Christus Medium
  • Humaniora
  • Teologi
  • Dialog Teologi dan Sains
  • Filsafat
  • Buku
  • Tentang Saya
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
Christus Medium
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
Home Humaniora

Etika Kehidupan Paus Fransiskus

12 Januari 2019
inHumaniora
0
Etika Kehidupan Paus Fransiskus

Foto: Instagram/@franciscus

Share on FacebookShare on Whats AppShare on Twitter

“Mewujudkan kemanusiaan baru”. Frase ini kiranya mewakili simpul utama cita-cita perjalanan Pontifical Paus Fransiskus dan ungkapan kasihnya bagi segenap makhluk.

Dalam Anjuran Apostoliknya, Amoris Laetitia, Paus memaknai keluarga sebagai ikon Allah Pencipta, yang juga merupakan sebuah ‘keluarga ilahi’ atau ‘persekutuan kasih’ (communio): Bapa, Putra dan Roh Kudus (AL 11). Paus menggunakan kata ‘kelembutan’ (tenderness) untuk melukiskan rangkulan kasih Allah kepada manusia, ibarat pelukan lembut seorang ibu kepada bayi (bdk. Mzm 131). Analogi antara keluarga manusia dan keluarga ilahi (Trinitas) itu mengungkapkan bahwa Allah menyatakan Sabda-Nya dalam keluarga agar mereka menampilkan persekutuan ilahi (AL 29-30).

Dengan jelas dikatakan bahwa persekutuan keluarga merupakan ikon communio Trinitas (AL 63). Bentuk asali dari hidup berkeluarga adalah kasih tanpa pamrih Allah / caritas (AL 70-71). Jadi perkawinan Kristiani merupakan tandayang menghadirkan kasih Allah (AL 73-74).

Pemeliharaan hidup keluarga terjadi dalam hidup sehari-hari, bukan sesuatu yang bersifat aksidental; dan itu terbentuk melalui sikap konkret (AL 89-90). Sukacita kasih keluarga hendaknya terungkap dalam tindakan nyata, “dialami dari hari ke hari”. Sukacita sehari-hari itu hendaknya diupayakan pertama-tama oleh “para suami istri sendiri”, bukan pihak lain.

Kecintaan Paus akan kehidupan juga ditunjukkan dalam sikapnya terhadap kaum disabilitas. Dalam sebuah Audiensi bagi peserta Perayaan 50 tahun “Deaf Catholic Youth Initiative of the Americas”, ia berkata: “Tuhan menyiapkan tempat istimewa dalam hati-Nya bagi setiap orang yang memiliki ketidakmampuan, termasuk bagi Penerus Santo Petrus”. Pada 9 April 2016, di laman Twitternya tertulis: “Para penyandang disabilitas adalah sebuah hadiah bagi keluarga dan sebuah kesempatan untuk bertumbuh dalam kasih, untuk saling menolong dan bersatu”.

Dalam khotbahnya pada Ekaristi Tahun Kerahiman untuk orang sakit dan disabilitas, 12 Juni 2016, Paus menegaskan bahwa dunia tidak menjadi lebih baik hanya karena tampilan-tampilan yang sempurna, tetapi karena solidaritas, saling menerima dan saling hormat antara manusia.

Paus Fransiskus menyapa seorang wanita lanjut usia di kompleks pemukiman orang miskin di Asuncion, Paraguay, pada 12 Juli 2015. (Foto: CNS / Paul Haring)

Penghargaan terhadap kehidupan dalam cakupan yang lebih luas tampak dalam anjuran Apostolik Paus Fransiskus, Sukacita Injil. Anjuran ini memuat ajakan untuk memperluas jangkauan warta gembira kehidupan yang bersumber pada karahiman Allah. Sukacita Injil hendaknya mewarnai hidup Gereja dan Dunia, jadi bukan urusan masing-masing individu. Pertanyaan dasar yang hendak dijawab dalam Anjuran Apostolik ini ialah “di mana saudaramu”? (EG 211).

Sukacita Injil hendaknya dapat dirasakan dalam komunitas manusia. Kita tidak dapat berbicara tentang keselamatan sebagai urusan pribadi, sebab keselamatan itu datang dari kerahiman Allah yang cuma-cuma. Mewujudkan keselamatan berarti menjadikan hidup sosial sebagai tempat damai, persaudaraan, keadilan, dan kesetaraan (EG 180). Dalam hal ini peran Gereja ibarat rumah sakit di medan perang: Hendaknya Gereja tidak tinggal dalam kenyamanannya sendiri. Ia harus keluar menjumpai mereka yang membutuhkan uluran tangannya (EG 182).

BacaJuga

Ketika Paus Ditahan Polantas

Paus Fransiskus: Ketika Tuhan Menampar

Guru Katolik Zaman Now

Ketika Paus ditanya: Seandainya bisa Membuat Mukjizat, apa yang dilakukan?

Kiat Sukses di Tahun Baru

Bahagia Seperti St. Yusuf? Ada Lima Kata Kunci

Dalam konteks seruan itu, perlu lah sikap kritis terhadap sistem industri dan perekonomian modern yang oleh Paus disebut “ekonomi pengucilan dan ketidaksetaraan”, karena hanya mementingkan “hukum kompetisi… di mana yang kuat menguasi yang lemah. Dalam sitem ekonomi pengucilan ini, “manusia sendiri dipandang sebagai barang konsumsi yang bisa dipakai dan kemudian dibuang” (EG 53).

Seruan akan keadilan mengandaikan cara pandang lebih luas terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi:“Pertumbuhan dalam keadilan memerlukan lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomis, meskipun mengandaikannya. Pertumbuhan dalam keadilan membutuhkan keputusan-keputusan, program-program, mekanisme-mekanisme, serta proses-proses yang memacu pemerataan pendapatan yang lebih baik, penciptaan kesempatan kerja dan kemajuan seutuhnya orang-orang miskin yang melebihi pemberian bantuan belaka” (EG 204).

Ensiklik Laudato Sí menunjuk dengan jelas kenyataan bahwa krisis ekologi adalah krisis kemanusiaan. Paus mengungkapkan keprihatianannya akan krisis ekologi dan mendesak upaya pembaruan cara manusia memperlakukan ibu – saudari bumi. Paus meyakini bahwa pemulihan krisis ekologi mengandaikan pertobatan manusia secara terus-menerus. Untuk mengubah dunia, orang harus pertama-tama mengubah dirinya sendiri.

Paus Fransiskus memeluk seorang wanita di Aula Paul VI, Vatikan pada 11 November 2016. (Foto: Reuters)

Pertobatan ekologis itu mendesak, sebab tanpa kekayaan bumi, manusia tak berdaya. Dengan memaknai tata ciptaan sebagai “rumah kita bersama” (LS 1), kita diajak untuk menyadari elemen-elemen kehidupan secara konkret: tanah, air, udara, dan energi. Terinspirasi oleh Fransiskus Assisi, Paus menyebut elemen-elemen alam semesta sebagai ‘saudari dan saudara’.

Etika kehidupan Paus Fransiskus kiranya dapat dirangkum demikian: “Banyak hal yang harus diarahkan kembali, tetapi terutama umat manusia harus berubah. Yang dibutuhkan ialah kesadaran asal kita bersama, akan hal saling memiliki, dan akan suatu masa depan untuk dibagi dengan semua. Kesadaran mendasar ini akan memungkinkan pembangunan keyakinan, sikap dan bentuk kehidupan yang baru. Jadi, kita berhadapan dengan suatu tantangan budaya, spiritual dan pendidikan yang besar, yang akan meminta proses-proses pembaruan yang panjang” (LS 202).

Tags: etika kehidupanPaus FransiskusVatikan
Share116SendTweet
Artikel Sebelumnya

Extention Course Teologi STF Driyarkara T. A 2018/2019.

Artikel Berikut

Mintalah, Carilah, Ketuklah!

TerkaitTulisan

Ketika Paus Ditahan Polantas

Ketika Paus Ditahan Polantas

Apa itu DOGMA?

Paus Fransiskus: Ketika Tuhan Menampar

Guru Katolik Zaman Now

Ketika Paus ditanya: Seandainya bisa Membuat Mukjizat, apa yang dilakukan?

Kiat Sukses di Tahun Baru

Bahagia Seperti St. Yusuf? Ada Lima Kata Kunci

Takjub Pada Yesus Belum Tentu Beriman

KRITIK Secara KRITIS

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terbaru

  • Kanonisasi Carlo Acutis 7 September 2025
  • Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Mengapa Juni Disebut Bulan Hati Kudus Yesus?
  • Tragedi Gletser di Swiss dan ‘Nubuat’ Paus Fransiskus
  • Paus Beri Bonus Konklaf 500 Euro untuk Karyawan Vatikan

Komentar Terbaru

  • Nita Garot pada Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Filip D Zaoputra pada Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Sr M.Gertrudis PRR pada Mukjizat Pada Seorang Swiss Guard
  • Irene pada Mukjizat Ekaristi di India diakui Vatikan
  • Agus Pati Arkian Atakowa pada Apa itu TEOLOGI? [1]

Tag

AllahBonaventuraBunda MariaCorona VirusdisabilitasdoaEkaristiEnsiklik Tutti FratelliFransiskanFransiskus AssisiFratelli TuttiGerejaGereja KatolikHati Kudus Yesushikmat roh kudusimanJean Vanierkarunia Roh KuduskasihLaudato Silogika kasihlogika salibManusiamanusia sebagai citra AllahnatalPatris CordePaus Benediktus XVIPaus FransiskusPaus Leo ke-XIVRoh KudussabdaSalibSanta Mariasanto agustinusSanto BonaventuraSanto Fransiskus AssisiSanto YusufTeilhard de ChardinTeologiTrinitasvirus koronawaktuwaktu dan kekekalanYesus kristusYohanes Pembaptis
@Christusmedium.com
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil Pencarian
  • Humaniora
  • Teologi
  • Dialog Teologi dan Sains
  • Filsafat
  • Buku
  • Tentang Saya

© 2018 - Andreatawolo.id