Waktu itu ibarat samudera luas. Ia adalah ukuran dari segala ukuran.
Ia merangkul segala yang hidup di dalam air. Ia menerima makhluk-makhluk yang beragam. Ia tak pernah menuntut para makhluk mengukur kedalamannya atau meminta mereka menjengkal keluasannya. Ia menerima mereka apa adanya. Keberagaman makhluk menyukakan hatinya. Ia melihat bahwa segala makhluk hidup itu baik adanya. Waktu merangkul tanpa mengadili. Penggalan tulisan ini pun merangkul setiap mata yang memandang, tidak membatasi, sebab ia hanya sepenggal intuisi, bukan kebenaran. Terima kasih bagi mata yang telah memandangnya.
Waktu identik dengan sang pemilik waktu: Pencipta. Sang pencipta menjadikan segala sesuatu bukan dalam waktu, tetapi dengan waktu. Creatio cum tempore, kata Agustinus dari Hippo. Pencipta itu kekal. Infinitum. Tidak ada waktu mendahului adanya dia. Sebaliknya semua yang tercipta itu hidup dalam waktu (in tempore): terbatas, tidak sempurna. Keberagaman adalah tanda keterbatasan. Ada penghuni yang gembira melihat sesama ciptaan. Ia sadar: ‘aku hanyalah penghuni – bukan penakhluk –samudera raya’; ‘aku mungkin berbeda dari dia dan mereka, tetapi kami semua sama-sama penghuni di sini – penghuni sementara’.
Dalam samudera waktu nan luas terdapat palung-palung hunian. Ada sebuah palung dengan penghun yang ramai: palung ‘agama’. Pilihan nama yang indah! Sayang, nama tak seindah penghuninya. Para penghuninya suka bangga: berenang kian kemari: ‘Tak ada hunian senyaman hunianku’!, begitu mereka berteriak, semakin keras. Teriakan keras yang memekakkan telinga. Mereka sibuk memuji palungnya, nyaman dalam gua yang gelap dan sempit, lupa menikmati keindahan mentari pagi yang membias di kedalaman samudera raya.
Mereka tak tertarik dengan warna-warni pelangi di saat hujan rintik-rintik. Mengapa ada penghuni yang sibuk? Rupanya ia tidak mengenal siapa dia sendiri; mungkin ia kesepian dalam kesempitan. Hari ini Nyepi: masuklah dalam dirimu, pandanglah dia dengan lebih teliti: ia terbatas, namun tidak terabaikan, ia menjadi lebih indah di tengah samudera luas. Kita bhinneka, kita Indonesia, kita satu.