“Allah adalah kasih” (1 Yoh 4: 16). “Ketika engkau melihat kasih engkau melihat Trinitas”, tulis St. Agustinus dalam De Trinitate. Menurut ajaran Kristen, Allah yang diimani adalah Trinitas Maha Kasih. Permenungan berikut ini memperhatikan beberapa teks Kitab Suci yang relevan dengan tema tersebut.
Nama Tiga Pribadi Ilahi
Nama tiga pribadi ilahi, Bapa, Putra/ Anak dan Roh Kudus disebutkan dengan jelas dalam Alkitab. Misalnya dalam rumusan utusan membaptis versi Injil Matius, nama-nama itu disebutkan dengan jelas, di letakkan pada mulut Yesus: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat. 28: 19).
Perjanjian Baru tidak hanya menyebut nama-nama tersebut. Di sana kita juga menemukan banyak formulasi yang mengungkapkan adanya relasi antara Yesus dan Bapa, antara Yesus dan Roh Kudus, antara Bapa dan Roh Kudus, dan antara Bapa, Yesus dan Roh Kudus. Sebutan dan peran tiga Pribadi Ilahi dapat ditemukan dengan jelas dalam Perjanjian Baru. Yang tidak mudah ialah bagaimana memahami bahwa ketiganya adalah satu.
“Aku dan Bapa adalah satu”
Dalam Perjanjian Lama Allah berbicara kepada manusia dengan menyebut diri “Aku”. Misalnya ketika Ia mewahyukan nama-Nya kepada Musa: “Aku adalah aku” (Kel. 3:14). Allah adalah ‘Aku’ yang ada dan hadir bagi umat-Nya. Dalam Perjanjian Baru, nama diri itu keluar dari mulut Yesus. Ketika menyebut diri dengan sebutan ‘Aku’, Yesus tidak sedang bersaksi tentang diri-Nya sendiri, tetapi tentang relasi dengan Bapa-Nya.
Yesus dengan jelas mengklaim kesatuan diri-Nya dengan Allah Bapa: “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh. 10: 30) dan “Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa” (10: 38). Sebab itu “Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku” (Yoh 12: 45). Relasi Yesus dengan Bapa merupakan sebuah kesatuan istimewa. Hanya Putra yang mengenal Bapa dan hanya Bapa yang mengenal Putra. Antara keduanya terjalin saling percaya yang total serta kesatuan kehendak.
Diri dan tindakan Yesus identik dengan ketaatan-Nya pada kehendak Bapa. “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh 4: 34). Konsekuensi dari ketaatan total itu ialah pilihan tindakan aktif Yesus menyelesaikan Misi Bapa: “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yoh 6: 38).
Yesus sadar bahwa dasar seluruh misi-Nya di dunia ialah relasi-Nya dengan Bapa. Ia sadar tentang asal-muasal-Nya: “Aku keluar dan datang dari Allah” (Yoh 8: 42). Ia sadar akan tugas mesianik-Nya, yaitu “memberitakan Injil Kerajaan Allah” (Luk 4: 43; Mat 15: 26), yaitu dengan mengasihi Allah dan manusia dengan cara “melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10: 45). Diri Kristus adalah ungkapan kasih Allah Bapa. Karena itu Yesus berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14: 9).
Bapa dan Putra Satu dalam Roh
Kesatuan antara Bapa dan Putra itu tidak terlepas dari peran Roh Kudus, yang merupakan Roh Bapa (Mat 10: 20; 12: 28) dan Roh Yesus juga (Yoh 14: 26; 16: 7, 14). Penyertaan Roh kepada Putra terjadi sejak Sabda dikandung dalam rahim Maria. Kata Malaikat kepada Maria: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi egkau” (Luk 1: 35). Dapat dikatakan bahwa sebelum Yesus menjalani misi-Nya di dunia, Roh Kudus selalui menyertai-Nya.
Kesaksian dimensi trinitaris sejarah keselamatan juga dinyatakan pada pembaptisan di sungai Yordan, di mana Ia melihat langit terbuka dan Roh seperti burung merpati ‘turun ke atas-Nya’ (Mrk 1: 10), serentak Ia mendengar suara Bapa yang memanggil-Nya sebagai ‘Anak yang terkasih’ (Mrk. 1: 11). Momen baptis ini menggemakan nubuat Yesaya: “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa” (Yes 42:1; 61, 1).
Kesaksian Markus (bdk. Mat. 3: 13-17; Luk. 3: 21-22) tentang baptis Yesus, menegaskan dua hal: 1) Peran istimewa Kristus dalam sejarah keselamatan berdasarkan relasi-Nya yang intim dengan Bapa yang Ia sebut Abba. Tidak ada tokoh karismatik manapun yang memiliki kualitas kesadaran sebanding dengan-Nya. 2) Relasi istimewa antara Anak dan Bapa itu tidak terlepas dari peran atau kehadiran Roh Kudus. Roh Kudus hadir secara tetap dalam Yesus: Roh “turun ke atas Dia” (Luk 3: 22), “tinggal di atas-Nya” (Yoh 1: 32); “turun dan tinggal di atas-Nya” (1: 33). Berkat penyertaan Roh, relasi kesatuan antara Bapa dan Putra terwujud secara penuh. Roh Kudus adalah penyelaras relasi Bapa dan Putra. Dalam Roh, kasih ilahi adalah persekutuan tak terperikan.
Roh ‘turun ke atas-Nya’, artinya Roh itu menyatukan kehendak Anak dan Bapa, sehingga seluruh misi perutusan Anak merupakan ungkapan dari ketaatan total dan kesatuan yang erat dengan Bapa. Misi Yesus di dunia merupakan cara berada-Nya sebagai ‘Anak yang dikasihi Bapa’. Dengan kata lain, “diri pribadi Yesus identik dengan misi-Nya; Dia adalah misi Allah”. Yang terjadi dalam pembaptisan Yesus ialah manifestasi kesatuan erat antara keduanya dalam ikatan Roh yang satu dan sama. Momen ketika Roh Kudus turun ke atas Yesus, juga oleh penginjil Lukas dirumuskan sebagai perkenanan Bapa: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Luk 3: 22).
Teks lain seperti Yoh 19: 30 (Mat 27: 50, Mrk 15: 33, Luk 23: 46), memberi makna mendalam tentang totalitas ketaatan Putra kepada Bapa dalam Roh pada peristiwa salib: “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai’. Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya”. Menyerahkan nyawa artinya: menyerahkan seluruh Roh-Nya, yaitu seluruh eksistensi dan kuasa-Nya kepada Bapa. Yesus dapat mengklaim bahwa seluruh misi yang telah terlaksana adalah milik-Nya, namun itu tidak Ia lakukan.
Jika pada peristiwa baptis, Roh turun ke atas Yesus, dan karena itu Ia berkenan bagi Bapa, kini di salib, Roh itu dihembuskan Kristus. Roh yang dihembuskan itu ialah Roh kasih yang menyatukan Bapa dan Putra. Roh yang telah menyertai Yesus selama hidup-Nya kini dikurbankan sebagai bentuk ketaatan total, ungkapan kesatuan utuh dengan kehendak Bapa.
Allah juga telah membangkitkan Putra dari maut: Dialah sebab utama kebangkitan Yesus: “Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus” (Kis 2: 36). Namun tindakan-Nya itu, terlaksana oleh daya Roh, karena itu tidak dapat dimengerti tanpa peran Roh. Dalam konteks ini Paulus mengatakan bahwa ‘Roh Dia (Bapa) telah membangkitkan Yesus (Rom 8: 11). Yesus yang bangkit hidup oleh daya Roh itu.
Dengan kebangkitan, daya Roh Bapa kini nyata dalam kejayaan Anak-Nya, karena itu Bapa dimuliakan. Kini Kristus hidup secara baru yaitu hidup oleh ‘Roh yang menghidupkan’ (1Kor 15: 45). Dengan Paskah, hidup Kristus adalah hidup Roh, dan kemuliaan Kristus adalah kemuliaan Roh. Paulus menyakinkan jemaat di Korintus bahwa “bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: ‘Terkutuklah Yesus!’ dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus (1Kor 12:3).
Peristiwa Paskah menegaskan bahwa Roh menampilkan ciri teosentris: Ia tidak berada di luar pribadi-pribadi ilahi yang lain, melainkan di dalam mereka. Roh menegaskan kualitas mesianik Yesus. Dengan Paskah, kemanusiaan Yesus kini dimuliakan dalam Roh. “Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah” (2 Kor 13:4). Kini Yesus hidup penuh Roh; Ia kini ada sebagai Tuhan, Anak Allah. Dengan demikian Roh Kudus adalah Roh Kristus (Rom 8:9) dan Roh Anak (Gal 4:6); oleh Roh, komunikasi antara Bapa dan Putra merupakan komunikasi sempurna: mereka adalah satu Roh, satu kehendak, satu kasih.
Kesatuan dalam kasih itu menjadi aktual oleh peran aktif Roh Kudus, yang merupakan Roh Yesus (Yoh 14: 26; 16: 7, 14) sekaligus Roh Bapa (Mat 10: 20: 12: 28). Dengan kata lain, Roh Kudus merupakan kasih bersama (share-love, condilectio) dari Bapa dan Putra. Roh Kudus merupakan “Yang Ketiga”, penjamin kesatuan kasih. Dalam Allah Tritunggal, peran satu pribadi hanya dapat dimengerti dalam rangka korelasi dengan pribadi-pribadi lain. Relasi antara Bapa, Putra dan Roh Kudus merupakan sebuah persekutuan (communio): “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu” (1 Yoh 5: 7).
Kasih Allah Jaminan Keselamatanku
Relasi antara Bapa dan Putra mencapai kepenuhannya ‘dalam Roh Kudus’. Dan dalam Roh itu, relasi kasih antara Bapa dan Putra bersifat inklusif: bukan lagi ‘atau Bapa atau Putra’ melainkan ‘Bapa dan Putra’. Patut direnungkan bahwa kesatuan ilahi itu sekaligus merupakan jaminan hidup baru bagi para pengikut Kristus: “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yoh. 17:21).
Partisipasi manusia dalam hidup ilahi itu, menurut bahasa St. Paulus, dimungkinkan oleh daya intrinsik Allah, yaitu Roh-Nya: “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa’ ”! (Gal. 4:6).
Permenungan di atas kiranya telah menunjukkan bahwa di dalam diri Yesus Kristus keselamatan telah nyata bagi manusia. Diri dan hidup Yesus adalah pancaran kasih Bapa dalam Roh. Oleh karena itu, demikian penginjil Yohanes, “barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1Yoh. 4: 8). Karena Allah adalah kasih, maka tinggal dalam Allah berarti tinggal dalam kasih: “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1 Yoh. 4: 16).
Pax te cum..Pater Andre.
Sy mhn ijin artikel bagus ini sy sharingkan ke umat wilayah ya..amat sayang bila dikonsumsi sy sendiri…
Semoga kasih dr Sang Pengasih memberkati kita.Amin.
Monggo dishare sebanyaknya. Selamat hari raya Tritunggal Kudus.
Selamat malam pater,Selamat Hari Raya Tritunggal Maha kudus***Terima kasih pater, penjelasan yang menarik “peran Roh kudus ” kaitan dengan Bapa & Purta ****Saya setia menunggu tulisan berikutnya (Salam & Doa untuk ama romo,semoga sehat selalu )
terima kasih banyak ama. Pax te cum!
Amin.
Terima kasih Romo.
Terima kasih Romo Andre….saya tunggu Artikelnya terus . Selamat berkarya…
Pax te cum!