Pada tanggal 1 Desember 2019 Paus Fransiskus mengunjungi Greccio, sebuah kota kecil di pegunungan Italia, tempat di mana pertama kali dalam sejarah, malam Natal dengan palungan dan jerami, serta lembu dan keledai dirayakan Fransiskus Assisi (1182-1226).
Dalam Audiensi sebelumnya, Paus sendiri telah mengumumkan bahwa Ia akan mengunjungi Greccio untuk berdoa di tempat di mana Santo Fransiskus Assisi, pada tahun 1223, merayakan Natal dengan sebuah adegan yang menghadirkan Betlehem dengan cara baru.
Di Greccio, pada hari kunjungan itu, Paus menandatangani Surat Apostolik, Admirabile Signum (Tanda yang Menakjubkan), yang memuat refleksi tentang makna dan pentingnya Gua Natal. Dalam Surat Apostolik tersebut, Fransiskus antara lain menulis demikian:
‘[…] Sejak masa asal-usul Fransiskannya, gambaran kelahiran Kristus telah mengundang kita untuk merasakan dan menyentuh kemiskinan yang dialami Anak Allah sendiri dalam Inkarnasi. Secara tersirat, gambaran itu memanggil kita untuk mengikuti-Nya di jalan kerendahan hati, kemiskinan, dan penyangkalan diri yang menuntun perjalanan dari palungan Betlehem menuju salib” [3].
Sebagiamana dilukiskan oleh Thomas Celano, penulis biografi Fransiskus Assisi, pada tahun 1223, dua pekan menjelang Natal, Fransiskus hendak mewujudkan kerinduannya untuk merayakan Natal di Greccio. Ia mendambakan dapat mencicipi sebuah suasana Betlehem, malam kudus ketika Yesus Penyelamat lahir ke dunia.
Fransiskus sendiri telah mengunjung Tanah Suci pada sekitar tahun 1219, di mana ia berziarah ke tempat kelahiran Yesus. Pengalaman ziarah itu membuat ia semakin mencintai Kristus yang rendah hati. Sekembalinya dari Tanah Suci, ia ingin sekali merasakan dan menyentuh misteri Sabda menjadi daging, menjelma sebagai bayi mungil di palungan, tersenyum damai menyambut segenap makhluk yang menyembah-Nya.
Di Greccio, Fransiskus meminta seorang sahabat yang dikasihinya, Yohanes, orang terpandang di Greccio, untuk mempersiapkan perayaan Natal. Palungan dan jerami disediakan. Lembu dan keledai digiring ke tempat itu. Para warga kota berkumpul dengan membawa obor dan lilin. Cahaya bintang di langit turut menerangi malam itu. Belum ada patung. Suasana kelahiran dihayati sungguh-sungguh.
Digambarkan bahwa Natal di Greccio itu berlangsung penuh sukacita. Para saudara (pengikut Fransiskus) dan warga kampung bernyanyi dengan sukacita. Greccio menjadi Betlehem baru. Fransiskus sendiri membacakan Injil dengan sukacita dan berkhotbah dengan hati berkobar-kobar. Fransiskus seakan-akan melihat seorang bayi di palungan. Ia menghampiri dan membangunkannya.
Hati Fransiskus bersukacita kerena melihat bayi Yesus dalam palungan. Kedinaan Tuhan menyukakan hatinya. Penglihatan itu meninggalkan pesan mendalam. Fransiskus seakan-akan membangunkan Yesus yang lama tertidur dalam hati manusia, agar mereka sekarang merasakan bersukacita dalam harapan sejati yang telah diperlihatkan Tuhan dalam diri bayi Yesus. Pemaknaan ini senada dengan kata-kata Paus Fransiskus:
“Gambaran kelahiran Kristus dengan jelas mengajarkan bahwa kita tidak bisa membiarkan diri kita dibodohi oleh ke-kayaan dan janji-janji kebahagiaan yang fana. […]. Dengan dilahirkan di palungan, Allah sendiri mengadakan satu-satunya revolusi sejati yang dapat memberikan harapan dan martabat kepada mereka yang kehilangan hak dan yang terbuang: revolusi kasih, revolusi kelemahlembutan” [AS. 6].
Thomas Celano melukiskan bahwa di akhir malam Natal itu, semua orang kembali ke rumah dengan penuh sukacita. Kita dapat merasakan sebuah sukacita dalam kesederhanaan di kampung Greccio pada 1223, yang tentu begitu kontras dengan kebisingan komersial seperti yang kita saksikan di zaman sekarang.
Di tempat malam Natal istimewa itu kemudian dibangun altar khusus sebagai warisan pesan damai dan simplisitas ilahi di hari Natal. Sekarang di sebuah galeri dekat Gereja para Fransiskan di Greccio itu, para peziarah dari berbagai negara dan wilayah dapat menikmati keunikan kandang Natal versi berbagai negara.
Simbol-simbol Natal mengandung makna-makna yang menakjubkan, yang mendorong kita untuk tidak hanya berhenti pada rasa kagum, tetapi juga percaya dan bersyukur atas rahmat keselamatan dari Allah:
“Seperti Santo Fransiskus, marilah kita membuka hati kita untuk rahmat sederhana ini, sehingga dari rasa takjub kita, doa yang rendah hati dapat dipanjatkan: doa syukur kepada Allah, yang berkehendak untuk berbagi dengan kita semua milik-Nya, dan dengan demikian tidak pernah meninggalkan kita sendirian” [AS.10].
NATAL_Menghadirkan Betlehem dengan cara baru..Refleksi tentang Makna dan pentingnya Gua Natal._*Memanggil kita untuk mengikuti kerendahan hati,kemiskinan dan penyangkalan diri..**Terima kasih pater,ulasan yang menarik tentang Kandang Natal … (Salam & Doa..semoga ama pater sehat selalu)