Kita tertarik membaca buku karena mau mengetahui dan mengerti isi buku tersebut. Dengan membaca buku orang mendapat pengetahuan, menyimak kisah yang menarik, atau mendapat informasi baru. Jadi, ketika kita membaca sebuah buku kita sedang menimbah pengetahuan dari penulis, mengikuti alur kisah yang dibuatnya, ataupun mengikuti cara berpikirnya.
Dengan kata lain, ketika kita membaca sebuah buku atau tulisan, penulis sendiri seakan-akan hadir dan memengaruhi kita melalui tulisannya. Dan ketika kita sungguh merasa tertarik dengan sebuah buku, secara tertentu kita tertarik dengan penulisnya. Kegembiraan seorang pembaca buku semakin bertambah ketika ia dapat bertemu dengan si penulis.
Santo Bonaventura mengibaratkan kehadiran Allah bagi manusia (wahyu diri Allah) dengan hubungan antara pembaca buku dan penulis buku. Tuhan sebagai penulis dan manusia pembacanya. Buku apa saja yang ditulis oleh Sang Penulis Agung? Apakah buku tulisan-Nya menarik bagi pembaca? Apakah dengan membaca buku tersebut para pembaca terpengaruh oleh Penulisnya?
Buku Pertama
Sang Penulis Agung menulis tiga buku. Buku pertama disebut Buku Ciptaan (the book of nature). Buku pertama ini ibarat sebuah buku bergambar. Di buku ini para pembaca menemukan lukisan-lukisan indah dengan warna-warni mengagumkan. Imajinasi dan perasaan pembaca dimanjakan oleh indahnya lukisan-lukisan dalam buku ini. Rupanya Sang Penulis ini sekaligus Pelukis. Penulis Agung ini melukiskan diri-Nya melalui ciptaan, sekiranya dengan melihat lukisan itu tersingkaplah bagi para pembaca siapa gerangan Dia Penulis dan Pelukis Agung itu.
Para pembaca kagum membaca buku yang pertama. Segala yang indah, agung, utuh, teratur, harmonis dan tertata dalam ciptaan ini memang menarik perhatian para pembaca. Begitu kagumnya manusia pembaca, merekapun berusaha mengerti detail setiap lukisan. Namun justru karena rasa ingin tahu mereka telah terpenuhi, para pembaca mulai merasa sudah cukup membaca buku ciptaan. Semua lukisan sudah dinikmati. Tampaknya semua sudah terjawab. Sudah puas, tak ada yang baru. Tak perlu lagi bertanya siapa pelukisnya. Warna-warni indah buku ciptaan lama-kelamaan semakin kabur di mata para pembaca.
Buku Kedua
Sang Penulis menulis buku kedua. Para pembacanya tidak hanya tertarik dengan lukisan-lukisan, sebab mereka tidak hanya memiliki imajinasi dan indera. Mereka juga mampu bernalar dan bertindak bebas. Kali ini Sang Penulis menulis ‘Buku Kitab-Kitab’ (the book of Scripture). Jika buku pertama memuat banyak lukisan, buku yang kedua ini memuat kata-kata Penulis. Kata-kata tersebut merupakan Sabda Ilahi. Kiranya dengan membaca Sabda, hati dan budi para pembaca dicerahkan, logika dan kehendak mereka semakin sejalan dengan Penulis.
Rupanya kata-kata Penulis saja tidak cukup bagi para pembaca. Seperti buku ciptaan yang lama kelamaan tak lagi tampak menarik, Bonaventura melukiskan bahwa ada sesuatu yang menghalangi mata manusia sehingga tulisan dalam buku Kitab-Kitab itu tampak sebagai buku berbahasa asing. Para pembaca mungkin membaca buku ini, bahkan mengertinya, tetapi kehendak mereka seringkali tidak terpengaruh oleh logika Sang Penulis. Bukan hanya mata inderawi, tetapi juga mata batinnya tertutup. Egoisme telah mengaburkan mata manusia pembaca Sabda. Kitab-kitab yang terbuka di hadapannya tidak dapat ia baca.
Buku Ketiga
Akhirnya Sang Penulis memilih cara lain. Ia menulis buku yang ketiga, yaitu ‘Buku Kehidupan’ (the book of life). Apa isi buku ini? Bukan indahnya semesta atau huruf-huruf mati. Sang Penulis sendiri mendatangi para pembaca. Ia memilih ‘jalan turun’ menjumpai para pembaca, menjadi seperti mereka, terutama mengasihi mereka, agar mata mereka percaya pada-Nya. Ia tidak hadir bagi mereka dalam wujud indahnya semesta dan dalamnya Sabda, tetapi dengan Hidup-Nya sendiri. Ia bukan hanya penunjuk jalan, atau contoh manusia super. Ia memungkinkan pembaruan hidup para pembaca. “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”, kata Sang Penulis.
Sekarang para pembaca memiliki tiga buku. Ketiga-tiganya terbuka di hadapan mata. Setiap buku itu memuat rencana indah Penulis bagi para pembaca. Pembaca yang sungguh mendambakan cara berpikir Sang Penulis tahu bahwa ia perlu membaca ketiga-tiganya– membacanya berulang kali, merenungkannya, membiarkan diri dipengaruhi Sang Penulis.
Terimakasih pater Andre Atawolo utk pencerahannya
Sama2 Pater Lorent terkasih
“membaca ketiga-tiganya!” Sola Scriptura memiskinkan bila Alkitab tak membantu menjumpai Allah Pencipta dalam karya-karya ciptaannya yang begitu indah, dan injil tak membantu menemukan giatnya Roh Allah dalam perjuangan hidup banyak orang beriman, termasukbanyak orang kudus yang sudah mendahului kita. Baca dan amati!
Terima kasih Pater Martin telah mengunjungi blog saya.
adeku…..makasih utk hasil karya Tuhan lewatmu.Buku2mu luar biasa krn bagiku menambah wawasan,inspirasi dan membenahi perjalanan hidup sebagai bahan refleksi pribadiku.makasih adeku…..
Terima kasih kaka Mia.
Terima kasih Pater Andre.
Saya baru sempat membacanya.
Sungguh agung karya Allah.
Tulisan Pater sangat membantu saya untuk membaca buku dengan cara yang baik.
Lily, terima kasih telah membaca tulisan saya. Salom
Terimakash banyk pater. Tulisan yg inspiratif.
Tuhan mmberkati
Terima kasih telah mengunjungi blog saya dan membaca artikel ini. Pax te cum!
Bagus ya pater. TUHAN menulis tiga buku. Bahan tuk retret.
Terima kasih.
Trima kasih..