Presentasi Pastor Andre tentang Ekaristi amat to the point. Makna Ekaristi diuraikan, mulai dari dasarnya yang terdapat dalam Kitab Suci dan dalam tulisan pengarang masa Gereja Purba. Kemudian dijelaskan bentuk Ekaristi yang sakramental maupun spiritual:
Mengingat krisis korona dan ibadat on line melalui live streaming, Pater Andre menekankan pentingnya persekutuan spiritual, komuni batin atau komuni rindu. Ekaristi dalam jaringan pun betul-betul sakramen, karena syarat-syarat untuk sakramentalitas memang terpenuhi: Ekaristi daring diketuai oleh seorang imam yang dengan membawakan Doa Syukur Agung memberkati roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus, sehingga Kristus sungguh-sungguh hadir dan kita yang ikut on line pun menikmati buah sakramen ini yakni rahmat persekutuan dengan Tuhan dan dengan sesama kita.
Dalam Misa daring daya rahmat Allah tidak kurang ketimbang dalam Misa fisik di gereja. Pater Andre mengakui bahwa yang dirasa kurang dalam komuni rohani yaitu hosti kudus tidak kita sambut secara nyata. Namun – demikian beliau – kasih Allah kepada kita, rahmat-Nya, tidaklah kurang.
Memang, dalam Misa on line, kita tidak dapat menyambut Tubuh Kristus melalui tanda konkret, padahal kita merindukan kehadiran Tuhan secara mendalam. Karena itu “komuni rohani” disebut juga “komuni rindu”. Kita dipuaskan dengan mendambakan kehadiran nyata Tuhan.
Sebagai tanggapan terhadap presentasi Pater Andre, perkenankan saya merenungkan sejenak Kisah Institusi, yaitu kata-kata Yesus yang mengidentikkan roti dan anggur dengan Tubuh dan Darah-Nya sendiri: Inilah Tubuh-Ku, terimalah dan makanlah; inilah Darah-Ku, terimalah dan minumlah. Dalam teologi sakramen Ekaristi terdapat perbedaan antara pandangan Katolik dan Protestan.
Pada perjamuan malam terakhir Yesus berkata tentang roti dan anggur yang dihidangkan-Nya: “Inilah tubuh-Ku, inilah darah-Ku.” Dalam Doa Syukur Agung imam yang memimpin Perayaan Ekaristi, berkata demikian pula. Teologi Katolik menekankan identifikasi antara roti dan anggur di satu pihak dengan tubuh dan darah Kristus di lain pihak: Roti Ekaristi adalah Tubuh Kristus.
Teologi Protestan menekankan corak simbol dari Sakramen Ekaristi: Roti dan anggur itu melambangkan Tubuh dan Darah Kristus. Biasanya pandangan Katolik dan Protestan dipertentangkan, seakan-akan pihak Protestan tidak pecaya bahwa Kristus sendiri sungguh-sungguh hadir (realis praesentia). Tapi menurut saya, orang Protestan pun percaya bahwa Kristus betul-betul hadir dalam Ekaristi. Sebab paham “simbol” yang mereka pakai itu melebihi arti sebuah tanda belaka.
Tanda belaka tidak menghadirkan apa yang dipertandakan, sedangkan simbol memang menghadirkan apa yang dilambangkan oleh simbolnya. Marilah melihat beberapa contoh:
Contoh tentang tanda belaka. Rambu lalulintas misalnya. Ada rambu yang melukiskan tanda silang yang berarti: Hati-hatilah, sebentar lagi ada perempatan jalan yang berbahaya. Dan pada rambu lain terlukis orang yang sedang menyeberang. Rambu ini memperingkatkan kita: hati-hati ya, Anda mendekati tempat penyeberangan pejalan kaki.
Rambu itu tanda belaka. Hanya menunjuk saja kepada perempatan jalan atau kepada orang yang menyeberang. Perempatan yang kita tuju dan tempat penyeberangan pejalan kaki itu berada di luar rambu. Rambu sendiri tidak menghadirkan apa yang dipertandakannya. Hanya menunjuk saja kepada apa dan siapa yang berada di tempat lain.
Sekarang contoh tentang simbol. Kita masuk rumah teman. Nyonya dan tuan rumah yang ramah-tamah dan jelas suka menerima kita sebagai tamunya, mempersilakan kita duduk dan bertanya, kita mau minum apa. Mereka menaruh kue di meja agar kita kecap, dan mereka sibuk siapkan minuman. Tempat duduk kita, kopi dan teh, kue kering dan basah -, semuanya itu simbol keramahtamahan mereka. Bukan hanya sebuah tanda, melainkan suatu simbol, karena dalam apa yang mereka sajikan itu hadirlah keramahtamahan mereka.
Makanan dan minuman itu tidak hanya mempertandakan sesuatu yang sendiri berada di luar makanan dan minuman itu, bukan seperti halnya rambu lalulintas yang memang tanda belaka, melainkan keramahan mereka dengan nyata-nyata hadir (realis praesentia) di dalam hidangan yang menjadi simbol hospitalitas nyonya dan tuan rumah itu.
Kalau dipandang dari sudut perbedaan antara tanda belaka dan simbol, maka roti dan anggur Ekaristi boleh dikatakan simbol dari Tubuh dan Darah Kristus. Justru karena roti dan anggur Ekaristi bukan hanya tanda dari tubuh dan darah-Nya melainkan simbol, maka Kristus sungguh-sungguh hadir dalam Perayaan Ekaristi dan dalam Tabernakel. Istilahnya realis praesentia.
Sekian tanggapan saya. Terima kasih.