Sabtu, 31 Agustus 2019, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara mengadakan homecoming alumni. Ini merupakan salah satu dari rangkaian parayaan ulang tahun ke lima puluh, yang jatuh pada tahun 2019. Perayaan ini diadakan oleh Ikatan Keluarga Alumni Driyarkara (IKAD) bekerja sama dengan Senat Mahasiswa.
IKAD sendiri masih akan mengadakan seminar ‘Etika bisnis’ pada bulan September. Sedangkan sebagai puncak perayaan 50 tahun, akan diadakan seminar dengan tajuk ‘Filsafat dan Keindonesiaan’ pada 2 November 2019, di mana Prof. Franz Magnis Suseno menjadi keynote speaker.
Adapun perayaan tahun emas ini mengusung tema “50 Tahun STF Driyarkara: Keterlibatan Filsafat dalam membangun Keindonesiaan”. Tema ini hendak menunjukkan kontribusi STF Driyarkara sebagai “komunitas akademik, yang mencerahkan budi, mengasah nurani, dan menggerakkan aksi demi terwujudnya kondisi manusia dan tata dunia yang lebih sehat”. Dalam konteks bangsa dan Gereja Indonesia, komunitas akademik STF Driyarkara terlibat untuk membentuk manusia yang berkerpibadian kritis, berintegritas dan bertanggungjawab.
Dua acara utama mengisi homecoming pertama STF ini: pertemuan bersama alumni di auditorium dan perayaan kebersamaan di area kampus. Di auditorium turut hadir Romo Sindhunata SJ. Beliau membagikan pengalamannya ketika belajar di STF Driyarkara. Beberapa alumni angkatan 1980 mengenang pengalaman ketika masih mengetik dengan mesin ketik. Zaman mesin ketik itu bukannya tanpa hikmah: lebih baik berpikir serius dan teliti sebelum mengetik, daripada harus lelah memperbaiki atau mengulang ketikan. Zaman ini terbukti telah menghasilkan para guru besar yang bekerja dengan penuh pengabdian di sekolah ini.
Homecoming dilanjutkan dengan perayaan kekeluargaan di sekitar halaman kampus. Para alumni berbaur. Mereka asyik temu kangen dan mengobrol sambil menikmati hidangan makanan lokal. Semua tampak akrab. Beberapa dosen berbaur menikmati kebersamaan. Romo Thomas Hidya Tjaya, ketua STF terpilih tampak mengobrol ramah dengan alumni. Romo Simon Lili Tjahajadi turut meramaikan panggung musik dengan menyanyikan ‘Alusi Au’, lagu daerah Sumatera Utara.
Tampak beberapa stand penjulan buku, souvenir unik, majalah, alat-alat tulis, serta makanan kecil. Jurnal ‘Driyarkara’ yang dikelolah mahasiswa STF pun hadir di sana. Selain buku-buku Filsafat, stand penjualan kopi menjadi salah satu area yang menarik perhatian para pencinta Filsafat. Tampak para almuni dan mahasiswa yang hadir duduk berkelompok, berbaur: Mereka asyik mengenang masa kuliah, berbagi pengalaman kerja, bahkan berdiskusi. Momen langkah inipun mau dikenang: foto booth dengan ikon Prof. Magnis, dan Patung Driyarkara di halaman depan kampus pun menjadi spot favorit, sebelum meninggalkan kampus tercinta. Selamat kepada STF Driyarkara! Terima kasih kepada IKAD dan semua yang terlibat.