacebookShare on Whats AppShare on Twitter

Santo Bonaventura (1217-1274), biarawan Fransiskan (OFM), salah satu teolog terkemuka pada Abad Pertengahan. Ia lahir di Bagnoregio, wilayah profinsi Viterbo, Italia. Ayahnya bernama Yohanes Fidanza, seorang dokter. Ibunya Maria di Ritello dari Città di Castello. Bonaventura dibaptis dengan nama Yohanes (Giovanni) mewarisi nama ayahnya. Pada usia sekitar 9 atau 10 tahun, Yohanes kecil mengalami sakit berat. Dokter Fidanza pun angkat tangan. Sang ibu lah yang bertindak, tetapi bukan tindakan medis yang diambil: Ia memohon rahmat kesembuhan bagi anaknya melalui doa Fransiskus Assisi. Doa ibunya terkabul, anaknya sembuh secara ajaib.

Di kemudian hari, peristiwa masa kecil itu dicatat Bonaventura dalam Riwayat hidup Santo Fransiskus yang ditulisnya, Legenda Maior. Pada waktu itu ia mengemban tugas sebagai Minister General (pemimpin umum) OFM. Sidang Akbar Ordo pada 1260 mendaulatnya menulis sebuah riwayat tentang hidup Fransiskus. Ia menerima tugas itu, terutama terdorong oleh teladan hidup Fransiskus. Penyembuhan ajaib masa kecil itu disyukurinya sebagai pengalaman yang selalu ‘hidup dan segar’ dalam ingatan. Ia mengagumi Fransiskus sebagai ‘bapa yang kudus’, orang yang ‘patut dimuliakan dan diteladani’. Tulisnya: “Sebab ketika aku masih kanak-kanak dan sakit parah, seperti masih kuingat dengan hidup dan segar, aku direnggut dari moncong maut berkat penyeruan namanya dan pahala-pahalanya” (LegM. Prol. 3 [VIII, 505]; Fonti Francescane/ FF, [1023]). Kesaksian ini menegaskan bahwa orang yang paling berpengaruh dalam hidup dan pemikiran Bonaventura ialah Santo Fransiskus.

Yohanes muda telah mulai mengalami pendidikan keagamaan dari para Fransiskan di Bagnoregio. Secara tradisional diterima kronik Lukas Wadding yang melukiskan bahwa Bonaventura telah hidup bersama para Fransiskan di Bagnoregio pada 1225-1235, ketika itu ia masih muda (iuvenis) [Annales Minorum, an.1243]. Sejak sekitar 1235-1242 ia belajar Filsafat di Universitas Paris. Paris pada waktu itu merupakan pusat budaya Eropa, dan universitasnya menjadi ikon dunia akademis. Menjalani studi pada Fakultas Seni (Filsafat) merupakan awal bagi mahasiswa sebelum memilih spesifikasi bidang Kedokteran, Hukum atau Teologi.

Perlu diketahui bahwa ada dua figur pembaruan Gereja pada Abad ke XIII, yaitu Fransiskus (1182-1226) dan Dominikus (1170-1221). Yang pertama mendirikan Ordo Fransiskan; yang kedua Ordo Dominikan. Kedua Ordo ini dikenal sebagai ordo-ordo pengemis. Disebut ‘pengemis’ karena upaya pembaruan Gereja mereka lakukan dalam bentuk ulah tapa, baik secara spiritual maupun badani, termasuk dengan mengemis. Dalam kerangka cita-cita pembaruan itu, generasi awal kedua Ordo ini merasa perlu membentuk para anggotanya dengan pendidikan di universitas Paris. Para Fransiskan masuk ke Prancis sejak 1219, mula-mula di luar Paris, kemudian menetap di dalam kota untuk mengembangkan ‘Sekolah Fransiskan’. Demikian pula para Dominikan telah hadir hadir di sana. Di universitas ini Bonaventura menjadi rekan (sebagai mahasiswa dan dosen) Thomas Aquinas (1224/5-1274), ikon intelektual Ordo Dominikan.

Diketahui bahwa pada 1253 ia telah menyelesaikan seluruh studi, meraih gelar ‘doktor’, sehingga pada 1253-1254 ia telah menjadi dosen di universitas Paris (bersama Thomas Aquinas). Karier akademis Bonaventura sebagai dosen tidak bertahan lama. Pada bulan Februari 1257 ia harus kembali ke Italia, karena terpilih sebagai Minister General OFM. Tugas itu diembannya hampir selama 17 tahun. Sebagai Minister ia berada jauh dari universitas, namun semangat akademisnya tidak luntur. Ia terus menulis dan memberi beberapa ‘seminar’ di universitas Paris. Pada 1273, oleh Paus Gregorius X, ia diangkat sebagai uskup keuskupan Albano. Sebagai uskup ia menghadiri Konsili Ekumene di Lion, namun meninggal sebelum Konsili berakhir, pada 15 Juli 1274. Pada 1482 ia dikanonisasi sebagai orang kudus oleh Paus Sixtus IV, dan digelari Doctor Seraphicus pada 1588 oleh Paus Sixtus V.

Gelar tersebut merujuk pada Malaikat Serafim berwajah Yesus tersalib yang menampakkan diri pada Fransiskua Assisi di La Verna, sehingga ia mendapat stigmata, yaitu luka-luka serupa luka Yesus. Tempat yang menunjuk dengan persis sejarah dan latar belakang gelar tersebut ialah pegunungan La Verna, yang berada di wilayah Toscana, Italia tengah. Arti penting La Verna bagi Bonaventura berkaitan erat dengan spiritualitas Fransiskus Assisi, khususnya pengalaman mistiknya di sana, yaitu menerima stigmata suci. Wilayah pegunungan ini merupakan hadiah dari pangeran Orlando Catani dari Chiusi kepada Fransiskus, lantaran rasa kagum pada khotbah-khotbahnya. Kini di La Verna terdapat biara Fransiskan, tempat para peziarah dari berbagai belahan dunia datang untuk menimba bekal rohani atau sekedar berwisata.

BacaJuga

Kebangkitan Teologi Harapan

Teologi Perdamaian Paus Leo ke-XIV

Kekristenan di Era Posthuman

Misteri “Aku Haus”

Mengapa Maria Bergelar Advocata?

Apa Itu Neraka?

Di La Verna inilah Fransiskus menerima stigmata, yaitu luka-luka mirip luka-luka Kristus yang tersalib, pada tubuhnya. Pengalaman istimewa akan Kristus tersalib ini terjadi pada 1224, dua tahun sebelum kematiannya. Sumber-sumber sejarah riwayat hidup Fransiskus mengisahkan bahwa ketika ia sedang tenggelam dalam doa dan ulah tapa di pegunungan La Verna, menjelang Pesta Santo Mikhael Malaikat Agung, 29 September, ia mendapat sebuah penglihatan mistik: Seorang malaikat Serafim mirip Kristus tersalib menampakkan diri kepadanya.

Sebagaimana dilukiskan dalam riwayat hidup Fransiskus maupun ikon-ikon khas Fransiskan, Malaikat Serafim tersebut bersayap enam: Sepasang sayap membujur searah kedua kaki, sepasang sayap melingkari pinggang, dan yang lainnya membentang sejajar kedua lengan. Dari lambung serta kedua tangan dan kaki Serafim terpancar berkas-berkas cahaya yang menerpa Fransiskus, tepat pada lambung, kaki dan tangan, sehingga padanya tampaklah luka-luka Kristus tersalib. Ekstase ini memahkotai cintanya yang mendalam akan Kristus yang miskin dan rendah hati. Kristus hidup dalam diri Fransiskus secara spiritual maupun badani. Peristiwa itu begitu menginspirasi pemikiran Bonaventura.

Tags: Santo Bonaventura
ShareSendTweet
Artikel Sebelumnya

Berpikir Sejenak Sebelum Selfie: Catatan Tentang ‘Persona’

Artikel Berikut

Yohanes Duns Scotus, Doctor Subtilis

TerkaitTulisan

Kebangkitan Teologi Harapan

Kebangkitan Teologi Harapan

Teologi Perdamaian Paus Leo ke-XIV

Teologi Perdamaian Paus Leo ke-XIV

Kekristenan di Era Posthuman

Misteri “Aku Haus”

Mengapa Maria Bergelar Advocata?

Apa Itu Neraka?

Apapun Agamamu Anda ‘Merayakan Ekaristi’

Pandangan Martin Luther tentang Bunda Maria

Komentar 9

  1. Rudolf Mekeng says:
    7 tahun yang lalu

    Terimakasih atas ulasanya Pater.. Santo Bonaventura orang kudus yang sangat saya kagumi.

    Balas
  2. Unknown says:
    7 tahun yang lalu

    Trims Pater Andre.

    Balas
  3. bernadinusatawolo wagameho says:
    7 tahun yang lalu

    Halo Rudi, semoga sehat selalu. Masih di Malaysia ya? Terima kasih sudah membaca artikelnya. Sukeses selalu.

    Balas
  4. bernadinusatawolo wagameho says:
    7 tahun yang lalu

    Sama-sama. Salam

    Balas
  5. Sr. SOviani says:
    5 tahun yang lalu

    Terima kasih Pater

    Balas
  6. Soviani says:
    5 tahun yang lalu

    Santo yang memiliki kecerdasan mistik luar biasa. Semoga kita semua bisa belajar dari kesuciaannya.

    Balas
  7. *********@***il.com" class="url" rel="ugc external nofollow">Luisa says:
    5 tahun yang lalu

    Terima kasih Pater atas ulasan tentang orang suci yang saya kagumi. Mistik intelektual yang luar biasa mengubah dunia.Tua Providentia Pater Gubernat.

    Balas
  8. Alfonsa FCh says:
    5 tahun yang lalu

    Trima kasih Pater… Sto. Bonaventura..Inspirasi hidup untuk terus belajar tentang hidup dan kesederhanaan …

    Balas
  9. Ping-balik: Apa Makna Tau? - Christus Medium

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terbaru

  • Kanonisasi Carlo Acutis 7 September 2025
  • Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Mengapa Juni Disebut Bulan Hati Kudus Yesus?
  • Tragedi Gletser di Swiss dan ‘Nubuat’ Paus Fransiskus
  • Paus Beri Bonus Konklaf 500 Euro untuk Karyawan Vatikan

Komentar Terbaru

  • Nita Garot pada Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Filip D Zaoputra pada Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Sr M.Gertrudis PRR pada Mukjizat Pada Seorang Swiss Guard
  • Irene pada Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Agus Pati Arkian Atakowa pada Apa itu TEOLOGI? [1]

Tag

AllahBonaventuraBunda MariaCorona VirusdisabilitasdoaEkaristiEnsiklik Tutti FratelliFransiskanFransiskus AssisiFratelli TuttiGerejaGereja KatolikHati Kudus Yesushikmat roh kudusimanJean Vanierkarunia Roh KuduskasihLaudato Silogika kasihlogika salibManusiamanusia sebagai citra AllahnatalPatris CordePaus Benediktus XVIPaus FransiskusPaus Leo ke-XIVRoh KudussabdaSalibSanta Mariasanto agustinusSanto BonaventuraSanto Fransiskus AssisiSanto YusufTeilhard de ChardinTeologiTrinitasvirus koronawaktuwaktu dan kekekalanYesus kristusYohanes Pembaptis
@Christusmedium.com
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
  • Humaniora
  • Teologi
  • Dialog Teologi dan Sains
  • Filsafat
  • Buku
  • Tentang Saya

© 2018 - Andreatawolo.id