Setelah beberapa waktu tidak menyambung perjalanan ‘waktu’–maklum lah sang waktu memang sering kali kurang barsahabat –saya hendak melanjutkannya.
Mungkin saja di antara sahabat-sahabat, ada yang pernah mampir barang sekali klik pada salah satu dari enam simpul terdahulu. Terima kasih atas persembahan waktunya. Sekali klik untuk seribu jenis tawaran.
Sang waktu identik dengan jejak langkah. Kita menoleh bukan sekedar untuk menghitung langkah kaki, tetapi terutama untuk memaknai langkah laku. Satu tahun misalnya, 365 hari, 12 bulan, berapa jam dan menitnya coba Anda hitung sendiri, bukan sesuatu untuk dilupakan, tidak peduli apa saja yang telah terjadi. Yang berlalu memang tetap pergi, namun makna selalu kembali. Dia menyapa.
Mungkin sang makna baru kita temukan sekarang, dalam waktu sesaat tetapi berharga: Ketika kita duduk sendiri, menjadi diri sendiri, bukan hanya diam, tetapi hening; hentikan kebiasaan berbicara, saatnya membiarkan waktu yang berbicara; bukan sekedar menghitung (apalagi mengukur untung-rugi), tapi belajar menerima apa yang telah disediakan sang waktu untuk kita.