Teilhard de Chardin (biasa disebut Teilhard) lahir pada 1 Mei 1881 di sebuah daerah bernama Auvergne, Perancis dan meninggal dunia pada 10 April 1955 di New York. Teilhard merupakan seorang ilmuwan khususnya dalam bidang Geologi, Paleontologi, dan Paleontoantropologi. Ia juga merupakan seorang rohaniwan Jesuit. Dia adalah anak keempat dari sebelas bersaudara. Sejak kecil ia sudah tertarik pada fenomena bebatuan. Ia seringkali mengumpulkan bebatuan. Oleh karena kegemarannya ini, ia mulai tekun dengan ilmu Geologi. Pada umur delapan belas tahun, ia masuk serikat Yesus.[1].
Ia mulai tertarik dengan pertanyaan-pertanyaan seputar ilmu Geologi dan Paleontologi pada saat formasi awal di Jersey dan Kairo, Mesir. Ia melanjutkan ketertarikan pada kedua ilmu alam ini di Universitas Paris. Pada tahun 1922, ia melanjutkan program Doktoral pada Ilmu Alam. Professor Marcellin Boule mengenalkan kepadanya Paleontologi manusia (antropopaleontologi) yang nantinya akan digeluti dalam karya monumental, yaitu The Phenomenon of Man. Untuk sementara saja ia menjadi dosen di Universitas Paris sebab pada tahun 1923, ia dikirim ke Cina untuk melakukan beberapa penelitian. Selama dua puluh tahun, ia melakukan beberapa ekspedisi ilmiah yang membuatnya menjadi ahli dalam Geologi dan Paleontologi.
Ada beberapa ahli yang turut bersama dengan Teilhard dalam penelitiannya, yakni Roy Chapman Andrews dari Museum Amerika (1930), dengan ekspedisi Hardt-Citroen (1931-1932), dengan ekspedisi Cambridge ke Utara dan Pusat India (1935-1938), dan ekspedisi Harvard-Carniege di Burma (1937-1938). Pada tahun 1928 sampai dengan 1929, ia menjadi penasihat terpilih badan survei geologi Cina. Ia memainkan peranan penting dalam penemuan manusia purba Peking Man di Chou-kou-tien pada tahun 1929-1930.[2] Ekspedisi-ekspedisi ini mengantarnya menjadi seorang yang ahli dalam bidang Geologi dan Paleontologi.
Setelah Perang Dunia Kedua, Teilhard diangkat menjadi direktur badan penelitian pusat nasional Recherche Scientifique di Paris. Pada tahun 1951, Teilhard menjadi anggota tetap Lembaga Wenner-Gren untuk penelitian Antropologi. Ia menjadi anggota dewan kehormatan dalam badan penelitian antropologi di Inggris. Ia juga menjadi anggota akademi ilmu pengetahuan Perancis dan anggota kehormatan akademi ilmu pengetahuan New York. Selain itu, ia menjadi anggota badan asosiasi Amerika dalam bidang Geologi.
Karya-karya Teilhard[3]. Le Milleu Divin dikerjakan pada tahun 1926-1927 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1960. Le Phenomene humain ditulis pada tahun 1938-1940 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi the Phenomenon of Man pada tahun 1959. Lettres de Voyage (1926-1939) dan Nouvelles lettres de Voyage (1939-1955) dipublikasikan dalam bahasa Inggris menjadi Letters From a Traveller (1962). Surat kepada sepupu Marguerite diberi judul Making of a Mind (1965). L’ Apparition de l’homme ditulis pada tahun 1956 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Appearance of Man (1965). La Vision du passe (The Vision of the Past) ditulis pada tahun 1957. Science and Christ ditulis pada tahun 1965.
Corak Teologis. Karya atau pun refleksi teologis Teilhard merupakan suatu sintesis antara iman kepada Kristus dengan ilmu pengetahuan khususnya teori tentang evolusi. Ia ingin agar ajaran Gereja lebih universal dan nyata sesuai dengan realitas alam semesta.[4] Dalam usahanya tersebut, tidak jarang ia mendapat catatan (notifikasi) dari Vatikan. Pada Juni 1928, superior jenderal Yesuit melarang Teilhard untuk menulis karangan teologis dan ia ‘dibuang’ ke China pada November 1928 untuk melanjutkan penelitian ilmiahnya.[5] Walaupun demikian, ia tidak memberontak dan keluar dari tarekat atau pun Gereja. Ia tetap setia dan menaati kata-kata pemimpin tarekatnya.
Paham Evolusi. Teilhard memahami evolusi sebagai suatu fakta yang terjadi dalam alam semesta. Evolusi bukan sekadar teori.[6] Selain itu, menurutnya, evolusi tidak hanya berarti perkembangan spesies melalui seleksi alam tetapi suatu perkembangan kesadaran (consciousness) semesta ke arah yang lebih kompleks dan mencapai titik persatuan. Artinya, perkembangan tersebut memili tujuan, yaitu Titik Omega (Omega Point).[7] Gagasan ini merupakan sumbangan penting bagi pandangan tentang alam semesta sebagai rangkian sistem yang terkait satu sama lain.
Dalam mencapai titik ini, Teilhard memunculkan beberapa istilah teknis seperti Pre-life, Biogenesis, Antropogenesis, dan Noogenesis untuk menjelaskan proses evolusi. Pre-life merupakan fase munculnya materi anorganik. Fase tersebut akan berjalan dan mencapai fase biogenesis, yaitu munculnya kehidupan. Sementara itu, kehidupan akan berevolusi dan memunculkan manusia. Ini lah fase antropogenesis. Manusia akan melanjutkan proses evolusi dan membentuk fase berikut, yaitu noogenesis. Fase ini merupakan fase persatuan semua manusia. Tegasnya, evolusi dapat mencapai Omega Point apabila semua bangsa manusia saling memahami dan bersatu membentuk dunia yang saling terkoneksi satu dengan yang lain. Sebagai ilmuwan Katolik, ia meyakini bahwa kesatuan tersebut dapat terjadi melalui ikatan kasih.
Titik Omega. Titik Omega merupakan prisip evolusi. Titik Omega memiliki beberapa karakter, yaitu otonomi, aktual, tidak dapat kembali (irrevesibility), dan transenden.[8] Karakter otonomi berkaitan dengan sifat Titik Omega yang adalah pribadi tertentu karena memiliki kasih dan mempertahankan kehidupan. Karakter aktual berarti Titik Omega selalu berada dalam alam semesta. Karakter tak dapat kembali berarti (irrevesibility) Titik Omega memungkinkan proses evolusi terus berlangsung. Karakter transenden memungkinkan alam semesta berkembang ke arah yang lebih baik. Teilhard menyakini bahwa Titik Omega tersebut adalah pribadi ilahi.[9]
Yesus Kristus. Dalam refleksi teologisnya, Teilhard berusaha memahami bahwa Titik Omega adalah Yesus Kristus. Menurut Teilhard, pada akhirnya, Yesus Kristus adalah Titik Omega yang ingin dituju oleh manusia dan alam semesta dalam proses evolusi. Mengapa demikian? Karena Yesus Kristus adalah Pribadi Ilahi yang akan menarik dan mengumpulkan manusia dalam kesatuan. Yesus Kristus memenuhi syarat dari karakter Titik Omega yang dipahami Teilhard.
Yesus Kristus adalah seorang pribadi ilahi yang penuh kasih dan mempertahankan kehidupan. Ia hadir dalam setiap realitas karena kodrat kosmik.[10] Ia memampukan setiap elemen berkembang ke arah yang lebih baik dan kompleks. Teilhard menyatakan bahwa di alam semesta yang baru (new universe), ciptaan bukan lagi alat untuk digunakan (a tool to be used) melainkan lebih dari itu sesama elemen untuk diintegrasikan (co-element to be integrated) oleh umat manusia dalam penciptaan (genesis).[11] Dalam pemahaman demikian, manusia, sebagai bagian dari kesadaran semesta, berpartisipasi dalam penciptaan melalui usaha sehari-hari untuk kebaikan bersama.
Iman dan Ilmu Pengetahuan. Teilhard merupakan salah satu pemikir yang berusaha menunjukkan relevansi iman terhadap teori evolusi dan keadaan dunia sekarang. Refleksi teologis hadir sebagai pemberi arti terhadap berbagai gejala alam yang berhasil diteliti oleh ilmu pengetahuan.[12] Iman dan ilmu pengetahuan tidak saling bertentangan tetapi saling melengkapi.
Sumber Bacaan
Crehan, Joseph Hugh. “Teilhard de Chardin” Encyclopedia Britannica, Vol 21, Robert M. Hutching, Mortimer J. Adler, Warren E. Preece (ed.). William Benton: University of Chicago, 1973.
Grim, John dan Mary Evelyn Tucker. “Teilhard de Chardin: A Short Biography”. Dalam Artur Fabel dan Donal St. John (ed.). Teilhard in The 21st Century The Emerging Spirit of Earth. New York: Orbis Books, 2004, 15-25.
Teilhard de Chardin, P. Christianity and Evolution. Rene Hague (penerj.). London: Harcourt Inc., 1967.
__________________. Making of a Mind. New York: Harper & Row Publisher, 1965.
________________. Science and Christ. Rene Hague (penerj.). New York: Harper & Row Publisher, 1968.
__________________. The Future of Man. Norman Denny (penerj.). New York: Harper & Row Publisher, 1964.
__________________. The Phenomenon of Man. New York: Harper & Row Publisher, 1959.
Wildiers, N.M. An Introduction to Teilhard de Chardin. New York: Harper and Row, 1968.
[1] Uraian tentang riwayat hidup dan karya disarikan dari N.M. Wildiers, An Introduction to Teilhard de Chardin, (New York: Harper and Row, 1968), 41-44.
[2] Bdk. John Grim dan Mary Evelyn Tucker, “Teilhard de Chardin: A Short Biography”, Teilhard in the 21st Century the Emerging Spirit of Earth, Artur Fabel dan Donal St. John (ed.), (New York: Orbis Books, 2004), 23.
[3] Bdk. Joseph Hugh Crehan, “Teilhard de Chardin”, Encyclopedia Britannica, Vol 21, Robert M. Hutching, Mortimer J. Adler, Warren E. Preece (ed.), (William Benton: University of Chicago, 1768), 762.
[4] Bdk. Teilhard de Chardin, Making of a Mind, (New York: Harper & Row Publisher, 1965), 267-268.
[5] John Grim dan Mary Evelyn Tucker, “Teilhard de Chardin: A Short Biography”, 23.
[6] Teilhard de Chardin, The Phenomenon of Man, (New York: Harper & Row Publisher, 1965), 219.
[7] Bdk. Teilhard de Chardin, Christianity and Evolution, Rene Hague (penerj.), (London: Harcourt inc, 1967), 87.
[8] Teilhard de Chardin, The Phenomenon of Man, 271.
[9] Bdk. Teilhard de Chardin, Future of Man, (New York: Harper & Row Publisher, 1964), 122.
[10] Bdk. Teilhard de Chardin, Christianity and Evolution, 180.
[11]Teilhard de Chardin, Science and Christ, 220.
[12] Teilhard de Chardin, The Phenomenon of Man, 250.
[Agustinus Firstson Kega]
Komentar 1