Masa Adven dalam tradisi Liturgi Gereja adalah periode sebelum Natal. Kata Latin Adventus berarti Kedatangan. Pada masa ini umat Kristiani mengenangkan kedatangan Kristus untuk pertama kalinya, yaitu penjelmaan-Nya menjadi manusia, mempersiapkan perayaan kedatangan-Nya, yaitu pada Hari Raya Natal, dan menanti-nantikan kedatangan-Nya pada akhir zaman (kedatangan eskatologis).
Saat Akhir, saat Damai Universal. Salah satu tokoh dari Perjanjian Lama yang ditampilkan dalam bacaan-bacaan pada masa ini adalah Nabi Yesaya. Dalam Yes. 2:1-5 digambarkan situasi akhir sebagai saat kemenangan kuasa Allah, yaitu saat ketika Gunung tempat rumah Tuhan berdiri tegak; segala bangsa berduyun-duyun ke sana; dan Allah sendiri menjadi hakimnya.
Dalam penghakiman Allah itu, tercipta sebuah situasi damai: Ketika itu bangsa-bangsa menempa pedang menjadi mata bajak, dan tombaknya menjadi pisau pemangkas. Tidak ada lagi perang melainkan damai. Umat manusia dari segala suku diundang untuk datang ke rumah Tuhan. Di sana mereka akan bersyukur; di sana ada keadilan, kesejahteraan dan kesentosaan.
Nabi Yesaya (Yes 11: 1-10) juga menubuatkan bahwa dari wangsa Daud akan datang seseorang. Dan Roh Tuhan ada padanya: Roh hikmat dan pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan dan takut akan Tuhan. Dia adalah hakim yang kuat, tetapi tidak main kuasa. Sebab, ia membela orang yang lemah dan tertindas.
Digambarkan pula bahwa sesama makhluk tidak saling memangsa; terjadi sebuah keharmonisan kosmik: Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, digiring seorang anak kecil. Lembu dan beruang sama-sama makan rumput dan anak-anaknya akan sama-sama berbaring, singa makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain dekat liang ular tedung dan sarang ular beludak.
Hidup sebagai Anak Terang. Tokoh kedua ialah Rasul Paulus. Dalam Rom. 13: 11-14, Paulus mengajak jemaat untuk bangun dari tidur karena keselamatan sudah lebih dekat. Malam sudah hampir lewat, hendaklah orang meninggalkan perbuatan gelap dan mengenakan perlengkapan senjata terang. “Gelap” identik dengan pesta pora, kemabukan, hawa nafsu, perselisihan dan iri hati.
Sebaliknya “Terang” berarti mengenakan Tuhan Yesus sendiri. Dengan kata lain, jika seseorang tinggal dalam kegelapan berarti ia terpusat pada kepentingan diri (egosentris), sebaliknya tinggal dalam terang berarti terpusat pada Kristus (kristosentris) dan mengandalkan Kristus sendiri sebagai senjata Terang.
Nubuat Yesaya dan seruan Paulus itu berkaitan satu sama lain: Orang yang pantas memasuki rumah Tuhan ialah mereka yang mengenakan senjata terang, yaitu mereka yang telah beralih dari keterpusatan pada diri agar terbuka bagi Kristus. Atau dalam kata-kata Injil: berjaga-jaga dengan tekun. Itulah arti bertobat: berbalik arah dari egoisme untuk mengandalkan Kristus sebagai pusat hidup.
Injil Matius mengidentikkan sikap ‘berjaga-jaga’ dengan sebuah cara hidup menurut perintah dan kehendak Allah, sehingga orang siap dan sadar akan saat akhir yang datang secara tiba-tiba. Berjaga-jaga berarti tidak hidup enak-enak; tidak sekedar memuaskan diri dengan makan, minum, kawin dan dikawinkan, sehingga lengah akan saat kedatangan Tuhan yang tiba-tiba.
Saat kedatangan Tuhan juga digambarkan sebagai pengalaman personal. Dalam Mat. 24: 37-44, dilukiskan bahwa kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa, dan yang lain ditinggalkan; kalau ada dua perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang dibawa, yang lain ditinggalkan.
Artinya kedua orang yang digambarkan dalam Injil itu sama-sama melakukan tugas sehari-hari. Tetapi menurut ukuran nilai Tuhan, di antara mereka itu ada yang terpilih, yang lain tidak; ada yang didapati sedang berjaga-jaga, yang lainnya tidak; ada yang pantas, yang lain tidak. Ungkapan berjaga-jaga memberi tekanan pada niat hati setiap pribadi untuk bertobat.
Menghasilkan Buah Pertobatan. Tokoh ketiga, Yohanes Pembaptis. Dalam Mat. 3: 1-12, ketika Yohanes tampil, orang Farisi dan Saduki juga datang minta dibaptis, namun Ia mengecam mereka sebagai keturunan ular beludak, artinya orang yang licik seperti ular berbisa. Betapa liciknya kalian! Kalian berpikir bahwa dengan menerima baptisan saja, kalian akan luput dari hukuman yang dijatuhkan Allah kepada orang-orang berdosa? Kecaman itu mengenai sikap kita juga. Kita boleh bangga sebagai orang Kristen melalui baptisan; bangga mengimani Kristus sebagai Penyelamat. Tetapi itu belum menjamin keselamatan. Iman bukan kumpulan kesalehan pada aturan hukum. Iman adalah cara hidup yang nyata.
Bagi Yohanes, yang paling utama ialah: “menghasilkan buah pertobatan.” Ia memberi tekanan khusus: bukan sekedar bertobat, tetapi tobat yang menghasilkan buah! Kapak sudah tersedia pada akar pohon, setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang. Filosofi Injil ini jelas: Pohon buah yang tidak menghasilkan buah – meskipun subur dan rindang, tetap saja belum utuh sebagai pohon.
Pertobatan Terus-menerus. Yesus berkata: “Bertobatlah, kerajaan Allah sudah dekat.” Kerajaan Allah memang sudah dekat, namun sering dihalangi oleh dosa manusia, yaitu kelicikan-kelicikan demi memuaskan egonya sendiri. Manusia lebih cenderung berpusat pada dirinya dari pada menuruti kehendak Allah. Karena itu Yohanes mengatakan bahwa tidak cukup ia membaptis dengan air; akan tiba saatnya manusia perlu dibarui lebih mendalam, yaitu dengan Api dan Roh.
Meskipun kita sudah dibaptis dan sudah mengalami banyak tanda pertobatan, namun itu belum cukup. Manusia cenderung sampai pada niat baik saja; puas dengan tanda-tanda saja; lebih mudah percaya pada tampilan luar tetapi lupa menguji kedalaman. Manusia now mudah tergiur dengan hal-hal praktis dan muda, dan cenderung banyak berjanji tetapi tidak sampai pada aksi nyata.
Oleh karena itu penting lah pembaruan yang lebih dalam, yaitu pembaptisan dengan Roh dan Api. Manusia pendosa dibarui seperti besi dalam dapur api sehingga semakin murni, agar ia dapat menghasilkan buah pertobatan. Sekali saja dibentuk tidak cukup bagi manusia; ia harus ditempa berulang kali hingga terbentuk secara lebih baik dan utuh.
Injil memberi batasan yang jelas: Saat kedatangan Tuhan tak terduga. Ia datang seperti pencuri. Pesan Tuhan jelas dan tegas: berjaga-jagalah! Tidak ada cukup waktu untuk bersantai-santai. Waktu harus diisi seefektif mungkin dengan hal yang paling esensial. Tuhan adalah hakim kebenaran dan Tuan atas waktu.
Yohanes memberi batasan yang jelas. Saat panen adalah saat seleksi: Pohon yang tidak berbuah akan ditebang. Alat penampi sudah di tangan penuai. Dan itu berarti tiba saatnya untuk mengumpulkan bulir gandum, tetapi juga memisahkan debu jerami yang akan dibakar dalam api yang tak terpadamkan.
Apakah kita hidup dalam rasa takut akan Allah? Apakah pertobatan kita telah menghasilkan buah? Semoga ketika saat menuai tiba, Penuai mendapati kita sebagai pohon yang menghasilkan buah yang baik. Semoga di saat akhir Sang Penuai mendapati kita sebagai anak-anak yang sedang berjaga-jaga. Kedatangan Tuhan adalah saat kepenuhan segala harapan kita. Selamat memasuki Adven!
Terima kasih pater,..Ulasan tentang Adven (1) sangat menarik dan mudah dipahami**Semoga menambah wawasan bagi para pewarta.. (Salam.& Doa_semoga pater sehat selalu)
Terima kasih banyak ama atas doanya. salam
Aminnn…. terima kasih Pater
Terima kasih pater, —Salam dan doa semoga Pater sehat selalu???
Terima kasih Pater untuk renungan yg menyentuh. Semoga Pater sehat selaku ?
Luar biasa, terima kasih kak Pater to sharenya yang sangat menarik…slm sehat kak Pater dari kami b3..
??⚘?