Iman dan ketekunan adalah dua sikap tak terpisahkan. Sabda Tuhan di Minggu Pra-Paskah kedua menawarkan tema penting, yaitu bahwa janji berkat Allah melibatkan ketekunan manusia. Melalui Sabda-Nya Tuhan mengajarkan sebuah ethos hidup yang relevan bagi rutinitas kita di zaman sekarang.
Go. Tuhan menyuruh Abraham meninggalkan negeri, sanak, saudara dan keluarga untuk pergi ke sebuah negeri yang ditunjukkan Tuhan. Ke negeri yang mana, Abraham tidak tahu. Namun ia pergi juga. Ia mengikuti saja perintah Tuhan: pergilah!
Tuhan sendiri berjanji memberikan berkat kepadanya. Terjalin sebuah relasi antara Allah dan Abraham: Allah berjanji memberi berkat melimpah, serta keturunan bagi Abraham. Jelas bahwa janji Allah itu bukan sesuatu yang tiba-tiba datang kepada Abraham.
Panggilan dan janji Allah selalu melibatkan iman dan usaha tekun dari manusia. Ethos Kristiani mengajarkan bahwa manusia perlu membarui sikapnya, pergi, move on, keluar dari zona nyaman, mengupayakan kemungkinan baru agar berhasil dalam studi, karier, atau nilai-nilai kebajikan.
Focus. Di puncak gunung para murid menyaksikan penampakan kemuliaan Tuhan. Suara Bapa dari dalam awan yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak yang Ia kasihi, mengandung konsekuensi penting bagi pendengar. Untuk sampai kepada kemuliaan yang penuh, para murid hendaknya mendengar dengan penuh perhatian Sabda Yesus.
Kalau Yesus memang Anak terkasih dari Bapa, maka Ia harus didengarkan. Kata-kata Yesus bukan hiburan kosong. Ia mengajarkan prinsip-prinsip yang kuat dan mendasar. Juga sabda-sabda-Nya yang tidak cocok dengan selera manusia, misalnya tentang melayani, memikul salib, bahkan kehilangan nyawa demi Dia, perlu didengar dan dimaknai.
Seperti Petrus, manusia cenderung lebih nyaman tinggal dalam tenda, dan menolak kenyataan yang kurang menyenangkan. Tantangan bagi manusia sekarang ialah bagaimana bertahan dalam ketekunan, sebab ia cenderung mencari jalan pintas untuk mencapai sukacita. Dunia kita selalu ramai: banyak iklan, polemik, rumor, dan berita-berita yang membuat kita gagal fokus. Injil mengajak kita fokus pada suara kebenaran, yaitu Kristus.
Untuk memahami sesuatu dengan lebih baik, kita perlu lebih fokus mendengarkan, dan bukan cepat-cepat menyebarkannya kepada orang lain. Sesuatu yang belum kita pahami, sebaiknya tidak kita share begitu saja. Pada waktu turun gunung Yesus berpesan kepada para murid agar tidak menceriterakan kepada siapapun apa yang telah mereka lihat.
Yesus mengajak kita untuk terlebihdahulu mengerti bahwa kemuliaan Anak manusia tidak terlepas dari perjuangan. Yesus menginginkan agar orang melihat karya penyelamatan Allah secara utuh: Karya itu bukan sebuah rekayasa Ilahi yang instant, melainkan sebuah pilihan bebas untuk mengasihi manusia, bahkan dengan mengurbankan nyawa.
Process. Seorang raja mengadakan seleksi bagi para pemuda di kerajaan untuk menjadi pewaris takhta kerajaan. Setelah melewati sejumlah tes, ada 8 pemuda yang akan dipanggil untuk mengikuti tes terakhir. Kepada mereka diberikan benih untuk ditanam, dan setelah dua minggu mereka harus membawa hasilnya ke hadapan raja.
Ketika tiba hari-h, tujuh pemuda tampil memperlihatkan tanaman yang mulai tumbuh dan bertunas. Sedangkan pemuda ke 8, dengan kepala tertunduk, melihat ke arah pot miliknya dan berkata: ‘Maafkan hamba baginda. Biji yang baginda berikan telah saya tanam, saya rawat dengan hati-hati. Tetapi hingga hari ini bibit itu tidak juga tumbuh. Saya telah gagal menjalankan perintah raja. Saya tidak mengerti kesalahanku, tetapi saya telah berusaha maksimal. Saya serahkan keputusan ke tangan baginda’.
Raja tersenyum. Ia menepuk bahu pemuda itu, sambil berkata kepada hadirin: ‘Saya bangga karena masih ada pemuda seperti kamu, calon pemimpin bagi kerajaan ini. Memang benihmu tidak tumbuh, tampatknya kamu gagal, tetapi sebenarnya biji yang aku berikan kepada semua peserta telah aku rebus terlebihdahulu, jadi pasti tidak tumbuh walaupun dirawat sebaik apapun. Aku kecewa melihat tumbuhnya tunas yang kamu bawa. Kalian tujuh pemuda yang tidak jujur’.
Persevere. Yesus tampil bukan sebagai guru dengan metode instant, yang hanya mengejar hasil sesaat, melainkan menunjukkan proses yang sebenarnya. Yesus seakan-akan mengatakan bahwa kebanggaan seorang pendaki gunung ialah berjuang menaklukkan gunung, melewati tantangan-tantangan di punggung gunung, sehingga akhirnya ia mencapai puncaknya. Yesus, Guru dan teladan bagi kita dalam hal ketekunan serta ketahanan.
Pesan Yesus kepada ketiga murid-Nya mengandung filosofi hidup yang penting bagi kita di zaman ini. Yesus menghendaki agar kita lebih bertekun dalam iman. Ungkapan konkret dari ketekunan iman ialah kecintaan pada tugas dan tanggung jawab sehari-hari:
Orang yang bertekun ialah mereka yang tidak cepat puas dengan apa yang ada; yang tidak hanya mengejar hasil dengan cara-cara instant dan curang, tetapi menjalani proses dengan sungguh dan jujur; yang tidak merasa nyaman di puncak, tetapi berani turun gunung kembali menghadapi realitas. Orang-orang yang luar biasa adalah mereka yang tekun.
Terima kasih Pater atas renungnya
Setelah membaca_mencerna secara utuh,ada pesan yang dapat saya garis bawahi sebagai “benang merah” yaitu;”bagaimana iman itu bertumbuh dari proses alami,artinya tidak mengada ngada atau instan…Seperti yang ditunjukan oleh ke 8 orang tadi..Hanya 1 orang yang tampil dengan apa adanya,sedangkan ke 7 orang mau menunjukan bahwa mereka taat kepada raja,tapi dengan cara yang instan**Terima kasih pater,telah menyuguhkan tulisan yang menarik.. (Salam & Doa..semoga ama pater sehat selalu)
Sama2 ama..
Terimakasih renungannya Pater..