Menjadi tua adalah kenyataan yang tak terhindarkan oleh ciptaan. Kita ada dalam dunia. Kita makhluk terbatas. Kita tidak kekal. Anda dengan mudah menyadari dan merasa berbeda dari seorang anak muda milenial, misalnya dengan membandingkan gaya hidup: model berpakaian, pilihan makanan, postingan di media sosial, gaya bahasa, tokoh idola dan sebagainya.
Tentu saja yang menjadi tua bukan usia manusia semata, tetapi juga hal-hal terkait hidupnya. Perusahan tempat kita bekerja, lembaga tempat kita terlibat, institusi di mana kita mengabdi pun perlahan terkuras waktu. Bahkan bentuk-bentuk keyakinan komunal seperti agama dan kepercayaan, filosofi dan spirit hidup dalam kelompok religius, ataupun aliran dan ideologi sosial politik juga terkuras waktu. Dalam Global Ethics, Hans Küng mengatakan bahwa seandainya dalam ajaran sebuah agama atau kepercayaan, terdapat celah yang membenarkan pelecehan martabat manusia, sekalipun sedikit, agama itu tidak punya masa depan.
Dengan kata lain, bukan hanya tubuh atau meteri, tetapi juga cara berpikir dan keyakinan yang telah membentuk hidup seseorang menjadi tua. Sebuah perinsip yang diyakini benar dan baik akan berhadapan dengan cara pandang lain yang mengkritik, bahkan menolaknya. Hidup adalah sebuh dialektika: tesis dilawan dengan antitesis; klasik berhadapan dengan modern; tua berhadapan dengan muda; zaman old versus now. Dengan demikian lahirlah sintesi, paduan yang seimbang.
Akan tiba saatnya, produk yang telah lama menjadi hasil andalan usaha Anda, kalah bersaing di pasar; nilai jualnya mungkin menjadi rendah. Bukan tidak mungkin, cara managemen yang selama ini Anda yakini akan dianggap ketinggalan zaman. Bahkan patokan-patokan etis yang telah lama menjadi dogma kini terbantah oleh cara pikir yang progresif. Akhirnya semua hal akan tiba di senja harinya. Bagaimana kenyataan tak terhindarkan ‘menjadi tua’ ini tetap dapat dimaknai secara positif?
Acceptence. Terima dan akuilah jika hidup dan ruang lingkup hidup Anda telah menua. Sebagus-bagusnya sebuah karya karitatif, misalnya pendidikan (sekolah) dan kesehatan (rumah sakit), pada saatnya ia harus berjumpa dengan cara dan bentuk yang lebih kompetitif: Sangat mungkin bahwa perangkat kerjanya dianggap usang, tertinggal, tidak cocok dengan cara-cara lain yang mengutamakan profit. Orang-orang yang mendedikasikan hidup bagi sebuah institusi akan menjadi tua dan dianggap ketinggalan zaman, lantaran tak mampu memperluas jejaring yang lebih solid dan luas. ‘Lebih tua’ tidak berarti lebih baik, lebih sempurna dan lebih menarik. Lebih tua bisa saja hanya soal usia. Usia memang tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas.
Be authentic. Menua tanpa kehilangan karakter asli. Apa yang paling esensial bagi sebuah generasi manusia, sebuah cara hidup, lembaga ataupun insititusi? Yang paling menentukan ialah ethos di baliknya. Menjadi tua itu niscaya, tetapi menjadi matang dan berkuliatas adalah sebuah pilihan. Usia tua bukan final bagi ziarah hidup. Merasa tua di tengah yang muda tidak berarti tenggelam saja dalam kerumunan atau ikut ramai. Usia tua bukan halangan untuk menawarkan nilai yang asli dan khas. Orang atau hal yang tua, dapat memancarkan keceriaan justru karena ia tidak kehilangan akarnya. Bagi sebuah generasi dan pribadi dengan karakter yang berakar kuat, kritik-kritik hanya menjadi inspirasi yang membuka cakrawala baru.
Passion. Perlihatkan gairah cinta Anda pada nilai yang diyakini atau produk yang diandalkan. Kita sendirilah yang harus memberi kesaksian bahwa prinsip atau cara pikir yang kita usung tetap menawarkan nilai yang adekuat. Kita tidak dapat menarik perhatian orang terhadap sebuah prinsip atau produk jika kita sendiri tidak lebih meyakininya. Cara paling ampuh meyakini orang akan sebuah nilai ialah praktek hidup yang sesuai dengan nilai tersebut. Cara praktis mempromosikan suatu bahan pakaian ialah dengan mengenakannya. Cara cepat meyakinkan konsumen akan citarasa makanan ialah dengan memakannya. Hati orang terpikat bukan pada teori melainkan dampak nyata sebuah prinsip. Produk nilai yang berkarakter kuat tidak mudah terdesak oleh mentalitas kekinian yang hanya mengandalkan tampilan luar.
Be Holistic. Jadikan prinsip dan produk Anda bagian dari kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Tujuan pekerjaan dan profesi kita bukan hanya demi kepuasan diri atau kelompok. Ia perlu ditempatkan dalam horizon nilai yang lebih luas. Produk nilai, jasa dan benda yang kurang menyentuh kemanusiaan, perlahan-lahan dijauhkan orang. Pekerjaan dan keyakinan kita perlu menawarkan dampak yang holistik, tidak hanya berkutat pada perhitungan untung-rugi. Produk kerja yang hanya menguras perut bumi tanpa peduli pada upaya pemeliharannya, akan mengecewakan banyak pihak. Sebaliknya usaha dan kerja yang disertai dengan kesadaran mewujudkan kemanusiaan, akan menarik perhatian generasi muda. Sebarkan ethos kemanusiaan melalui keyakinan dan profesi Anda, agar memancarkan harapan bagi masa depan anak cucu kita.
[Clarise, 24/09/2019. Verso Centissimo Anno]
Dari semua Tulisan ini yang paling mengesankan…Terimakasih…
utk pencerahannya…
Menua bersama waktu tanpa harus meninggalkan karakter aslinya….
Terima kasih ya.. ?
Terima kasih untuk tulisannya, Pater.
Empat poin di atas bekal untuk melangkah ke hari tua dengan penuh harapan dan keberanian.
Terima kasih.. ?
Menjadi tua siapa takut!..mencerahkan dan menguatkan artikel tsb.Terima kasih Pater.
Terimakasih ama romo atas artikelnya…??????
Terima kasih Romo, Saya suka bagian ini: “Hidup adalah sebuh dialektika: tesis dilawan dengan antitesis; klasik berhadapan dengan modern; tua berhadapan dengan muda. Dengan demikian lahirlah sintesi, paduan yang seimbang.”
Menjadi tua, siapa takut, jalani dengan suka cita.
Tuhan memberkati selalu. ?
Jadi….merasa tua ditengah yang muda? Tunjukkan kualitas hidup … !
Betul sekali..
Usia boleh tua, zaman boleh berubah,,tetapi prinsip dan produk nilai yang berkarakter kuat tidak akan bergeser.
Semakin mantap menyongsong “tua”
Trima kasih Pater semoga semakin tua semakin berkualitas ..