Angka 7 mengandung makna khusus dalam Alkitab dan Tradisi Kristen. Santo Bonaventura (1217-1274) adalah contoh seorang Teolog Katolik yang sering menggunakan simbol angka 7 (selain angka 3) dalam berbagai tulisannya. Jumlah tujuh baginya bermakna khusus karena menyimbolkan kepenuhan atau keseimbangan bagi manusia maupun keseluruhan alam semesta. Ia juga gemar menggunakan simbol atau metafora lain, seperti cahaya, tangga, pintu, buku, jalan, air.
Kali ini kita membahas makna angka 7 di balik tujuh pertanyaan tentang hidup manusia berdasarkan karya Bonaventura, The Soul’s Journey Into God. Dari karya itu dapat dirumuskan tujuh pertanyaan untuk memaknai simbol tujuh tangga perjalanan jiwa manusia menuju Allah. Kita akan menemukan bahwa pertanyaan ke empat bersifat sentral, karena menempatkan Pribadi Kristus sebagai pusat (medium) seluruh ziarah jiwa manusia. Tuhan merengkuh seluruh keberadaan kita, sehingga kita selalu berada, bergerak dan hidup di dalam Dia.
Pertanyaan pertama: Mengapa Tuhan membentuk aku? Jawabnya: karena aku dikasihi-Nya. Pertanyaan ini mencerminkan pencarian manusia tentang asal-usul hidupnya, jadi tentang sumber paling awal yang mengalirkan hidup bagi manusia. Bagi orang Kristen, sumber itu ialah Allah sendiri sebagai Kebaikan paling luhur (Summum Bonum). Ketika menjadikan ciptaan-ciptaan, Allah sendiri melihat bahwa semua itu baik adanya.
Pertanyaan kedua: Bagaimana aku dapat memandang Allah Penciptaku, Dia yang telah menjadikan aku? Secara sederhana kita berjumpa dengan Allah melalui semesta alam. Keindahan dan keagungan semesta adalah tanda jejak kaki Allah. Pertanyaan ini mengungkapkan kemungkinan manusia membaca tanda kehadiran Tuhan melalui alam semesta. Bonaventura memaknai semesta sebagai buku ciptaan. Ibarat kita merasa kagum pada pemikiran seorang penulis buku, membaca buku ciptaan (memandang alam semesta) berarti tertarik untuk mengikuti cara pikir Sang Seniman, bahkan dapat menjadi lebih dekat dengan Dia.
Pertanyaan ketiga: Siapakah aku? Who am I adalah pertanyaan penting yang diajukan untuk pengenalan diri. Aku adalah citra Allah (Homo capax Dei). Mengikuti pemikiran Santo Agustinus, Bonaventura memaknai manusia sebagai citra Allah. Bagaimana dimengerti bahwa manusia adalah citra Allah? Cara paling mudah dan dekat untuk mengenal kehadiran Tuhan ialah dengan mengenal diri. Manusia adalah gambar dan rupa Allah. Maka semakin ia mengenal dan menerima diri, kemampuan maupun keterbatasannya, ia semakin mengenal Penciptanya. Selain kemampuan inderawi manusia juga memiliki daya ingat, intelek, dan kehendak bebas. Kemampuan-kemampuan itu merupakan tanda adanya daya Ilahi dalam diri manusia.
Kita tiba pada pertanyaan keempat, pertanyaan sentral yang diapiti tiga pertanyaan sebelum dan sesudahnya. Apa pertanyaannya, dan siapa yang bertanya? Fokus tangga ini ialah Pribadi Yesus. Dia adalah citra Bapa yang sempurna, Anak Sulung Bapa. Di titik ini kita menemukan bahwa jawaban atas pertanyaan manusia sudah ada. Jawaban itu hadir sebagai Pribadi Ilahi. Hanya saja manusia sering berpaling; ia sering tidak percaya. Namun Yesus tidak menyerah. Ia tetap memilih jalan turun. Yesus bertanya kepada Filipus: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku”? (Yoh 14: 9). Dan juga kepada setiap kita Ia bertanya: “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku dalam Bapa dan Bapa dalam Aku”? (14: 10)
Tangga keempat ini berbicara tentang jawaban yang diberikan Tuhan atas kerinduan terdalam dalam hati manusia. Memaknai alam semesta dan mengenal diri memang penting, namun masih ada kerinduan lain yang lebih dalam. Manusia membutuhkan seorang Penolong yang menopang hidupnya, khususnya dalam situasi sulit yang menyebabkan ia takut dan putus asa. Oleh karena itu Yesus mengundang kita untuk percaya kepada-Nya.
Bonaventura merefleksikan bahwa Tuhan lebih mengerti kebutuhan manusia. Tuhan sendiri memutuskan untuk datang kepada manusia. Ia hadir dalam diri Putra-Nya. Yesus Kristus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14: 6). Yesus itu manusia seperti kita, turut merasakan kelemahan kita, tetapi Ia juga sekaligus Ilahi, Ia satu dengan Bapa. karena itu Ia memungkinkan keselamatan bagi kita, bahkan lebih tegas lagi: Ia sendiri adalah Keselamatan.
Pertanyaan kelima: Siapakah sosok Tuhan yang mengungkapkan diri-Nya dalam Yesus Kristus? Dia adalah Bapa Yang Maha Esa. Tuhan itu Maha Esa, Wujud Tertinggi. Ia Misteri nan Luhur. Ia tidak dapat dimengerti manusia. Namun Ia mau dan rela menyatakan diri dalam diri Yesus dari Nazareth. Maka melihat Yesus berarti melihat Bapa; percaya Yesus berarti bersatu dengan Bapa. Yesus itu setara dengan Allah Bapa. Maka memandang Salib Kristus berarti memandang Tuhan yang adalah sumber dan pusat pandangan semesta (worldview).
Bagaimana Allah yang Esa menyelamatkan aku? Dengan memancarkan kasih (caritas). Allah adalah Kasih (Deus caritas est). Apa inti kesaksian Yesus Kristus di dunia? Intinya cinta yang radikal. Allah begitu mengasihi manusia, maka Ia membarui mereka, mengampuni dosa mereka. Kasih Allah memancar kepada semua manusia tanpa memilah. Kasih Allah bagaikan air segar yang mengairi segenap makhluk di sepanjang sungai. Kasih Allah bagaikan matahari yang bersinar bagi orang yang baik maupun yang jahat.
Pertanyaan ketujuh, pertanyaan final, tampak mengulang yang pertama, tetapi justru untuk menegaskan kepenuhan makna hidup manusia, yaitu kesatuannya dengan sang Awal Mula, yaitu Allah Pencipta: Mengapa aku diselamatkan-Nya? Agar aku kembali ke dalam kasih-Nya. Tuhan tidak hanya menciptakan kita, tetapi juga menyempurnakan kita. Manusia bukan arloji yang dibuat oleh tukangnya dan dibiarkan berjalan sendiri. Tidak: Allah terus menjaga dan merawat manusia, agar ia menjadi sempurna, dan kembali bersatu dengan Pencipta. Sebagaimana Ia telah menjadikan kita, Ia pula yang menyempurnakan kita. Allah menghendaki agar manusia yang diciptakan sesuai dengan citra-Nya itu kembali dalam kesatuan dengan-Nya.
Malam Pater, terimakasih bagus sekali isinya. Mengingatkan bahan retret 2 SFD tahun yang lalu.
Selamat malam Romo.
Saya sangat menyukai angka 7.
Terima kasih atas tulisan yang menyenjukkan hati.
Siapakah aku?
Good question.
**Tuhan tidak hanya mencitakan kita,tetapi juga menyempurnakan kita**Terima kasih pater atas suguhan yang sangat menarik lewat tulisan.. (Salam & Doa..semoga ama pater sehat selalu)