Christus Medium
  • Humaniora
  • Teologi
  • Dialog Teologi dan Sains
  • Filsafat
  • Buku
  • Tentang Saya
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
Christus Medium
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
Home Humaniora

Waktu & Kekekalan [6]

9 Mei 2018
inHumaniora
0
Waktu & Kekekalan [6]
Share on FacebookShare on Whats AppShare on Twitter

BacaJuga

Belarasa Paus bagi Korban Gempa Sulawesi

Tata Cara Penerimaan Abu di masa Pandemi

Un Anno di Fraternità per l’OFM dell’Indonesia

2021 Tahun Pengharapan

Vatikan tentang Vaksin Covid-19

Kerumunan

Adakah sarana untuk mengukur waktu? Tentu saja ada. Di tangan kita ada ukuran waktu. Lazim disebut ‘jam tangan’ , meskipun tidak hanya ada di tangan; disebut juga ‘jam dinding’, meskipun tidak selalu di dinding.

Kini ukuran waktu itu begitu dekat dengan diri kita. Ia begitu privat sehingga semakin jarang orang mengukurnya dengan memandang ke dinding, apalagi sekedar sebagai pintu bertegur sapa: ‘sekarang jam berapa ya’? Ini zaman ‘jempol’: cukup sekali pencet, sekali klik. Setiap orang mengukur waktu sebagai jarak dan batas. Tak jarang orang berujar: ‘kesempatan tidak datang dua kali’.

Kemarin kita pernah menyinggung bahwa waktu tidak selalu berkaitan dengan jarak dan batas. Waktu bukan sekedar sesuatu (thing), tetapi juga makna (meaning). Ketika Anda melirik ‘karangan bebas’ saya ini, mungkin saja Anda tergerak memberi sebuah tanda: sekali klik tanda ‘like’.

Yang Anda berikan itu sangat simple, hanya sepersekian detik dari waktu Anda. Namun bagi saya, itu lebih dari sekedar ‘sesuatu’. Itu adalah tanda yang mengandung pesan dan makna. Terima kasih atas tanda dan pesannya.

Kiranya kita sepakat: Rupanya teknologi turut merangsang kesadaran kita. Coba Anda bayangkan: kalau sepersekian detik untuk satu klikan itu bermakna, betapa bermaknanya waktu semenit dua menit ketika itu dapat diberikan kepada orang yang membutuhkannya. Ah, jangankan semenit dua menit! Memangnya berapa detik yang dibutuhkan misalnya untuk berkata: ‘terima kasih’, ‘mohon maaf’,‘selamat pagi’, atau ‘semoga lekas sembuh’? Memberi waktu berarti memberi makna. Sekalipun itu hanya sekejap. Waktu bagaikan nafas.

Tags: waktuwaktu dan kekekalan
Share77SendTweet
Artikel Sebelumnya

Waktu & Kekekalan [5]

Artikel Berikut

Waktu & Kekekalan [7]

TerkaitTulisan

Fratelli Tutti [7]

Belarasa Paus bagi Korban Gempa Sulawesi

Tata Cara Penerimaan Abu di masa Pandemi

Tata Cara Penerimaan Abu di masa Pandemi

Un Anno di Fraternità per l’OFM dell’Indonesia

2021 Tahun Pengharapan

Vatikan tentang Vaksin Covid-19

Kerumunan

Apa Itu Suara Hati?

Melampaui Matahari

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terbaru

  • Belarasa Paus bagi Korban Gempa Sulawesi
  • Tata Cara Penerimaan Abu di masa Pandemi
  • Un Anno di Fraternità per l’OFM dell’Indonesia
  • Paus Anjurkan Polyhedron
  • 2021 Tahun Pengharapan

Komentar Terbaru

  • Vatican modifies distribution of ashes for Ash Wednesday – Catholic Archdiocese of Kota Kinabalu pada Tata Cara Penerimaan Abu di masa Pandemi
  • Angelinaybili pada Belarasa Paus bagi Korban Gempa Sulawesi
  • Irene santi widiastuti pada Belarasa Paus bagi Korban Gempa Sulawesi
  • Alfonsa FCh pada Tata Cara Penerimaan Abu di masa Pandemi
  • Alfonsa FCh pada The Power of Humility

Tag

AllahBonaventuraCorona VirusdisabilitasdoaDuns SotusEkaristiEnsiklik Tutti Fratellietika kehidupanFransiskanFransiskus AssisiFratelli TuttiGerejahikmat roh kudushomo digitalisIman dan WahyuJean Vanierjiwa manusiakarunia Roh Kuduskasihlogika kasihlogika salibManusiamanusia sebagai citra Allahmisteri keselamatannatalPaus FransiskusrahmatsabdaSalibsanto agustinusSanto BonaventuraSanto Fransiskus AssisiSanto YusufselfieTeilhard de ChardinTeologiteologi keindahanteologi selfieTrinitasvirus koronawaktuwaktu dan kekekalanYesus kristusYohanes Pembaptis
@Christusmedium.com
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
  • Humaniora
  • Teologi
  • Dialog Teologi dan Sains
  • Filsafat
  • Buku
  • Tentang Saya

© 2018 - Andreatawolo.id