“Di luar Internet tidak ada Keselamatan”. Frase populer ini menegaskan kenyataan bahwa internet menjadi hal yang begitu penting di era kontemporer ini, baik untuk urusan duniawai maupun urusan spiritual. Sekarang ini internet memang menjadi bagian dari keseharian manusia. Generasi digital adalah mereka yang begitu lahir sudah bersentuhan dengan gawai (native digital).
Dan di masa pandemi korona ini, teknologi internet menjadi sebuah kebutuhan, bukan sekedar sebuah pilihan. Koneksi internet sungguh diandalkan untuk mempertahankan roda kehidupan dunia: Bisnis, belajar, kebutuhan informasi, komunikasi, hiburan, dst. Saya online maka saya ada!
Anda sedang mengikuti sebuah seminar atau meeting penting secara daring, atau menawarkan produk dari perusahan secara online, dan dan tiba-tiba jaringan internet putus. Anda tentu merasa kesel. Atau ketika Anda sedang mengikuti sebuah perayaan Ekaristi secara daring, khusuk berdoa, tiba-tiba jaringan internet putus, Anda kecewa. Tidak terhubung dalam jejaring sosial membuat orang merasa terasing.
Norma menjaga jarak fisik maupun sosial di masa korona ini membuka kesempatan bagi warga dunia untuk menggunakan teknologi digital yang mengandalkan jariang internet. Berkat kemajuan internet, dunia tetap dapat terkoneksi, meskipun kehadiran secara fisik menjadi terbatas.
Gereja Katolik sebenarnya telah terbiasa memanfaatkan kemajuan dunia digital sebagai sarana penginjilan; dan sekarang lebih serius memanfaatkannya untuk pelayanan sakramental dan devosional. Perayaan Ekaristi secara daring menjadi pilihan. Entitas Gerejani seperti paroki dan kelompok kategorial mengandalkan internet untuk kelangsungan pelayanan dan keorganisasian.
Karena itu frase di luar internet tidak ada keselamatan terdengar sebagai ajakan bagi umat Kristen untuk berefleksi tentang kuasa keselamatan Allah dalam masa sulit atau krisis. Lebih tepat frase itu bernada tantangan bagi iman: Ketika Tuhan tak mampu memberantas pandemi ini, manusia tetap dapat hidup berkat kemajuan teknologi yang ia temukan; maka muncul pertanyaan: Masih perlu percaya kuasa Tuhan?
Frase popluer ini adalah modifikasi bebas dari kata-kata Santo Siprianus Kartago (210-258): extra ecclesiam nulla salus, yang berarti di luar Gereja tidak ada keselamatan. Siprianus pada zamannya meyakini bahwa komunitas Gereja adalah tempat jiwa manusia mengalami keselamatan dari Allah.
Sebaliknya, demikian cara pandang pada waktu itu, jiwa-jiwa di luar komunitas Gereja, jadi orang yang tidak percaya pada Yesus Kristus, anti pada para pemimpin Gereja seperti Uskup, dan menolak sakramen Gereja, tidak selamat. Sebab tempat keselamatan hanya ada dalam Gereja.
Karangan bebas ini tidak membahas masalah hubungan antara Gereja dan Agama lain; lagi pula frase Siprianus itu sudah dikritik dan perlu dimaknai secara tepat sesuai konteks. Yang menarik perhatian saya di sini ialah cara pikir pada frase itu yang menarik sehingga bisa dipinjam dan diterapkan dalam konteks lain.
Ketika modernisme berkembang dan perhatian pada manusia menjadi lebih kuat daripada pada agama atau Gereja, didengungkan frase di luar dunia tidak ada keselamatan, artinya bahwa keselamatan itu harus ditemukan dalam rutinitas dunia yang mengurus hal ihwal kebutuhan konkret manusia, tanpa berurusan dengan Gereja.
Contoh lain, ketika teknologi berkembang, muncul frase di luar teknologi tidak ada keselamatan. Di masa pandemi korona ini, kita dapat berkata tanpa masker tidak ada keselamatan. Dan banyak contoh lain.
Jadi kalau logika frase itu diterapkan pada konteks sekarang ini, maka mau dikatakan bahwa tanpa internet (orang tidak tersambung secara virtual) orang ‘tidak selamat’, karena terasing dari orang lain, tidak bisa bekerja, tidak bisa berpartisipasi dalam Ekaristi, ketinggalan berita, gagal bisnis, dan sebagainya.
Pertanyaan yang muncul: Bagaimana frase itu dimaknai dari sudut pandang iman Kristen, di mana diyakini bahwa keselamatan datang dari dari daya rahmat Allah? Di lain pihak kita merasakan sendiri bahwa sekarang ini tanpa internet, kita tidak selamat, artinya pekerjaan terhambat, bisnis macet, dan karena itu hidup menjadi lebih sulit.
Kalau kata selamat digali maknanya, frase populer ini tak meleset. Selamat antara lain berarti sehat, tidak celaka, sehat, makan dan minum terjamin, relasi dengan sesama terjalin baik. Kebutuhan-kebutuhan tersebut, pada masa sulit karena wabah korona ini mengandaikan jaringan internet. Jadi, frase popluer itu mengandung makna tertentu, meskipun makna itu harus ditafsirkan secara lebih mendalam. Bersambung.
Terima kasih Pater,, semoga sehat selalu.
Terima kasih Pater , atas artikel yang sangat inspiratif dlm situasi saat ini, semoga kita selalu sehat.
Untuk saya…kadang2 penggunaan internet ini hanya mencari pembenaran diri.. alasan yang bisa diterima orang lain…hahaha…
Terima kasih Pater tulisan yang menggelitik sebuah refleksi mendalam pemanfaatan internet
Sy suka dgn analisanya Pater.. Terus berkarya dan bermisi di manapun Pater berada… (Dunia nyata dan maya) ?
Tks pater, tema yg menarik
Luar biasa sharenya dan analisanya kakak pater…. sangaat inspiratif…
Terima kasih kak Pater…
Semiga kita semua sl dlm lindunganNya…
Ama terima kasih
Trima kasih Pater….Keselamatan Jiwa …terbungkus dari …Tubuh yang sehat…
Terimakasih Pater Andre, tulisannya membuka wawasan dan mengajak utk lebih menggali lebih dalam lagi makna hidup di masa pandemi covid ini. Tuhan berkarya dalam segala situasi.