Lorensius lahir di Osca, sebuah kota di Spanyol, pada tahun 225. Ia datang ke Roma, pusat kekristenan dan mengabdikan diri untuk perbuatan saleh, amal kasih bagi kaum miskin. Berkat bakatnya, Paus Sixtus II menunjuknya sebagai Diakon Gereja, tepatnya kepala para diakon.
Ia bertugas mengawasi administrasi aset Gereja, menerimanya dari para donataur, mengaturnya, dan menafkahi umat yang membutuhkan, yaitu orang-orang miskin, para yatim piatu dan janda.
Sebagai kepala dari tujuh diakon yang pada saat itu melayani Gereja Roma, ia membantu Paus dalam ritus Liturgi dan membagikan sakramen Ekaristi. Laurensius dikenal karena teladan totalitas pelayanannya dalam Kristus.
Laurensisus muda mengalami masa ketika Kaisar Filipus, yang dikenal sebagai orang Arab (ia putra seorang terkemuka dari wilayah Suriah) masih berkuasa. Kaisar Filipus mati dibunuh oleh Desius, seorang penganiaya keras umat Kristen, yang kemudian tewas dalam perang pada tahun 251.
Kaisar Valerianus, yang naik takhta pada tahun 253, juga berperang melawan Persia, namun kalah, dan meninggal dalam tawanan pada tahun 260. Sudah sejak tahun 257 kaisar Valerianus memerintahkan penganiayaan terhadap orang Kristen. Ia tak kurang kejam dari Desius.
Pada masa kekaisaran Valerianus, pertemuan jemaat Kristen dilarang, katakombe ditutup, orang dituntut menghormati ritual pagan, meski ia tidak memaksa orang untuk secara terbuka menyangkal iman Kristen. Pada 258 Valerianus memerintahkan pembunuhan para uskup dan imam.
Uskup Siprianus dari Kartago, yang waktu itu dalam tahun pertama pengasingan, dipenggal. Nasib yang sama terjadi juga pada Paus Sixtus II, pada awal Agustus 258. Dikisahkan bahwa diakon Laurensius sedang berbicara dengannya saat dia akan disiksa. Namun perwira kekaisaran menghentikannya, memintanya untuk menyerahkan ‘harta Gereja’.
Lorensius ditangkap oleh tentara Kaisar Valerianus pada 6 Agustus 258 di katakombe San Callisto bersama dengan Paus Sixtus II dan diakon lainnya. Namun sementara Paus dan diakon lainnya langsung dibunuh, Lorensius diselamatkan agar harta Gereja dapat dirampas darinya.
Penganiayaan sekaligus menjadi kesempatan untuk menyita harta Gereja. Perwira kekaisaran sangat yakin bahwa Gereja pada masa itu memiliki kekayaan. Laurensius diminta untuk menyerahkan harta milik Gereja.
Ia lalu meminta waktu tiga hari. Ia pergi dan cepat-cepat membagikan kepada orang miskin persembahan yang dia atur sebagai administrator. Akhirnya dia muncul kembali di hadapan perwira dan menunjukkan kepadanya kerumunan orang sakit, lumpuh dan miskin yang menyertainya, sambil berkata: ‘Inilah, ini adalah harta Gereja’. Perwira naik pitam.
Laurensius pun dibunuh. Sebuah kumpulan ‘Kisah Ratapan’ dari Santo Ambrosius mengatakan bahwa ia ‘dibakar di atas panggangan’. Tetapi studi modern menyatakan bahwa itu hanya legenda. Valerianus tidak memerintahkan penyiksaan. Laurensius mati dipenggal seperti Sixtus II.
Jenazah Laurensius kemudian ditempatkan di sebuah makam di jalan Tiburtina, Roma. Di atas makamnya, Konstantinus membangun sebuah Basilika, yang kemudian diperbesar secara bertahap oleh Pelagius II dan Honorius III; dan dipugar pada abad ke-20, setelah hancur karena pemboman oleh Amerika di Roma pada tanggal 19 Juli 1943.
Santo Laurensius dikenal sebagai pelindung diakon, juru masak, dan petugas pemadam kebakaran. Sejak abad-abad awal Kekristenan, Laurensius digambarkan sebagai diakon muda yang mengenakan dalmatik, dengan atribut seperti alat panggang atau sebuah kotak harta karun Gereja Roma yang dibagikannya kepada orang miskin.
Secara populer, malam menjelang 10 Agustus dihubungkan dengan malam ‘bintang jatuh’. Bintang melambangkan air mata sang martir yang jatuh dari surga ketika ia mengalami penganiayaan (dipanggang).
Air mata martir telah lama mengembara di surga, dan pada ‘malam St Laurensius’ jatuh ke bumi ibarat bintang. Secara tradisional pada malam itu orang mengucapkan suatu keinginan dengan harapan akan terwujud.
Terimakasih Pater tulisannya. Jadi lebih kenal Santo Laurensius.
Terima kasih Patee untuk penjelasannya
Sama2 Viktor.
Bangga sekali nama saya Laurensius ,akhirnya gak salah kedua orang tua saya memberikan nama Laurensius ,benar benar nama nabi yang ada di gereja saya ,semoga saya menjadi seperti Santo Laurensius ,
Terimakasi Pater GBU
Terima kasih Pater
Terimakasih pater. Semakin mengenal st. Laurensius mencintai orang miskim.
Trima kasih Pater…Sto Laurensius memberi dengan sukacita…Jadi Inspirasi dan pelindung ..Unit administrasi. …
Semoga umat Kristiani selalu berusaha memiliki semangat seperti Santo Laurensius,, selalu memperhatikan orang miskin….. Terima kasih pater,. salam dan doa,, semoga pater sehat selalu. ???
Gracias Padre, JBU
Semoga kita berusaha memiliki semangat seperti Santo Laurensius.. Salam dan doa, semoga pater sehat selalu dan senantiasa dalam perlindungan TUHAN,. ?